ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

dokumen-dokumen yang mirip
PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

Presentasi Tugas Akhir

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 4, Oktober 2013 ISSN

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK DALAM PREDIKSI PERSEDIAAN TERNAK SAPI POTONG ( STUDI KASUS DI WILAYAH SUMATERA BARAT )

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

PEMILIHAN WARNA LIPSTIK BERDASARKAN INFORMASI USIA DAN WARNA KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

NEURAL NETWORK BAB II

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ABSTRAK. Kata Kunci : Curah Hujan, Levenberg Marquardt, Backpropagation. ABSTRACT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

APLIKASI ESTIMASI REGISTRASI MAHASISWA BARU MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BERDASARKAN PERBANDINGAN RATIO DOSEN DAN MAHASISWA

ANALISIS LEARNING RATES PADA ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PENJUALAN JAMUR MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

PREDIKSI DISTRIBUSI AIR PDAM MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DI PDAM KOTA MALANG

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

SIMULASI DAN PREDIKSI PASANG SURUT AIR LAUT MENGGUNKAN WAVELET-NEURAL-NETWORK (Studi Kasus : Perairan Tarempa)

METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

EVALUASI MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK PREDIKSI IKLIM EKSTRIM DENGAN KORELASI CURAH HUJAN DAN TINGGI MUKA LAUT DI SEMARANG

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

134 Sutikno, Indriyati, Sukmawati N.E, Priyo S.S., Helmie A.W., Indra W., Nurdin B., Tri Wardati K., Raditya L.R. dan Diah Putu D.

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

BAB I PENDAHULUAN. paling parah dan paling lama tingkat pemulihannya akibat krisis keuangan

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang


Architecture Net, Simple Neural Net

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

Transkripsi:

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK Potensi Utama 1,2 STMIK Potensi Utama, Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5 No. 3A Tanjung Mulia-Medan 1 yudhi.andrian@gmail.com, 2 rhifky.wayahdi@yahoo.com Abstrak Jaringan saraf tiruan (Artificial Neural Network) sebagian besar telah cukup handal dalam pemecahan masalah, salah satunya adalah prediksi curah hujan dengan metode backpropagation. Salah satu algoritma inisialisasi bobot yang dapat meningkatkan waktu eksekusi adalah nguyen-widrow. Pada penelitian ini penulis akan memprediksi curah hujan di Kota Medan dengan metode backpropagation neural network dengan memadukan algoritma inisialisasi nguyen-widrow pada proses inisialisasi bobotnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa : pada proses trainning JST, semakin kecil nilai target error maka nilai iterasinya akan semakin besar dan keakurasiannya juga semakin tinggi, pada kasus prediksi curah hujan di Kota Medan dengan metode backpropagation neural network, proses training dengan inisialisasi bobot nguyen-widrow tidak lebih baik dari bobot random, dan tingat keakurasian terbesar pada proses pengujian prediksi curah hujan di Kota Medan dengan metode backpropagation neural network adalah 43.1 %, dengan target error 0.007. Kata kunci : Prediksi curah hujan, nguyen-widrow, backpropagation, neural network 1. Pendahuluan Dari aspek meteorologis, Indonesia mempunyai kompleksitas dalam fenomena cuaca dan iklim. Atmosfer di atas Indonesia sangat kompleks dan pembentukan awannya sangat unik. Secara latitudinal dan longitudinal, Indonesia di bawah kekuasaan sirkulasi ekuatorial dan monsunal yang berbeda karakteristiknya. Beberapa kenyataan ini menunjukkan curah hujan di Indonesia sangat labil, kompleks, dan memiliki variabilitas yang sangat besar. Sehingga meskipun ketepatan prediksi sangat penting, namun saat ini sangat sulit diprediksi secara akurat dengan metode peramalan tradisional. Bahkan dalam bidang klimatologi, curah hujan di Indonesia menjadi salah satu faktor yang paling sulit diramalkan secara akurat. Perubahan iklim akibat pemanasan global, mengakibatkan pergantian musim di Indonesia menjadi tidak teratur [2]. Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network) sebagian besar telah cukup handal selama beberapa tahun terakhir dalam pemecahan masalah. Jaringan saraf tiruan menyediakan metodologi yang sangat handal dalam pemecahan masalah non-linier. Jaringan saraf tiruan terinspirasi oleh otak manusia di mana neuron saling interkoneksi secara non-linier. Neuron saling terhubung satu sama lain melalui suatu jaringan. Jaringan ini yang dilatih menggunakan algoritma backpropagation yang mengikuti Gradient Descent Method [5]. Kharola, Manisha dan Dinesh Kumar (2014) menggunakan metode backpropagation untuk memprediksi cuaca, dan menemukan bahwa proses pelatihan dapat dilakukan dengan cepat. Hasilnya lebih akurat untuk memprediksi cuaca di masa depan ketika jumlah iterasi meningkat [3]. Naik, Arti R. dan Prof. S.K.Pathan (2012) mengusulkan sebuah metode baru prakiraan cuaca menggunakan jaringan saraf tiruan feed-forward dan datanya dapat dilatih dengan menggunakan algoritma Levenberg Marquardt untuk memprediksi cuaca masa depan. Di antara beberapa algoritma backpropagation, backpropagation levenberg adalah yang tercepat [5]. Mishra, Khushboo, et al. (2014) dalam penelitiannya tentang kompresi citra mengatakan bahwa dalam nguyen-widrow semua bobot dalam jaringan disesuaikan dengan cara yang identik, sehingga mencegah dan mengurangi kesalahan fungsi. Bobot biasanya diinisialisasi dengan nilai kecil yang acak. Hasil menunjukkan bahwa algoritma yang digunakan (nguyen-widrow) dapat meningkatkan waktu eksekusi [4]. Metode backpropagation yang telah dijelaskan di atas dapat diterapkan dalam memprediksi suatu keadaan yang akan datang. Sedangkan inisialisasi nguyen-widrow dapat meningkatkan waktu eksekusi. Pada penelitian ini 57

