BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

dokumen-dokumen yang mirip
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut

RUANG LINGKUP KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

TENTANG KESELAMATAN KERJA

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

BAB III IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AGANSA PRIMATAMA SOLO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN PT. PLN PERSERO SURAKARTA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

#2: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH)

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB III TINJAUAN TEORITIS. sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, bahwa. pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

K3 Konstruksi Bangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber Daya Manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SEBAGAI KOMPONEN JAMSOSTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembangnya dunia dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Pungvongsanuraks et al., (2014). Dalam penelitiannya yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi. secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi. keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

BAB I PENDAHULUAN. dicapai.untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan modal salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Analisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No.

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia dalam bidang industri. Dengan diketemukannya mesin serta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG

PERLINDUNGAN KERJA.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Mangkunegara (2002:163) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Menurut Siti Al Fajar dan Tri Heru (2013:204) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menunjuk pada kondisi fisiologis fisik dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja perusahaan. 2.1.1.2 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012 pada Bab I pasal 2, mengatakan bahwa Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk: 1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. 2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. 2.1.1.3 Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Sunyoto (2012:242) ada 3 Alasan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu : 1. Alasan Berdasarkan Perikemanusiaan Pertama tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akbiat kecelakaan. 2. Alasan Berdasarkan Undang Undang Ada juga alasan mengadakan program keselamatan kerja berdasarkan undang undang. Pada waktu sekarang di Amerika Serikat terdapat undang undang federal, undang undang negara bagian dan undang undang kota praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda. 3. Alasan Ekonomis Akhirnya ada alasan ekonomis untuk menjadi sadar akan Keselamatan Kerja karena biaya kecelakaan dapat sangat besar bagi perusahaan.

2.1.2 Keselamatan Kerja 2.1.2.1 Pengertian Keselamatan Kerja Menurut Wilson Bangun (2012:377) keselamatan kerja adalah perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja, baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaannya. Megginson dalam Mangkunegara (2004:61) keselamatan kerja didefenisikan sebagai berikut Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa keselamatan kerja adalah keadaan dimana tenaga kerja merasa aman dan nyaman, dengan perlakuan yand didapat dari lingkungan dan berpengaruh pada kualitas bekerja. Perasaan nyaman mulai dari dalam diri tenaga kerja, apakah dia nyaman dengan peralatan keselamatan kerja, peralatan yang dipergunakan, tata letak ruang kerja dan beban kerja yang didapat dalam bekerja. Menurut dasar hukum peraturan perundang-undangan yang diatur dalam undang-undang tentang keselamatan kerja No 1 tahun 1970 pasal dua, ini memberikan perlindungan keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dari segala tempat kerja, baik di darat, didalam tanah, dipermukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 2.1.2.2 Syarat-syarat Keselamatan Kerja Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditetapkan pada pasal 3 Undangundang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang ditunjukkan untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Mencegah dan mengurangi peledakan. 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran dan kejadian-kejadian lain berbahaya. 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan. 6. Memberi alat-alat perlindungan diri. 7. Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap gas, hembusan angin cuaca, sinar dan radiasi, suara dan getaran. 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan. 9. Memperoleh penerapan yang cukup dan sesuai. 10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban yang baik. 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik. 12. Memelihara kesehatan dan ketertiban. 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. 14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang. 15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. 16. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan dan penyimpangan barang. 17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

