HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

dokumen-dokumen yang mirip
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

PENDAHULUAN Latar belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon aren atau enau (Arenga pinnata) adalah pohon yang banyak

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah yang digemari, selain rasanya

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi yang banyak ditemui dalam produk bir, anggur dan sebagainya.

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. Buah kelapa merupakan salah satu bahan pangan yang banyak. digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan akan produk kelapa bagi

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

PERBANDINGAN KADAR ALKOHOL DAN ASAM ASETAT PADA CUKA AIR CUCIAN BERAS

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kisaran 321 ribu hektar, 64,74% diantaranya terdapat di pulau jawa

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tangga, industri, pertambangan dan lain-lain. Limbah berdasarkan sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kebutuhan gula masyarakat dipenuhi oleh produsen lokal dan produsen

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

TEKNIK PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga kakao juga digunakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh merupakan salah satu dari jenis produk minuman yang dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi. perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tembakau (Nicotiana rustica dan Nicotiana tabacum) merupakan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari

FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

I. PENDAHULUAN. berbagai usaha untuk meningkatkan produksi gula selain gula tebu karena gula tebu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DAN KADAR GLUKOSA HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi). Di Sulawesi Utara, pengolahan etanol dari nira aren dilakukan

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

Teknik Bioenergi Dosen Pengampu: Dewi Maya Maharani. STP, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco

PENGARUH ph DAN KONSETRASI Zymomonas mobilis UNTUK PRODUKSI ETANOL DARI SAMPAH BUAH JERUK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Musa paradisiaca. Pisang merupakan tanaman hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri gula di Indonesia pernah berjaya di tahun 1930-an, yang mampu mengekspor sekitar 2,4 juta - 3 juta ton gula (Sudana et al., 2000 dikutip Rachma, 2006). Namun dalam satu dekade belakangan ini, ekspor gula terus mengalami penurunan. Volume ekspor gula pada tahun 2008 mencapai 1,543 ton dan pada tahun 2010 mengalami penurunan lagi sebesar 73,93 % yakni menjadi 581 ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh penurunan jumlah produksi gula di Indonesia. Sumber utama gula di Indonesia adalah tanaman tebu. Semakin menurunnya jumlah produksi tebu menyebabkan Indonesia berubah dari negara pengekspor gula menjadi negara pengimpor gula. Selain tidak dapat mencukupi konsumsi dalam negeri, produksi gula dalam negeri juga tidak mampu bersaing dengan gula impor. Pemerintah telah merencanakan swasembada gula pada tahun 2014 sebagai upaya untuk meningkatkan produksi gula nasional yang semakin rendah. Rendahnya produksi gula nasional salah satunya disebabkan oleh produktivitas dan efisiensi industri gula rendah. Penyebab rendahnya produktivitas dan efisiensi industri gula salah satunya disebabkan karena kualitas nira tebu yang sudah rusak saat diolah menjadi gula. Menurut Muchtadi (1992) kerusakan nira tebu disebabkan karena proses fermentasi dalam nira tebu oleh mikroorganisme yang FTIP001640/015

2 menyebabkan kadar sukrosa menurun dan batang tebu yang tidak langsung digiling pada saat telah dipanen juga akan menyebabkan kadar sukrosa menurun. Penurunan kadar sukrosa dalam proses pengolahan nira tebu menjadi gula dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu reaksi enzimatis, pertumbuhan mikroorganisme dan lingkungan. Reaksi enzimatis pada nira tebu salah satunya adalah reaksi invertasi, yang menghidrolisis sukrosa menjadi gula pereduksi. Reaksi invertasi dikatalis oleh enzim invertase yang dihasilkan oleh Saccharomyces cereviceae, maupun yang terdapat secara alami dalam nira tebu. Reaksi ini dapat memicu kerusakan nira tebu karena menyebabkan degradasi sukrosa. Penurunan kadar sukrosa juga dapat diakibatkan karena pertumbuhan mukroorganisme. Mikroorganisme yang merusak nira dalam keadaan aerob melalui rangkaian fermentasi, antara lain Saccharomyces sp. dan Acetobacter sp. Mikroorganisme tersebut menginvertasi sukrosa sampai menghasilkan alkohol sebagai produk akhir. Faktor lingkungan secara tidak langsung mempercepat reaksi enzimatis dan mikrobiologis. Ketiga faktor tersebut menyebabkan degradasi sukrosa (Pancoast, 1980, dikutip Rachma 2006) Penghambatan laju degradasi sukrosa dapat dilakukan dengan menghambat aktivitas invertase yang mengkatalis perubahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Penghambatan tersebut dapat dilakukan dengan penambahan bahan penghambat atau disebut inhibitor pada saat proses invertasi yang disebut proses inhibisi. Selain itu, penghambatan juga dapat dilakukan dengan pemberian bahan pengawet ke dalam nira tebu untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Ada beberapa oknum industri yang menambahkan pengawet kimia FTIP001640/016