penulis akan memprediksi curah hujan di Kota Medan dengan metode backpropagation neural network dengan memadukan algoritma inisialisasi nguyen-widrow pada proses inisialisasi bobotnya. Penulis akan menggunakan data curah hujan tahun 1997 2012. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah algoritma inisialisasi nguyenwidrow dapat mengurangi waktu pelatihan. 2. Algoritma Nguyen-Widrow Nguyen-Widrow adalah sebuah algoritma yang digunakan untuk inisialisasi bobot pada jaringan saraf tiruan untuk mengurangi waktu pelatihan. Algoritma inisialisasi nguyen-widrow adalah sebagai berikut [4]: a. Set: n = jumlah unit input p = jumlah unit tersembunyi β = faktor skala = 0.7(p) 1/n = 0.7 b. Untuk setiap unit tersembunyi (j=1,,p), lakukan tahap (c) (f) c. Untuk i=1,,n (semua unit input), v ij (old)= bilangan acak antara -0.5 dan 0.5 d. Hitung nilai v j (old) e. Inisialisasi ulang bobot-bobot dari unit input (i=1,,n) f. Bias yang dipakai sebagai inisialisasi: v oj = bilangan acak antara β dan β. 3. Neural Network Neural Network / Jaringan Saraf Tiruan (JST) adalah paradigma pengolahan informasi yang terinspirasi oleh sistem saraf secara biologis, seperti proses informasi pada otak manusia. Elemen kunci dari paradigma ini adalah struktur dari sistem pengolahan informasi yang terdiri dari sejumlah besar elemen pemrosesan yang saling berhubungan (neuron), bekerja serentak untuk menyelesaikan masalah tertentu. Cara kerja JST seperti cara kerja manusia, yaitu belajar melalui contoh. Lapisan-lapisan penyusun JST dibagi menjadi 3, yaitu lapisan input (input layer), lapisan tersembunyi (hidden layer), dan lapisan output (ouput layer) [7]. 4. Metode Backpropagation Salah satu algoritma JST adalah propagasi balik (backpropagation) yaitu JST multi layer yang mengubah bobot dengan cara mundur dari lapisan keluaran ke lapisan masukan. Tujuannya untuk melatih jaringan agar mendapatkan keseimbangan kemampuan untuk mengenali pola yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon yang benar terhadap pola masukan dengan pola yang dipakai selama pelatihan [1]. Arsitektur backpropagation merupakan salah satu arsitektur jaringan saraf tiruan yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menganalisis pola data masa lalu lebih tepat sehingga diperoleh keluaran yang lebih akurat (dengan kesalahan atau error minimum) [6]. Langkah-langkah dalam membangun algoritma backpropagation adalah sebagai berikut [7]: a. Inisialisasi bobot (ambil nilai random yang cukup kecil). b. Tahap perambatan maju (forward propagation) 1) Setiap unit input (X 1, i=1,2,3,,n) menerima sinyal x i dan meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan tersembunyi. 2) Setiap unit tersembunyi (Z 1, j=1,2,3,,p) menjumlahkan bobot sinyal input, ditunjukkan dengan persamaan (1). Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output-nya, ditunjukkan dengan persamaan (2). (2) Fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi sigmoid, kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke semua unit output. 3) Setiap unit output (Y k, k=1,2,3,,m) menjumlahkan bobot sinyal input, ditunjukkan dengan persamaan (3). Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output-nya, ditunjukkan dengan persamaan (4). (4) c. Tahap perambatan balik (backpropagation) 1) Setiap unit output (Y k, k=1,2,3,,m) menerima pola target yang sesuai dengan pola input pelatihan, kemudian hitung error, ditunjukkan dengan persamaan (5). (5) f adalah turunan dari fungsi aktivasi. Kemudian hitung korelasi bobot, ditunjukkan dengan persamaan (6). (6) Dan menghitung koreksi bias, ditunjukkan dengan persamaan (7). (7) Sekaligus mengirimkan δ k ke unit-unit yang ada di lapisan paling kanan. 2) Setiap unit tersembunyi (Z j, j=1,2,3,,p) menjumlahkan delta input-nya (dari unitunit yang berada pada lapisan di (1) (3) (8) 58