18. Menyesuaikan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang berbahaya kecelakaan menjadi bertambah tinggi. Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa sasaran dari syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi perusahaan adalah keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang merupakan suatu kegiatan untuk mencegah kecelakaan, cacat, kematian dan kerugian sebagai akibat dari kecelakaan kerja. 2.1.2.3 Program-program untuk meningkatkan keselamatan Kerja Menurut Siti Al Fajar dan Tri Heru (2013:206) program-program yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: 1. Program Promosi Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan keselamatan kerja: a. Diusahakan agar pekerjaan memiliki daya tarik. Ketidakmenarikan pekerjaan akan membuat karyawan cenderung bosan, lelah, dan stres. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan. Sering perubahaan-perubahaan sederhana dapat dilakukan sehingga pekerjaan dapat lebih berarti. Upayaupaya yang dapat dilakukan agar pekerjaan lebih menarik biasanya, apabila tanggungjawab bertambah, ada tantangan, dan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepuasan kerja. b. Menetapkan komite keselamatan yang terdiri dari karyawan operasional dan mewakili manajemen. Anggota kelompok komite program diharapkan bergantian. Jumlah anggota biasanya berkisar 5 samoai dengan 10 orang anggota. Tugas yang biasa dilakukan oleh komite keselamatan meliputi pemeriksaan, mengamati pelaksanaan kerja, dan memeriksa kecelakaan, dan memuat rekomendasi. Pertemuan atau rapat sebaiknya diadakan sebulan sekali pada jam kantor, dan mutlak harus hadir.

c. Perlu diadakan kontes keselamatan karyawan. Berikan hadiah kepada kelompok kerja atau pekerja yang memiliki catatan keselamatan terbaik untuk periode waktu tertentu. Perlombaan dapat juga dilaksanakan dengan cara menguji pengetahuan karyawan tentang keselamatan. Hadiah dapat diberikan secara periodik kepada karyawan yang mengajukan ide yang berkaitan dengan program pencegahan kecelakaan yang bagus. d. Catatan keselamatan perlu dipublikasikan. Laporan kecelakaan bulanan perlu diinformasikan. Sebaiknya meminta pada karyawan ide-ide seperti, bagaimana kecelakaan dapat dihindari. e. Gunakan majalah dinding untuk setiap departemen di organisasi. Gambar, sketsa, dan kartun dapat efektif jika disajikan. Satu hal untuk dingat, bila menggunakan majalah dinding, hail itu dapat mengubah mereka dengan cepat. f. Memberikan dorongan kepada karyawan, termasuk supervisor dan manajer untuk memiliki harapan yang tinggi atas keselamatan. Mengakui tindakan keselamatan yang positif, dan mengakui siapa saja yang berkontribusi terhadap peningkatan keselamatan. g. Mengadakan program pelatihan keamanan dan pertemuan secara periodik. Karyawan diharapkan hadir dan berpartisipasi dalam pertemuan dan bertindak sebagai pemain peran atau instruktur. 2. Menetapkan Program Pelatihan Keselamatan Kerja Berikut ini ada beberapa tahap dasar bila menetapkan program pelatihan keselamatan kerja: a. Melakukan penilaian atas kebutuhan-kebutuhan pelatihan dengan cara memeriksa catatan kecelakaan dan membicarakan kepada kepala departemen tentang kebutuhan-kebutuhan yang mereka persepsikan. Dengan mengabaikan kegawatan, mencoba dan menemukan dimana problem ditempatkan, apa penyebab utamanya, dan apa yang telah dilakukan pada masa lalu untuk mengatasi hal itu. b. Mengukur tingkat keterampilan keselamatan karyawan. Gunakan tes tertulis, wawancara, dan observasi umum untuk menentukan tingkat pengetahuan karyawan tentang pekerjaan mereka.

c. Merancang suatu program untuk menyelesaikan masalah. Sumberdaya yang berada di luar organisasi seperti konsultan dan pemasok peralatan dapat dimintai bantuan. Untuk hasil terbaik, gunakan metode pengajaran yang bervariasi dan libatkan karyawan sebanyak mungkin. d. Sekali manajemen puncak telah menerima filosofi keselamatan, para manajer lini diberitahukan tentang masalah-masalah keselamatan melalui organisasi. e. Evaluasi keefektivan program. Mencoba dan menjawab dua pertanyaan dasar: adakah program yang telah dilaksanakan mengubah perilaku karyawan? Apakah program yang telah diterapkan yang berkaitan dengan bisnis menghasilkan sikap yang positif? f. Perlu meninjau kembali program pelatihan secara periodik dan membuat penyesuaian untuk dicocokan dengan standar keselamatan yan baru. 2.1.3 Kesehatan Kerja 2.1.3.1 Pengertian Kesehatan Kerja Menurut R. Wayne Mondy (2008:82) Kesehatan kerja adalah bebasnya karyawan dari penyakit fisik atau emosional. Suma mur (dalam Oktorita dkk, 2001) Kesehatan kerja adalah merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktorfaktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. 2.1.3.2 Masalah Kesehatan Kerja dan Penanggulangannya Sebagian besar perusahaan telah membentuk unit kesehatan, baik yang ditangani perusahaan maupun dilimpahkan keperusahaan asuransi. Masalah kesehatan karyawan baik kesehatan fisik maupun mental. Melalui

