II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV B SD NEGERI CLAPAR MELALUI METODE TALKING STICK

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

Kata Kunci : Group Investigation, pemahaman konsep kegiatan ekonomi. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SQUARE (TPS) DAN JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. matematis siswa perlu adanya suatu bentuk latihan-latihan matematis yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATAKULIAH FISIKA MATEMATIKA BERBASIS TUTORIAL

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama dan

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dari ilustrasi yang dekat dan mampu dijangkau siswa, dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (dalam Musfah,2015:9), pendidikan adalah usaha sadar

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola situasi (Warsita, 2008: 287). Sutikno (2005: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Guna menciptakan pembelajaran yang efektif, guru dituntut kreatif dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran sehingga dapat merancang bahan belajar yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai jika siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Dick dan Reiser (dalam Warsita, 2008: 288) pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar

10 keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang. Pembelajaran yang efektif memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila jumlah siswa yang mendapatkan nilai minimal 65 pada kelas yang menggunakan strategi pembelajaran Jigsaw lebih dari 60% dari jumlah siswa. Nilai 65 bukan merupakan nilai KKM yang ditetapkan sekolah, melainkan standar ketuntasan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang ditentukan oleh peneliti. B. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif mengacu pada kerja sama siswa dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman serta kegiatan lainnya dengan tujuan untuk membantu siswa yang satu dengan siswa yang lainnya agar dapat mencapai sukses bersama secara akademik. Roger dkk. dalam Huda (2011: 29) menyatakan sebagai berikut. Cooperatif learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others

(Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara soaial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain). Daryanto dan Rahardjo (2012: 242) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut. 1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbedabeda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. 3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. Solihatin dkk. (2007: 4) dalam Taniredja (2011: 56) menyataan bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. 11 Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin siswa bekerja secara kooperatif, antara lain sebagi berikut. 1. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. 2. Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil

12 atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh anggota kelompok itu. 3. Agar mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok harus bicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran dimana siswa bekerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Terstruktur artinya saling berinteraksi satu sama lain dan tiap individu mempunyai tanggung jawab yang sama, karena berhasil atau tidaknya kelompok menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompoknya. C. Pembelajaran Tipe Jigsaw Pembelajaran tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif di mana peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997 dalam Yamin, 2013: 92). Sugianto dkk. (2014: 118) menyatakan sebagai berikut. Model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin di Universitas John Hopkin (Arends, 2008).Tipe mengajar jigsaw dikembangkan, sebagai metode cooperative learning.tipe ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, bahasa dan lain-lain.tipe ini cocok untuk semua kelas.

Menurut Yamin (2013: 91) kooperatif Jigsaw merupakan model yang membelajarkan peserta didik melalui teman-teman sebaya dan mencipta semangat 13 kerja sama serta memupuk suatu tanggung jawab. Di samping mencipta kerjasama dalam belajar untuk tahu dan mengetahui tentang sesuatu, peserta didik juga dihargai atau diberi kepercayaan oleh guru dan teman kelompoknya untuk menguasai suatu topik dan masalah yang kemudian akan kembali ke kelompok untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Secara umum langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu sebagai berikut. Bahan Ajar & Kelompok Asal Diskusi Kelompok Ahli Diskusi Kelompok Asal Pengetesan Pengharga an Gambar 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sesuai dengan diagram di atas, dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, langkah pertama yaitu guru menyiapkan materi yang akan didiskusikan sesuai dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk. Kemudian siswa berdiskusi untuk membagi materi bahasan yang akan didapat oleh masing-masing siswa di kelompok asal, setelah masing-masing siswa mendapatkan satu materi bahasan, siswa membentuk kelompok ahli. Langkah kedua yaitu setiap siswa berdiskusi tentang materi yang ditugaskan di dalam kelompok ahli. Kemudian langkah ketiga yaitu setiap siswa pada kelompok ahli kembali ke kelompok asal, mengajarkan materi masing-masing ke anggota lainnya dalam kelompok asal. Langkah keempat yaitu setelah selesai berdiskusi di kelompok asal, guru