kanannya), ditunjukkan dengan persamaan (8). Untuk menghitung informasi error, kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya, ditunjukkan dengan persamaan (9). (9) Kemudian hitung koreksi bobot, ditunjukkan dengan persamaan (10). (10) Setelah itu, hitung juga koreksi bias, ditunjukkan dengan persamaan (11). (11) d. Tahap perubahan bobot dan bias 1) Setiap unit output (Y k, k=1,2,3,,m) dilakukan perubahan bobot dan bias (j=0,1,2,,p), ditunjukkan dengan persamaan (12). (12) Setiap unit tersembunyi (Z j, j=1,2,3,,p) dilakukan perubahan bobot dan bias (i=0,1,2,,n), ditunjukkan dengan persamaan (13). (13) 2) Tes kondisi berhenti. 5. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa inisialisasi algoritma nguyen-widrow pada proses prediksi curah hujan di Kota Medan dengan jaringan saraf tiruan metode backpropagation. Penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan antara inisialisasi bobot menggunakan algoritma nguyen-widrow dengan inisialisasi bobot secara random. Apakah pengenalan pola/pelatihan dengan algoritma nguyen-widrow dapat mengurangi waktu pelatihan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis akan melakukan perbandingan dengan menggunakan data sekunder curah hujan bulanan Kota Medan tahun 1997 2012. Data bersumber dari BMKG Stasiun Polonia, Kota Medan. Prediksi curah hujan dengan backpropagation neural network digunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Memisahkan data yang akan digunakan sebagai data pelatihan dan data uji. Data curah hujan tahun 1997 2008 akan digunakan sebagai data pelatihan selama perancangan JST sedangkan data tahun 2009 2012 digunakan sebagi data pengujian. b. Desain JST Desain JST dilakukan untuk prediksi curah hujan bulanan dimulai dengan menentukan banyaknya data masukan yang digunakan, banyaknya layar tersembunyi (hidden layer) yang digunakan, dan banyaknya keluaran yang diinginkan. Data yang digunakan sebagai masukan sebanyak 8 data (8 tahun) dan data keluaran atau target adalah data pada tahun ke-9 (data input 1997 2004 dengan target 2005). Untuk mengetahui curah hujan pada tahun ke-10 maka data masukannya merupakan data pada tahun ke-2 sampai tahun ke-9 (data input 1998 2005 dengan target 2006), demikian seterusnya. Gambar 1 menggambarkan desain jaringan saraf tiruan backpropagation dengan input layer(x i )=8, hidden layer(v i )=6, dan output layer(y i )=1. Input Layer x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6 x 7 x 8 Hidden Layer Output Layer Gambar 1. Desain backpropagation neural network c. Pengenalan pola (pelatihan) Pengenalan pola dilakukan dengan cara penyesuaian nilai bobot (dalam penelitian ini nilai bobot ditentukan secara random dan menggunakan algoritma nguyen-widrow). Penghentian penyesuaian bobot dalam pengenalan pola apabila kuadrat error mencapai target error. Error dihitung setelah tahapan forward propagation. Apabila error lebih besar dari target error maka pelatihan akan dilanjutkan ke tahap backward propagation sampai error mencapai atau lebih kecil target error. d. Pengujian dan prediksi Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keakuratan sistem JST v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 6 y 1 59