pertimbangan ekonomi, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurus kesehatan karyawan relatif besar. Disamping itu, jumlah hari kerja yang hilang relatif tinggi karena alasan penyakit yang diderita karyawan sehingga mereka tidak dapat bekerja. Sebagai akibat dari masalah kesehatan, tingginya tingkat absensi dan perputaran kerja, dan produktivitas yang rendah menyebabkan kerugian yang dialami perusahaan. Menurut bangun (2012:397) Masalah Kesehatan Kerja dan Penanggulangannya: 1. Kesehatan Fisik Pada umumnya, perusahaan-perusahaan besar memiliki suatu bagian khusus yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini berkaitan dengan kompleksnya permasalahan tentang penanganan keselematan dan kesehatan kerja, mulai dari penyelidikan penyebab timbulnya kecelakaan kerja sampai pada masalah itu dapat diatasi. Tetapi, diperusahaan kecil biasanya masalah kecelakaan dan kesehatan kerja ditangani oleh bagian sumber daya manusia. Masalah kesehatan yang paling banyak ditangani perusahaan adalah kesehatan jasmani atau fisik akibat kecelakaan kerja. Perusahaan menyediakan tenaga medis dan obat-obatan untuk keperluan penyembuhan penyakit yang dialami karyawan. Kebanyakan perusahaan menyediakan klinik bagi karyawan untuk menyembuhkan penyakit ringan yang diderita karyawan. Namun untuk jenis penyakit yang lebih berat, diberikan rujukan kerumah sakit besar yang memiliki peralatan yang lebih lengkap untuk menyembuhkan penyakit yang diderita karyawan.

2. Kesehatan Mental Belakangan ini, kesehatan mental karyawan menjadi suatu perhatian khusus karena semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi suatu organisasi. Tekanan mental atau stres kerja (work stress) bukan suatu hal yang sedikit terjadi karena perkembangan teknologi yang menimbulkan tuntutan berbagai perubahan yang harus dilakukan dalam suatu organisasi. Perkembangan perusahaan akan menuntut karyawan untuk menyetarakan pengetahuan dan kemampuannya dalam mencapai tujuan perusahaan. Program ini sama halnya seperti penanganan pada pemeliharaan kesehatan fisik. Kebanyakan perusahaan sudah menaruh perhatian pada penanganan ketegangan dan tekanan kehidupan modern, yang pada gilirinnya berakibat pada gangguan-gangguan mental yang dihadapi banyak karyawan. Penyebab-penyebab lain, mendesaknya pekerjaan yang harus melampaui batas kemampuan karyawan. Sebagian karyawan menggunakan alkohol dan obatobat melebihi dosis untuk mengatasi masalah yang dialami, namun akan muncul masalah lain yaitu timbulnya kecelakaan kerja yang lebih besar. Sebagai rekomendasi atas tindakan yang demikian, pimpinan perusahaan melakukan pengembangan agar pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan karyawan dapat diatasi. 2.1.3.3 Undang-undang dan Peraturan Tentang Kesehatan Kerja Berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah tentang kesehatan kerja menekankan bahwa setiap pemberi kerja wajib memberikan perlindungan atas kesehatan karyawannya. Terdapat pada undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja, bahwa tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, dan

pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Sebagai tujuan dari undang-undang ini, menaruh perhatian atas kesehatan karyawan membuat mereka merasa dihargai sebagai manusia sehingga akan menumbuhkan semangat kerja yang lebih tinggi. Tujuan pelayanan kesehatan kerja, tertera pada peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/Men/1979, adalah sebagai berikut: 1) Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan pekerjaannya. 2) Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja. 3) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik tenaga kerja. 4) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit. Untuk menjaga kondisi kesehatan kerja karyawan, perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin, sebelum kerja, dan khusus yang tertuang pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per- 02/Men/1979 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja. Sebetulnya, pemeriksaan kesehatan secara berkala sangat penting dilakukan untuk mengurangi penyakit yang secara kumulatif menjadi parah yang dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar. Pemeriksaan kesehatan secara khusus dilakukan bagi karyawan yang menderita penyakit bawaan lahir, seperti penyakit asma yang dapat kambuh kapan saja.

2.1.4 Tingkat Kecelakaan Kerja 2.1.4.1 Pengertian Tingkat Kecelakaan Kerja Menurut Danang Sunyoto (2012:243) Tingkat kecelakaan kerja adalah jumlah dari banyaknya kecelakaan yang terjadi di dalam melakukan aktivitas kerja 2.1.4.2 Penyebab Utama Timbulnya Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah suatu kejadian yang selalu mempunyai sebab dan selalu berakibat kerugian. Menurut Dessler (dalam Dewi Hanggraeni, 2012:173) ada dua penyebab utama timbulnya kecelakaan dalam perusahaan : 1) Kondisi yang tidak aman Kondisi yang tidak aman adalah kondisi mekanik atau fisik yang mengakibatkan kecelakaan. Yang termasuk dalam kondisi ini antara lain meliputi: a) Peralatan yang tidak diamankan dengan baik. b) Peralatan yang rusak. c) Pengaturan atau prosedur yang berbahaya, atau disekitar mesinmesin atau peralatan. 2) Tindakan yang tidak aman Tindakan yang tidak aman merupakan sebab utama kecelakaan dan manusialah yang menimbulkan tindakan tidak aman tersebut. Yang termasuk dalam kategori tindakan yang tidak aman ini antara lain ; a) Tidak mengamankan peralatan. b) Tidak menggunakan pakaian perlindung atau peralatan pelindung tubuh.

c) Membuang benda sembarangan. d) Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman, apakah terlalu cepat atau terlalu lambat. e) Menyebabkan tidak berfungsinya alat pengaman dengan memindahkan, menyesuaikan atau memutuskan. f) Menggunakan peralatan yang tidak aman dalam memuat, menempatkan, mencampur atau mengkombinasi. g) Mengambil (posisi yang tidak aman dibawah beban yang tergantung). h) Mengangkat barang dengan ceroboh. i) Mengganggu, menggoda, bertengkar, bermain dan sebagainya. Kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman tersebut akan mengakibatkan kecelakaan kerja dan bilamana sering terjadi akan mengancam operasi perusahaan. Kecelakaan kerja ini dapat langsung mengakibatkan : 1. Penderitaan fisik tenaga kerja, misalnya kematian, cacat tubuh dan sebagainya. 2. Kehilangan waktu kerja, kerusakan harta benda dan lain sebagainya. 2.1.4.3 Cara Pencegahan Kecelakaan Kerja Menurut Dewi Hanggraeni (2012:175) ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja, diantaranya : 1) Mengurangi kondisi yang tidak aman. Hal ini dilakukan dengan cara memastikan bahwa kondisi dan lingkungan kerja telah memenuhi standar-standar keamanan.