14 mengadakan tes yang mencakup seluruh materi yang telah didiskusikan. Langkah kelima yaitu pengahargaan. Dengan diberikan penghargaan, siswa terdorong untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan terdorong untuk lebih giat belajar. Kelompok Asal 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 3 4 3 4 3 4 1 1 2 2 3 3 4 4 1 1 2 2 3 3 4 4 Gambar 2.2 Illustrasi Kelompok Jigsaw Kelompok Ahli Sesuai dengan diagram di atas, dalam pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan, mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan berusaha mengajarkan pada

teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan 15 dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik. D. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan dasar yang sangat penting dimiliki oleh setiap siswa, karena pada matematika terdapat konsep sebagai prasyarat konsep selanjutnya. Konsep-konsep pada matematika tersusun secara terstruktur dari konsep yang sederhana sampai konsep kompleks. Seperti yang dikemukakan oleh Suherman dkk. (2003: 22) konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Hal ini membuat siswa harus memiliki konsep yang benar agar dapat memahami konsep selanjutnya. Namun, saat ini pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa masih rendah bahkan dipahami secara keliru. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2006: 156) bahwa masih banyak siswa yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar. Pemahaman konsep terdiri dari kata pemahaman dan konsep. Menurut Purwanto (1994: 44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa

16 mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Sedangkan pengertian konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut (Ruseffendi, 1998: 157). Langkah-langkah dalam menanamkan suatu konsep berdasarkan penggabungan beberapa teori belajar Bruner menurut Hudojo (2003: 123) yaitu: 1) guru memberikan pengalaman belajar kepada siswa berupa contoh-contoh yang berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang sesuai dengan struktur kognitif siswa; 2) siswa diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan bentuk pertanyaan; 3) siswa diminta untuk memberikan contoh-contoh sendiri tentang suatu konsep sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah memahami konsep tersebut; 4) siswa diberikan kesempatan untuk mendefinisikan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri; 5) siswa diberikan lagi contoh mengenai konsep dan bukan konsep; 6) siswa mengerjakan latihan soal untuk memperkuat konsep tersebut. Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (dalam Tim PPPG Matematika, 2005: 86) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu: 1. Menyatakan ulang sebuah konsep, 2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, 3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, 6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

17 Murizal, Angga dkk. (2012: 19-20) menyatakan sebagai berikut. Pemahaman konsep matematis penting untuk belajar matematika secara bermakna, tentunya para guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman yang bersifat dapat menghubungkan. Hal ini merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003: 7) bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata dan mampu mengembangkan kemampuan lain yang menjadi tujuan dari pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas maka pemahaman konsep matematis yaitu kemampuan siswa dalam memahami sebuah konsep yang berupa penguasan materi serta dapat menjelaskan kembali konsep yang diperolehnya dengan menggunakan kalimatnya sendiri dan mencakup indikator pemahaman konsep matematis. E. Kerangka Pikir Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran Jigsaw ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran Jigsaw (X). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis siswa (Y). Pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami konsep, situasi, dan fakta yang diketahui serta dapat menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak merubah artinya. Jadi, pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan

menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan 18 pengetahuannya sendiri, bukan sekedar menghafal. Dengan demikian, siswa dapat menemukan dan menjelaskan kaitan suatu konsep dengan konsep lainnya. Salah satu alternatif yang diduga efektif meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini didesain sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok dengan lebih menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerja sama yang teratur yang terdiri atas empat orang atau lebih. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena dalam diskusi mereka mengenai konten materi, konflik kognitif akan timbul, dan pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, diskusi kelompok dilakukan sebanyak dua kali, pertama diskusi bersama kelompok ahli dan kedua diskusi bersama kelompok asal. Dalam diskusi kelompok ahli, siswa dituntut untuk mengeluarkan pendapat dan belajar bersama mengenai tugas yang diberikan. Dalam diskusi kelompok asal, setiap siswa dituntut untuk dapat menjelaskan materi yang didapat dalam diskusi kelompok ahli. Dalam diskusi kelompok inilah akan terjadi interaksi antarsiswa, dan tanpa disadari siswa juga belajar untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis.

19 F. Anggapan Dasar Seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 2 Abung Tinggi memperoleh materi pembelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diabaikan dalam perhitungan. G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw efektif diterapkan pada siswa-siswa ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 2 Abung Tinggi Tahun Pelajaran 2014/2015.