yang telah dibuat dalam memprediksi data curah hujan pada tahun tertentu. Sedangkan prediksi bertujuan untuk memprediksi data curah hujan yang akan datang. 6. Hasil dan Analisa Prediksi curah hujan menggunakan metode backpropagation neural network dilakukan dengan membagi data menjadi tiga bagian, yaitu : data untuk training/ pelatihan, data untuk testing/ pengujian, dan data untuk prediksi. Data yang digunakan adalah data curah hujan Kota Medan tahun 1997 2012 (dapat dilihat di Lampiran Tabel 1). Di mana data tahun 1997 2008 digunakan sebagai pelatihan, data tahun 2009 2012 digunakan sebagai pengujian, dan tahun 2013 2017 data yang akan diprediksi. Pembagian data untuk pelatihan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2(a). Data input tahun 1997 2004 dengan target tahun 2005 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 106.2 181 315 59 216.5 90.8 169.4 138.8 189.1 96.6 50.2 268.8 86.7 15.1 78.5 85.7 200.8 43.9 134.4 29.4 196.9 182.2 158 96.5 162.6 237.9 62.5 109.8 35.3 322 115 164.8 73.4 285.3 88.5 168.2 80.9 133.5 302.6 60.3 252.8 195.2 245.7 68 229.5 175.3 144.6 256.2 191.1 306.7 191.7 196.3 200.5 174 225.8 213 29.9 121.9 121.3 139.2 312.1 206.8 210.8 95.7 381 78.6 342.6 417.6 156.3 282 204.3 145.7 290.6 170.8 407.2 451.1 395.7 382.5 561.5 475.3 290.5 391.1 340.3 204.1 367.5 733 363.8 471.9 377.5 175.5 265.4 275.8 126.4 108 467.6 164.3 125.4 141.2 206.4 182.4 394.2 456.3 173.6 342.5 102.2 187.7 166.4 311.4 Tabel 2(b). Data input tahun 1998 2005 dengan target tahun 2006 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 181 315 59 216.5 90.8 169.4 138.8 189.1 103.9 50.2 268.8 86.7 15.1 78.5 85.7 200.8 43.9 130.5 29.4 196.9 182.2 158 96.5 162.6 237.9 62.5 121.2 35.3 322 115 164.8 73.4 285.3 88.5 168.2 222.5 133.5 302.6 60.3 252.8 195.2 245.7 68 229.5 300.5 144.6 256.2 191.1 306.7 191.7 196.3 200.5 174 251.4 213 29.9 121.9 121.3 139.2 312.1 206.8 210.8 109.1 381 78.6 342.6 417.6 156.3 282 204.3 145.7 148.3 170.8 407.2 451.1 395.7 382.5 561.5 475.3 290.5 385.6 340.3 204.1 367.5 733 363.8 471.9 377.5 175.5 271.4 275.8 126.4 108 467.6 164.3 125.4 141.2 206.4 148.4 394.2 456.3 173.6 342.5 102.2 187.7 166.4 311.4 346.6 Tabel 2(c). Data input tahun 1999 2006 dengan target tahun 2007 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 315 59 216.5 90.8 169.4 138.8 189.1 103.9 169.6 268.8 86.7 15.1 78.5 85.7 200.8 43.9 130.5 8.6 196.9 182.2 158 96.5 162.6 237.9 62.5 121.2 62.3 322 115 164.8 73.4 285.3 88.5 168.2 222.5 277.2 302.6 60.3 252.8 195.2 245.7 68 229.5 300.5 330.2 256.2 191.1 306.7 191.7 196.3 200.5 174 251.4 99.4 29.9 121.9 121.3 139.2 312.1 206.8 210.8 109.1 261.6 78.6 342.6 417.6 156.3 282 204.3 145.7 148.3 153.4 407.2 451.1 395.7 382.5 561.5 475.3 290.5 385.6 256.5 204.1 367.5 733 363.8 471.9 377.5 175.5 271.4 303.3 126.4 108 467.6 164.3 125.4 141.2 206.4 148.4 374.1 456.3 173.6 342.5 102.2 187.7 166.4 311.4 346.6 218.4 Tabel 2(d). Data input tahun 2000 2007 dengan target tahun 2008 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 59 216.5 90.8 169.4 138.8 189.1 103.9 169.6 126.7 86.7 15.1 78.5 85.7 200.8 43.9 130.5 8.6 16.2 182.2 158 96.5 162.6 237.9 62.5 121.2 62.3 126.8 115 164.8 73.4 285.3 88.5 168.2 222.5 277.2 146 60.3 252.8 195.2 245.7 68 229.5 300.5 330.2 172.5 191.1 306.7 191.7 196.3 200.5 174 251.4 99.4 62 121.9 121.3 139.2 312.1 206.8 210.8 109.1 261.6 