2) Mengurangi perilaku kerja yang tidak aman. Ini bisa dilakukan dengan cara memberikan kesadaran bagi para pekerja bahwa mematuhi standarstandar keamanan kerja adalah hal yang sangat penting. 3) Memiliki pekerja yang memiliki sikap kerja yang baik. Proses seleksi juga berperan dalam hal manajemen. Perusahaan harus bisa memastikan bahwa pekerja yang dipilih memiliki sikap kerja yang baik. Artinya, pekerja tidak ceroboh, tidak lalai, bertanggung jawab, dan tidak memiliki intensi untuk tidak mematuhi peraturan. 4) Melakukan pelatihan K3. Pelatihan mengenai K3 penting untuk diadakan guna meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja akan sumbersumber bahaya dan cara penanganannya sehingga bisa meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kerja. 5) Melakukan inspeksi dan motivasi secara terus-menerus. Inspeksi harus selalu dilakukan untuk memastikan bahwa pekerja mematuhi dan melaksanakan standar keamanan yang ada. Apabila ditemukan pelanggaran, maka perusahaan bisa langsung melakukan koreksi dan hukuman kepada pekerja tersebut. Selain itu, motivasi untuk terus patuh terhadap standar keamanan juga harus selalu dilakukan, caranya bisa dengan menempelkan spanduk, poster, atau ajakan untuk selalu berperilaku kerja yang mengikuti standar keamanan. 6) Melakukan audit K3. Audit dilakukan untuk memastikan bahwa sistem dan manajemen K3 sudah direncanakan dan diimplementasikan dengan benar. Audit ini berguna untuk menemukan apakah ada ketidaksesuaian antara standar yang telah ditetapkan dengen implementasi nyata di lapangan.

Sebagaimana yang kita ketahui keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan karena dampak terjadinya suatu kecelakaan kerja tidak hanya merugikan karyawan tetapi juga perusahaan secara langsung. Oleh karena itu, penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja didalam sebuah perusahaan harus secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terorganisir dengan baik tentunya akan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Yang dimaksud terorganisir dengan baik disini adalah terpenuhinya semua aspek syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan pasal 3 UU nomor 1 tahun 1970, terpenuhinya lingkungan kerja yang sehat dengan terbebas dari penyakit akibat kerja baik dari golongan fisik, golongan kimia, golongan biologis, golongan fisiologis, dan golongan psikologi. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian Zamaan Tarigan (2008) yang berjudul Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau. Yang menyatakan bahwa programprogram K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang ditetapkan oleh Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau sudah cukup efektif. Hal ini dapat dilihat dari pengurangan jumlah kecelakaan kerja karena penerapan Program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). 2.3 Kerangka Konseptual Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diciptakan berdasarkan undang-undang yang bertujuan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan karyawan dengan bekerja sama para pemberi kerja dan karyawan untuk

menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik. Undang-undang tersebut mewajibkan para pemberi kerja untuk memberi tempat kerja yang aman dan sehat bagi karyawan dan tanggung jawab ini berlanjut hingga menciptakan karyawan yang aman dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Yang dijadikan Variabel Independen dalam penelitian ini adalah keselamatan kerja (X 1 ) dan kesehatan kerja (X 2 ), serta yang menjadi Variabel Dependen adalah Tingkat Kecelakaan Kerja (Y). Keselamatan Kerja (X 1 ) Kesehatan Kerja (X 2 ) Tingkat Kecelakaan Kerja (Y) Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Gambar 2.1. menggambarkan bahwa tingkat kecelakaan kerja dipengaruhi oleh Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Menurut Sunyoto (2012:243) Kecelakaan kerja adalah apa saja yang tidak direncanakan atau tidak diadakan untuk perubahan atau penyimpangan dari apa yang diharapkan. Yang merupakan variabel dependen. Tingkat kecelakaan terdiri dari 3 bagian, yaitu tingkat kecelakaan yang tinggi, sedang, dan kecil (rendah). Keselamatan kerja didefenisikan oleh Bangun (2012:377) perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja, baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaannya. Lebih lanjut Megginson dalam Mangkunegara (2004:61) keselamatan kerja didefenisikan sebagai berikut Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan kerusakan atau kerugian di tempat kerja.

Variabel independen selanjutnya Suma mur (dalam Oktorita dkk, 2001) Kesehatan kerja adalah merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Dari pengertian diatas diketahui bahwa diperlukan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam meminimalisir tingkat kecelakaan kerja. 2.4 Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono (2004 : 51) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah: Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja karyawan pada PTPN IV (Persero) unit Kebun Bah Jambi.