KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : XP 93 TAHUN 2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Unit kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, melakukan penilaian pelanggaran terhadap hasil pemeriksaan.

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Und

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang S

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 11/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 407 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA NUSAWIRU DI KABUPATEN CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT

Menimbang : a. bahwa International Civil Aviation Organization (ICAO)

2017, No Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tinda

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Telepon : (Sentral) NOMOR : KP. 364 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/308/2016 TENTANG TIM UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI KEMENTERIAN KESEHATAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon

2016, No Republik Indonesia Nomor 3601) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang.perubahan atas

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 611 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Nomor 29 Tahun 2016 tentang Tata Cara Mempekerjakan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. ASN. Revolusi Mental. Kode Etik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2017, No Indonesia Nomor 75 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Ap

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

- 1 - REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Re

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tamb

2 Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3925); 3. Peraturan Presiden No

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 227 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 23/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG TIM PENERTIBAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Peraturan Pemerintah 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Ind

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4

Udara Jenderal Besar Soedirman di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 7 TAHUN 2015 TENTANG

Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Peraturan Menteri

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN TRANSPORTASI UDARA BAGI JEMAAH HAJI REGULER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 55 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI KESEHATAN PENERBANGAN

-2-3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 442/KMK.011/2011 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE VERIFIKASI PEMBERIAN PEMBEBASAN ATAU

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

WiENTERi PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : XP 93 TAHUN 2015 TENTANG PRINCIPAL OPERATION INSPECTOR (POI), PRINCIPAL MAINTENANCE INSPECTOR (PMI) DAN PRINCIPAL TRAINING INSPECTOR (PTI) SERTA PENETAPAN HONORARIUM BAGI POI, PM DAN PTI Dl LINGKUNGAN DIREKTORAT KELAIKAN UDARA DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara dalam kegiatan pengawasan (surveillance) dan dalam upaya untuk menjaga tingkat keselamatan penerbangan dan pemenuhan regulasi perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan secara terus-menerus terhadap operator penerbangan; b. bahwa guna pelaksanaan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu dibentuk Principal Operation Inspector (POI), Principal Maintenance Inspector (PMI) dan Principal Training Inspector (PTI) untuk masing-masing operator penerbangan pemegang AOC, AMO dan AMTO di lingkungan Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; c. bahwa agar dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai POI, PMI dan PTI, untuk dapat bekerja secara profesional dengan konsep mandiri, transparan dan konsisten tanpa adanya ketergantungan sedikitpun kepada operator penerbangan yang menjadi tanggungjawabnya, maka perlu diberikan dan ditetapkan honorarium bagi para POI, PMI dan PTI dimaksud; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Principal Operation Inspector (POI), Principal Maintenance Inspector (PMI) Dan Principal Training Inspector (PTI) Serta Penetapan Honorarium Bagi POI, PMI Dan PTI Di Lingkungan Direktorat Kelaikan Udara Dan Pengoperasian Pesawat Udara; 1

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3059); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Bersumber Dari Kegiatan Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 136 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1337); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010; 9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara; 10. Keputusan Menteri Perhubungan Udara Nomor T.11/2/4-U Tahun 1960 Tentang Peraturan-Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2015; 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 72 Tahun 2013 tentang Kelas Jabatan di Lingkungan Kementerian Perhubungan; MEMUTUSKAN: Menetapkan PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA KEENAM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PRINCIPAL OPERATION INSPECTOR (POI), PRINCIPAL MAINTENANCE INSPECTOR (PM) DAN PRINCIPAL TRAINING INSPECTOR (PTI) SERTA PENETAPAN HONORARIUM BAGI POI, PMI DAN PTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT KELAIKAN UDARA DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA. Para Pejabat dan lnspektur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara yang ditunjuk sebagai Principal Operation Inspector (POI), Principal Maintenance Inspector (PMI) dan Principal Training Inspector (PTI) pada masingmasing operator penerbangan ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara setelah dilakukan evaluasi kinerja. Penunjukan dan pengusulan nama-nama POI, PMI dan PTI sebagaimana pada Diktum PERTAMA dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara atas usulan Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara. Para Pejabat dan lnspektur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara sebagaimana dimaksud pada Diktum PERTAMA dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai POI, PMI dan PTI, diberikan dan ditetapkan honorarium per bulan dengan rincian sebagaimana dalam lampiran keputusan ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini. Anggaran biaya untuk honorarium sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA dibebankan kepada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU). Besaran honorarium bagi POI, PMI dan PTI sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA dapat dievaluasi setiap 1 (satu) tahun sekali. Ruang lingkup kerja Principal Operation Inspector (POI) sebagai berikut: 1. melaksanakan bimbingan teknis operasi pesawat udara; 2. melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kepatuhan pemenuhan regulasi di bidang operasi pesawat udara yang dilakukan oleh operator penerbangan pemegang Air Operator Certificate (AOC); V