276.8 342.6 417.6 156.3 282 204.3 145.7 148.3 153.4 195.7 451.1 395.7 382.5 561.5 475.3 290.5 385.6 256.5 294.8 367.5 733 363.8 471.9 377.5 175.5 271.4 303.3 342.2 108 467.6 164.3 125.4 141.2 206.4 148.4 374.1 412.5 173.6 342.5 102.2 187.7 166.4 311.4 346.6 218.4 245.7 Sebelum diproses data dinormalisasi terlebih dahulu. Normalisasi terhadap data dilakukan agar keluaran jaringan sesuai dengan fungsi aktivasi yang digunakan. Data-data tersebut dinormalisasi dalam interval [0, 1] karena dalam prediksi curah hujan, nilai curah hujan pasti bernilai positif atau 0. Selain itu juga terkait fungsi aktivasi yang diberikan yaitu sigmoid biner. Fungsi sigmoid adalah fungsi asimtotik (tidak pernah mencapai 0 ataupun 1) maka transformasi data dilakukan pada interval yang lebih kecil yaitu [0.1, 0.8], ditunjukkan dengan persamaan (14). (14) a adalah data minimum, b adalah data maksimum, x adalah data yang akan dinormalisasi, dan x adalah data yang telah ditransformasi. Sehingga dihasilkan data hasil normalisasi yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3(a). Data hasil normalisasi tahun 1997 2004 dengan target tahun 2005 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 0.208 0.29 0.438 0.156 0.33 0.191 0.278 0.244 0.299 0.197 0.146 0.387 0.186 0.107 0.177 0.185 0.312 0.139 0.239 0.123 0.308 0.292 0.265 0.197 0.27 0.353 0.16 0.212 0.129 0.446 0.218 0.273 0.172 0.406 0.188 0.276 0.18 0.238 0.425 0.157 0.37 0.306 0.362 0.166 0.344 0.284 0.25 0.373 0.302 0.429 0.302 0.307 0.312 0.283 0.34 0.326 0.124 0.225 0.224 0.244 0.435 0.319 0.323 0.196 0.511 0.177 0.469 0.552 0.263 0.402 0.316 0.251 0.411 0.279 0.54 0.589 0.527 0.513 0.711 0.615 0.411 0.522 0.466 0.316 0.496 0.9 0.492 0.12 0.507 0.284 0.384 0.395 0.23 0.21 0.607 0.272 0.229 0.246 0.318 0.292 0.526 0.594 0.282 0.469 0.203 0.298 0.274 0.434 Tabel 3(b). Data hasil normalisasi tahun 1998 2005 dengan target tahun 2006 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 0.29 0.438 0.156 0.33 0.191 0.278 0.244 0.299 0.205 0.146 0.387 0.186 0.107 0.177 0.185 0.312 0.139 0.235 0.123 0.308 0.292 0.265 0.197 0.27 0.353 0.16 0.224 0.129 0.446 0.218 0.273 0.172 0.406 0.188 0.276 0.336 0.238 0.425 0.157 0.37 0.306 0.362 0.166 0.344 0.422 0.25 0.373 0.302 0.429 0.302 0.307 0.312 0.283 0.368 0.326 0.124 0.225 0.224 0.244 0.435 0.319 0.323 0.211 0.511 0.177 0.469 0.552 0.263 0.402 0.316 0.251 0.254 0.279 0.54 0.589 0.527 0.513 0.711 0.615 0.411 0.516 0.466 0.316 0.496 0.9 0.492 0.12 0.507 0.284 0.39 0.395 0.23 0.21 0.607 0.272 0.229 0.246 0.318 0.254 0.526 0.594 0.282 0.469 0.203 0.298 0.274 0.434 0.473 Tabel 3(c). Data hasil normalisasi tahun 1999 2006 dengan target tahun 2007 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 0.438 0.156 0.33 0.191 0.278 0.244 0.299 0.205 0.278 0.387 0.186 0.107 0.177 0.185 0.312 0.139 0.235 0.1 0.308 0.292 0.265 0.197 0.27 0.353 0.16 0.224 0.159 0.446 0.218 0.273 0.172 0.406 0.188 0.276 0.336 0.397 0.425 0.157 0.37 0.306 0.362 0.166 0.344 0.422 0.455 0.373 0.302 0.429 0.302 0.307 0.312 0.283 0.368 0.2 0.124 0.225 0.224 0.244 0.435 0.319 0.323 0.211 0.379 0.177 0.469 0.552 0.263 0.402 0.316 0.251 0.254 0.26 0.54 0.589 0.527 0.513 0.711 0.615 0.411 0.516 0.374 0.316 0.496 0.9 0.492 0.12 0.507 0.284 0.39 0.425 0.23 0.21 0.607 0.272 0.229 0.246 0.318 0.254 0.504 0.594 0.282 0.469 0.203 0.298 0.274 0.434 0.473 0.332 60