3 ke dalam nira tebu. Pengawet kimia tersebut salah satunya adalah formalin (Wibowo, 2006). Penggunaan formalin pada bahan pangan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, salah satunya adalah kanker. Penggunaan formalin pada dosis tinggi dapat menyebabkan kematian (Judarwanto, 2006). Salah satu upaya untuk mengantisipasi penggunaan bahan-bahan kimia pada nira tebu yaitu dengan memanfaatkan bahan alam. Penggunaan bahan alam diharapkan dapat mengurangi masalah keamanan pangan. Bahan alam yang dapat digunakan sebagai pengawet nira, antara lain kulit dan buah manggis, laru janggut, kulit batang kusambi, tangkal nangka serta daun jambu mete (Sedarnawati et al, 1999). Bahan alam lain yang dapat dijadikan sebagai pengawet pada nira adalah akar kawao (Millettia sericea). Menurut Teysmann dikutip Menninger (1970), orang jawa memberikan sepotong akar kawao dalam cairan aren yang masih segar agar cairan aren tersebut tidak menjadi asam. Akar kawao banyak digunakan oleh petani nira kelapa di Banten dan Jawa Barat (Sedarnawati et al, 1999). Nira aren dan nira kelapa memiliki karakteristik yang hampir sama dengan nira tebu sehingga akar kawao dianggap dapat juga dijadikan sebagai pengawet pada nira tebu. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Filianty (2007) yang mengaplikasikan akar kawao pada nira tebu dan terbukti bahwa akar kawao yang ditambahkan kedalam nira tebu dapat mencegah kerusakan nira tebu. Akar kawao juga memberikan respon positif terhadap penghambatan laju degradasi sukrosa (Rachma, 2006), dimana sukrosa adalah komponen utama dalam nira tebu. Menurut Dirga (2011) membuktikan bahwa akar kawao mampu menghambat laju FTIP001640/017

4 pertumbuhan dari Saccharomyces cerevisiae yang merupakan mikroorganisme kontaminan utama dalam nira. Akar kawao selama ini diaplikasikan sebagai bahan pengawet dalam bentuk segar. Bentuk akar kawao segar memiliki umur simpan yang singkat dan cepat rusak. Komponen aktif yang bersifat sebagai pengawet dalam akar kawao dapat diperoleh dari proses ekstraksi. Prinsip ekstraksi didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989, dikutip Utami, 2009). Cara maserasi banyak digunakan karena merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana tanpa menggunakan alat yang rumit. Maserasi termasuk ekstraksi yang dilakukan dengan cara dingin, yaitu menggunakan suhu kamar dengan prinsip pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Kurnia, 2010, dikutip Wulandari, 2011). Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam teknik maserasi adalah jenis pelarut. Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi.. Jenis pelarut untuk ekstraksi bahan pangan seharusnya merupakan pelarut yang aman (food grade) dalam jumlah tertentu. Etanol merupakan pelarut yang food grade sehingga aman bagi kesehatan (Widyawati, 2005). Ekstraksi menggunakan etanol diharapkan dapat meningkatkan jumlah alkaloid dan flavonoid yang terekstrak. Menurut Wulandari (2011), ekstraksi menggunakan etanol menghasilkan 18 jenis fitokimia, yang termasuk didalamnya flavonoid dan alkaloid. Ekstraksi akar kawao dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol akan menghasilkan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol yang lebih baik dan lebih mudah pengaplikasiannya pada nira tebu. FTIP001640/018

5 Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak akar kawao fraksi larut etanol terhadap penghambatan kerusakan nira tebu. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : Sampai sejauh mana hubungan antara konsentrasi ekstrak akar kawao fraksi larut etanol terhadap beberapa parameter kerusakan pada nira tebu. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol terhadap penghambatan kerusakan nira tebu. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan konsentrasi yang tepat dari ekstrak akar kawao fraksi larut etanol dalam penghambatan kerusakan nira tebu. 1.4. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh produsen gula baik dalam skala kecil (industri rumahan oleh petani nira) maupun skala besar (pabrik gula) dalam mengawetkan nira tebu menggunakan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol serta menyediakan data yang dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. FTIP001640/019