3. mengesahkan dan melaksanakan evaluasi terhadap Operation Specifications dan semua operation manual (bilamana ada perubahan) yang berhubungan dengan operasi pesawat udara serta memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC berlangganan operation manualy&ng diwajibkan; 4. memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC melaksanakan operasi penerbangan pesawat udara sesuai dengan ketentuan yang tercantum didalam Operation Specification; 5. melaksanakan Surveillance sesuai program tahunan berdasarkan Staff Instruction 8400 Volume 3 dan melaporkan secara berkala pelaksanaannya sesuai dengan Kalender Program Tahunan; 6. mengupload Surveillance Inspection Report ke dalam Database IMSIS secara regular setiap menyelesaikan inspeksi (inspection); 7. melaksanakan evaluasi teknis operasional terhadap tindak lanjut temuan surveillance yang telah dilakukan; 8. mengirimkan dan memberitahukan kepada operator penerbangan pemegang AOC terkait temuan surveillance yang telah dilakukan dan memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC melakukan corrective action atas temuan audit, surveillance dan rekomendasi keselamatan; 9. memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC menginput data ke Sistem Database Keselamatan Penerbangan Nasional pada setiap occurrence; 10. menjadi primary contact person apabila terjadi insiden atau kecelakaan pesawat udara dan memonitor bahwa operator penerbangan pemegang AOC segera melaporkan dan melakukan investigasi internal; 11. melaporkan dengan segera setiap pelanggaran yang dilakukan oleh operator penerbangan. KETUJUH : Ruang lingkup kerja Principal Maintenance Inspector (PMI) sebagai berikut: 1. melaksanakan bimbingan teknis perawatan pesawat udara; 2. melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kepatuhan pemenuhan regulasi di bidang perawatan pesawat udara yang dilakukan oleh operator penerbangan pemegang AOC dan AMO; $d~

3. memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC dan AMO merawat pesawat udara dan komponenkomponennya sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Operation Specification I Authorization Condition & Limitation (OS I ACL); 4. mengesahkan dan melaksanakan evaluasi terhadap OS I ACL dan semua technical manual (bilamana ada perubahan) yang berhubungan dengan perawatan pesawat udara; 5. memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC dan AMO berlangganan technical manual yang diwajibkan; 6. melakukan evaluasi teknis dari laporan kesukaran dalam pengoperasian pesawat udara (Service Difficulty Report); s 7. melakukan evaluasi teknis terhadap tindak lanjut temuan Ramp Check yang telah dilakukan oleh DKUPPU; 8. melaksanakan surveillance sesuai program berdasarkan Staff Instruction 8300 dan melaporkan secara berkala pelaksanaannya; 9. memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC dan AMO segera melaporkan apabila terjadi perubahan management personnel; 10. memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC merawat pesawat udara dan komponenkomponennya di AMO yang disetujui DKUPPU; 11. memastikan komponen-komponen/part diperoleh dari distributor aeronautical product yang disetujui DKUPPU; 12. memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC dan AMO menginput data yang diperlukan ke Sistem Database Keselamatan Penerbangan Nasional; 13. menjadi primary contact person apabila terjadi insiden atau kecelakaan pesawat udara dan memonitor bahwa operator penerbangan pemegang AOC segera melaporkan dan melakukan investigasi internal; 14. memastikan bahwa operator penerbangan pemegang AOC dan AMO melakukan corrective action atas temuan audit, surveillance, ramp check dan rekomendasi keselamatan. KEDELAPAN : Ruang lingkup tugas Principal Training Inspector (PTI) sebagai berikut: 1. melaksanakan bimbingan teknis pendidikan dan pelatihan penerbang dan perawatan pesawat udara;

2. melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kepatuhan pemenuhan regulasi di bidang pendidikan dan pelatihan penerbang dan perawatan pesawat udara yang dilakukan oleh pemegang Pilot School Certificate (PSC) dan Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO); 3. mengesahkan dan melaksanakan evaluasi terhadap Operation Specification dan semua technical manual (bilamana ada perubahan) yang berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan penerbang dan perawatan pesawat udara; 4. memastikan bahwa pemegang Pilot School Certificate (PSC) dan Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO) segera melaporkan apabila terjadi perubahan management personnel; 5. melaksanakan surveillance sesuai program tahunan dan melaporkan secara berkala pelaksanaannya sesuai dengan Kalender Program Tahunan; 6. mengupload Surveillance Inspection Report ke dalam Database IMSIS secara regular setiap menyelesaikan inspection; 7. mengirimkan dan memberitahukan kepada pemegang Pilot School Certificate (PSC) dan Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO) terkait temuan surveillance yang telah dilakukan dan memastikan bahwa Pilot School dan AMTO melakukan corrective action atas temuan audit, surveillance dan rekomendasi keselamatan; 8. memastikan bahwa pemegang Pilot School Certificate (PSC) dan Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO) melakukan corrective action atas temuan audit, dan surveillance; 9. melaksanakan evaluasi teknis operasional terhadap tindak lanjut temuan surveillance yang telah dilakukan; 10. memastikan bahwa menginput data ke Sistem Database Keselamatan Penerbangan Nasional pada setiap occurrence; 11. menjadi primary contact person apabila terjadi insiden atau kecelakaan pesawat udara pada pemegang Pilot School Certificate (PSC) dan memonitor bahwa segera melaporkan dan melakukan investigasi internal; 12. melaporkan dengan segera setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pemegang Pilot School Certificate (PSC) dan Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO).

KESEMBILAN : Biaya yang timbul dalam pelaksanaan tugas-tugas fungsi dan pokok, dibebankan pada DIPA Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara dan dapat dievaluasi setiap 1 (satu) tahun sekali. KESEPULUH : Direktur Jenderal Perhubungan Udara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan Menteri ini. KESEBELAS : Anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada Diktum KETIGA dan Diktum KESEMBILAN berlaku selama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal 1 Januari 2015. KEDUABELAS : Keputusan Menteri Perhubungan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 17 Februari 2015 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd IGNASIUS JONAN Salinan sesuai dengan aslinya / I D.HtfKUM.DAN KSLN, SRI LESTARI Rjf-HAYU Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19620620 198903 2 001

Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor : KP 93 Tahun 2015 Tanggal : 17 Februari 2015 BESARAN HONORARIUM BAGI PRINCIPAL OPERATION INSPECTOR (POI), PRINCIPAL MAINTENANCE INSPECTOR (PMI) DAN PRINCIPAL TRAINING INSPECTOR (PTI) DI LINGKUNGAN DIREKTORAT KELAIKAN UDARA DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA NO NOMENKLATUR BESARAN HONOR 1 Principal Operation Inspector Rp. 8.000.000,- 2 Principal Maintenance Inspector Rp. 8.000.000,- 3 Principal Training Inspector Rp. 8.000.000,- MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd sesuai dengan aslinya UlluM DAN KSLN, IGNASIUS JONAN ARI RAHAYU Tk. I(IV/b) 620620 198903 2 001