Tabel 3(d). Data hasil normalisasi tahun 2000 2007 dengan target tahun 2008 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 0.156 0.33 0.191 0.278 0.244 0.299 0.205 0.278 0.23 0.186 0.107 0.177 0.185 0.312 0.139 0.235 0.1 0.108 0.292 0.265 0.197 0.27 0.353 0.16 0.224 0.159 0.231 0.218 0.273 0.172 0.406 0.188 0.276 0.336 0.397 0.252 0.157 0.37 0.306 0.362 0.166 0.344 0.422 0.455 0.281 0.302 0.429 0.302 0.307 0.312 0.283 0.368 0.2 0.159 0.225 0.224 0.244 0.435 0.319 0.323 0.211 0.379 0.396 0.469 0.552 0.263 0.402 0.316 0.251 0.254 0.26 0.307 0.589 0.527 0.513 0.711 0.615 0.411 0.516 0.374 0.416 0.496 0.9 0.492 0.12 0.507 0.284 0.39 0.425 0.468 0.21 0.607 0.272 0.229 0.246 0.318 0.254 0.504 0.546 0.282 0.469 0.203 0.298 0.274 0.434 0.473 0.332 0.362 Setelah proses normalisasi dilakukan, selanjutnya dilakukan proses inisialisasi bobot. Proses inisialisasi bobot dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu inisialisasi bobot random dan inisialisasi bobot menggunakan algoritma nguyenwidrow. Langkah pertama akan dilakukan uji coba dengan menggunakan bobot yang digenerate secara random dengan hidden layer=6. Bobot random yang telah digenerate dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Generate bobot random Bobot input ke hidden awal 0.3528 0.2667 0.2898 0.1448 0.151 0.3874 0.007 0.3804 0.4072 0.3545 0.0227 0.207 0.4313 0.3952 0.1868 0.481 0.4357 0.0281 0.4748 0.182 0.2624 0.3836 0.0268 0.2962 0.2344 0.1491 0.3113 0.3239 0.1319 0.1397 0.4149 0.4123 0.2946 0.493 0.4555 0.1134 0.3476 0.49 0.122 0.2669 0.0532 0.4997 0.3381 0.0079 0.2876 0.05 0.0515 0.3394 Bias input ke hidden 0.1422 0.0228 0.1479 0.191 0.1505 0.4743 Bobot hidden ke output 0.4899 0.2007 0.1391 0.0802 0.0814 0.3233 Bias hidden ke output 0.367 Proses training dengan menggunakan bobot random pada tabel 4 menghasilkan kuadrat error=0.01 pada iterasi ke-66. Penurunan kuadrat error dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Penurunan kuadrat error dari training dengan menggunakan bobot random Selanjutnya sebagai perbandingan dilakukan uji coba dengan menggunakan bobot nguyenwidrow dengan hidden layer=6. Bobot yang dihasilkan dari algoritma inisialisasi nguyenwidrow ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Inisialisasi bobot nguyen-widrow Bobot input ke hidden awal 0.3092 0.2552 0.3185 0.1303 0.1984 0.399 0.0061 0.364 0.4475 0.319 0.0298 0.2132 0.378 0.3781 0.2884 0.3452 0.0352 0.305 0.4162 0.1741 0.2884 0.3452 0.0352 0.305 0.2054 0.1427 0.3421 0.2915 0.1733 0.1439 0.3637 0.3945 0.3238 0.4437 0.5985 0.1168 0.3047 0.4689 0.1341 0.2402 0.0699 0.5146 0.2963 0.0076 0.3161 0.045 0.0677 0.4113 Bias input ke hidden 0.1422 0.0228 0.1479 0.191 0.1505 0.4743 Bobot hidden ke output 0.4899 0.2007 0.1391 0.0802 0.0814 0.3233 Bias hidden ke output 0.367 Proses training dengan menggunakan bobot nguyen-widrow pada tabel 5 menghasilkan kuadrat error=0.01 pada iterasi ke-74. Penurunan kuadrat error dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Penurunan kuadrat error iterasi ke-74 Pada pengujian awal ini didapatkan hasil bahwa jumlah iterasi pada proses tranning dengan menggunakan bobot random lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan bobot nguyenwidrow. Selanjutnya dilakukan bebepara kali proses trainning dan pengujian/testing dengan menggunakan bobot random dan bobot nguyenwidrow, dimana jumlah hidden layer tetap yaitu 6 dan nilai target error yang bervariasi. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Perbandingan hasil pengujian bobot random dengan bobot nguyen-widrow Target Bobot random Bobot nguyen-widrow error Iterasi Keakurasian Iterasi keakurasian 0.09 2 3.12 % 2 2.96 % 0.06 2 3.12 % 2 2.96 % 0.03 3 3.37 % 3 3.33 % 0.01 66 25 % 74 24.9 % 0.009 87 33.08 % 96 33.06 % 0.008 186 41.65 % 194 41.92 % 0.007 4691 42.75 % 5155 43.1 % Ratarata 719.57 21.73 % 789.43 21.75 % Dari hasil pengujian pada tabel 6 didapatkan bahwa pada inisialisasi bobot random jumlah iterasi paling kecil ada pada target error 0.09 dan 0.06 dengan jumlah iterasi=2 dengan tingkat keakurasian=3.12% dan jumlah iterasi paling besar ada pada target error 0.007 dengan jumlah iterasi=4691 dengan tingkat keakurasian=42.75%. Sedangkan pada inisialisasi bobot nguyen-widrow jumlah iterasi paling kecil sama seperti inisialisasi bobot random yaitu iterasi ke-2 namun dengan tingkat keakurasian=2.96% dan jumlah iterasi paling 61

besar ada pada target error 0.007 dengan tingkat keakurasian=43.1%. Ini berarti semakin kecil nilai target error maka nilai iterasinya akan semakin besar dan keakurasiannya juga semakin tinggi. Dari hasil pengujian pada tabel 6 juga dapat dilihat bahwa proses training dengan bobot nguyen-widrow lebih lama dibandingkan dengan bobot random. Hal ini berarti bahwa pada kasus prediksi curah hujan di Kota Medan dengan metode backpropagation neural network, proses training dengan inisialisasi bobot nguyen-widrow tidak lebih baik dari bobot random. Proses terakhir yaitu melakukan prediksi curah hujan untuk beberapa tahun berikutnya dengan mengambil nilai bobot hasil inisialisasi nguyen-widrow dengan keakurasian 43.1 %. Hasil prediksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil prediksi curah hujan 2013-2017 Tahun Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 1 116 136.4 147.5 165.6 150.3 2 107.9 89.6 101 108.8 102.4 3 149.9 134.4 173.8 203 178.1 4 214.2 196 160.5 153.6 137 5 314.2 285.6 232.2 238.2 174 6 133.7 104.1 112.3 129.3 139.5 7 189.3 230 198 175.6 169.9 8 150.1 154 197 252.2 255.7 9 258.1 229.9 245.5 210.4 162 10 293.5 268.8 250.1 219.9 218 11 248.5 298.7 233.3 175.7 199 12 241 197.6 159 122 154.4 Rata-rata 201.367 193.758 184.183 179.525 170.025 Dari tabel 7 hasil prediksi curah hujan tahun 2013-2017, diperkirakan bahwa curah hujan ratarata pertahun akan semakin turun dari tahun 2013 sampai tahun 2017. Tahun 2013 rata-rata curah hujan adalah 201.367, sedangkan pada tahun 2017 rata-rata curah hujan adalah 170.025. 7. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: a. Pada proses trainning JST, semakin kecil nilai target error maka nilai iterasinya akan semakin besar dan keakurasiannya juga semakin tinggi b. Pada kasus prediksi curah hujan di Kota Medan dengan metode backpropagation neural network, proses training dengan inisialisasi bobot nguyen-widrow tidak lebih baik dari bobot random, hal ini dapat dilihat dari proses training dengan bobot nguyenwidrow lebih lama dibandingkan proses training dengan bobot random. c. Tingat keakurasian terbesar pada proses pengujian prediksi curah hujan di Kota Medan dengan metode backpropagation neural network adalah 43.1 %, dengan target error 0.007. Daftar Pustaka: [1] Ihwan, Andi, 2013, Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat, Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. [2] Indrabayu, et al., 2011, Prediksi Curah Hujan di Wilayah Makasar Menggunakan Metode Wavelet-Neural Network, Jurnal Ilmiah Elektrikal Enjiniring UNHAS, Vol. 09, No. 02, Agustus. [3] Kharola, Manisha and Dinesh Kumar, 2014, Efficient Weather Prediction By Back- Propagation Algorithm, IOSR Journal of Computer Engineering (IOSR-JCE), Volume 16, Issue 3, Ver. IV, June. [4] Mishra, Khushboo, et al, 2014, Image Compression Using Multilayer Feed Forward Artificial Neural Network with Nguyen Widrow Weight Initialization Method, International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, Volume 4, Issue 4, April. [5] Naik, Arti R. and S.K.Pathan, 2012, Weather Classification and Forecasting using Back Propagation Feed-forward Neural Network, International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 12, December. [6] Oktaviani, Cici dan Afdal, 2013, Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Beberapa Fungsi Pelatihan Backpropagation, Jurnal Fisika Unand, Vol. 2, No. 4, Oktober. [7] Sutojo, T., et al, 2010, Kecerdasan Buatan, Yogyakarta: Andi Offset. Lampiran: Data curah hujan Kota Medan tahun 1997 2012 62

Tabel 1. Data curah hujan Kota Medan tahun 1997 2012 Bln 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 106.2 181 315 59 216.5 90.8 169.4 138.8 189.1 103.9 169.6 126.7 196 166.1 155.9 62 2 96.6 50.2 268.8 86.7 15.1 78.5 85.7 200.8 43.9 130.5 8.6 16.2 95.4 30.2 81.1 93 3 134.4 29.4 196.9 182.2 158 96.5 162.6 237.9 62.5 121.2 62.3 126.8 342.6 142.8 289.2 202 4 109.8 35.3 322 115 164.8 73.4 285.3 88.5 168.2 222.5 277.2 146 223.8 65.4 215.1 206 5 80.9 133.5 302.6 60.3 252.8 195.2 245.7 68 229.5 300.5 330.2 172.5 466.7 129 217.3 515 6 175.3 144.6 256.2 191.1 306.7 191.7 196.3 200.5 174 251.4 99.4 62 77.7 156.4 128 57 7 225.8 213 29.9 121.9 121.3 139.2 312.1 206.8 210.8 109.1 261.6 276.8 191.5 219.5 138.5 279 8 95.7 381 78.6 342.6 417.6 156.3 282 204.3 145.7 148.3 153.4 195.7 306 382.3 283.3 160 9 290.6 170.8 407.2 451.1 395.7 382.5 561.5 475.3 290.5 385.6 256.5 294.8 386 89.4 262.7 242 10 391.1 340.3 204.1 367.5 733 363.8 471.9 377.5 175.5 271.4 303.3 342.2 340.2 161.3 417.7 339 11 265.4 275.8 126.4 108 467.6 164.3 125.4 141.2 206.4 148.4 374.1 412.5 130.6 246.4 232.9 300 12 182.4 394.2 456.3 173.6 342.5 102.2 187.7 166.4 311.4 346.6 218.4 245.7 46.1 159.2 169.3 270 63