BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I LATAR BELAKANG

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI PONDOK PESANTREN AS AD DAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Nuraida dkk, 2014). Sedangkan pada kenyataannya masih banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

A. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGGUNA (SANTRI/WATI, USTADZ/AH, KARYAWAN) POSKESTREN

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren di Indonesia memiliki tugas yang sangat besar, baik bagi kemajuan pendidikan Islam maupun bagi bangsa Indonesia keseluruhan. Tujuan pesantren adalah untuk menciptakan dan membentuk generasi muda sebagai penerus yang cerdas dan berakhlak mulia. Kegiatan pendidikan agama di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan keagamaan inilah kemudian berubah menjadi nama pondok pesantren. Dalam catatan Howard M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik para santri untuk mempunyai keinginan belajar (Kementrian Agama, 2012). Hasil Riskesdas (2007) diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014 menetapkan target 70% rumah tangga yang sudah mempraktekan PHBS pada Tahun 2014. Persentase rumah tangga Ber-PHBS memang merupakan salah satu Indicator Kinerja Utama (IKU) dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI, 2012). 1

2 Upaya peningkatan perilaku sehat di rumah tangga belum menunjukan hasil yang optimal, hal ini dapat dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Tahun 2010 yang menunjukan bahwa di Indonesia hanya 24,9% rumah penduduk yang tergolong rumah sehat. Terdapat 16 provinsi di Indonesia dengan persentase rumah sehat yang lebih rendah dari nilai nasional (24,9%) yang mana Sulawesi selatan merpakan salah satu provinsi dengan persentase rumah sehat rendah (17,6%) (Balitbangkes, 2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat dilakukan diberbagai tempat, misalnya di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat umum. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, keinginan, dan kemauan seorang individu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Terdapat beberapa indikator perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pendidikan, diantaranya adalah tersedianya jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa, air bersih dan mengalir disetiap kelas, tidak ada sampah yang berserakan di ruang kelas maupun di luar kelas, ketersediaan UKS berfungsi dengan baik, siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM), kukunya pendek dan bersih, santri tidak merokok, para santri ada yang menjadi tim kesehatan di pesantren (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2006). Angka pencapaian PHBS di Puskesmas unit II Sentolo, Kulon Progo dimana Pondok Pesantren Nurul Haromain berada sebesar 22,20%. Ruang lingkup masalah kesehatan kemungkinan bisa terjadi antara lain berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan bias berasal dari bakteri, jamur, dan

3 virus, selain itu kelemahan, ketidaknyamanan, ketidakpuasaan, itu semua adalah masalah yang bisa terjadi di lingkungan Pondok pesantren (Mubarak, 2009). Menurut Depkes RI, budaya bersih merupakan salah satu cerminan suatu sikap dan perilaku masyarakat di Pondok Pesantren dalam menjaga serta memelihara kebersihan bagi para santri itu sendiri dalam kehidupan seharihari. Pondok Pesantren sebagai suatu tempat pendidikan di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 40.000. Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti tuberculosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan hapir semua dijumpai di Pondok Pesantren (Nugraheni, 2008). Penularan penyakit sangat mudah disebabkan oleh tingkat kepadatan dan lingkungan yang kurang baik. Pada umumnya kondisi ini kesehatan di lingkungan Pondok Pesantren masih sangat memerlukan dan membutuhkan perhatian dari berbagai pihak terkait baik dalam aspek pelayanan kesehatan, perilaku sehat, maupun kesehatan di Pondok Pesantren itu sendiri (Effendi & Mahfudli, 2007). Pondok Pesantren di Indonesia sebagian besar memiliki masalah besar tentang kesehatan dan masalah terhadap penyakit. Masalah kesehatan dan penyakit di pesantren merupakan masalah yang sangat serius dan tidak sedikit pesantren-pesantren termasuk yang masih tradisional ataupun jauh dari kehidupan modern. Hal ini jarang mendapat perhatian dengan baik dari warga di Pesantren itu sendiri, masyarakat, dan juga pemerintah (Haryono, 2006).

4 Fakta sebagian pesantren tumbuh dan berkembang di lingkungan yang kumuh, kotor, lembab, tempat dan WC yang kurangnya perawatan, dan sanitasi yang buruk (Badri, 2007). Hal ini dikarenakan para santri mempunyai sifat kesederhanaan dan kurangnya fasilitas dan sarana yang ada di Pondok Pesantren itu sendiri dan menjadi salah satu factor yang mempengaruhi perilaku kesehatan bagi santri di lingkungan Pondok Pesantren. Terdapat pula factor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat santri adalah kurangnya promosi kesehatan dari pondok itu sendiri maupun dari berbagai pihak seperti Puskesmas dan tim kesehatan lainnya (Ikhwanudin, 2013). Penyebab dari masalah tersebut adalah pengetahuan tentang tentang hidup bersih dan sehat yang masih kurang di lingkungan Pondok Pesantren terutama para santri. Informasi, pengetahuan kesehatan dan asumsi budaya kebersihan dan kesehatan sangat kurang sekali santri yang mengeri tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini sebabkan sumber informasi yang masuk ke dalam pesantren masih terbatas, sehingg dibutuhkan buku bacaan dan promosi kesehatan tentang perilaku kesehatan dan kebersihan (Ikhwanudin, 2013). Salah satu penyebab buruknya kualitas kehidupan para santri di pondok pesantren di Indonesia karena pondok pesantren memiliki perilaku sederhana sesuai dengan tradisi atau sebagai turun-temurun yang belum mampu membersihkan lingkungan dan menjaganya. Hal ini diperburuk dengan kurangnya fasilitas di dalam Pondok Pesantren untuk menunjung

5 kehidupan para santri sehari-hari dalam rangka meningkatkan kesehatannya. Perilaku para santri juga tidak jauh berbeda dengan mencontoh kyai ustad dan badal (pengganti kyai) yang tidak lepas dari perilaku kesederhanaan karena alasan keterbatasan fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren tersebut (Rofiq, 2008). Penelitian yang tentang penyakit menular yang ada di Pesantren di Jawa Timur, salah satunya adalah penelitian Rahadian (2008) mengenai kebersihan perorangan santri dan sanitasi Pondok Pesantren putri KHA. Wahid Hasyim Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan kondisi sanitasi Pondok Pesantren masih kurang baik dan kebanyakan para santri sering menderita flu, pusing, batuk, sakit kepala, sakit gigi, penyakit kulit dan sebagainya. Hal ini disebabkan kurangnya promosi kesehatan dari berbagai pihak seperti dari Puskesmas ataupun dari tim kesehatan lainnnya yang diberikan pada para santri, karena dengan promosi kesehatan berperan sebagai edukasi kepada santri untuk hidup sehat, menjaga dirinya agar bisa tetap sehat, dan meningkatkan kualitas kesehatan. Pondok Pesantren merupakan tempat dimana anggota para santri berkumpul dan saling berhubungan satu dengan yang lainya. Semua anggota para santri serta kebiasaan hidup sehari harinya merupakan suatu kesatuan yang berhubungan erat dengan lingkungan di Pesantren. Oleh karena itu kesehatan harus dimulai dari diri para santri di Pondok Pesantren untuk menjaga kesehatan. Pondok Pesantren dapat terwujud bila ada kemauan, keinginan setiap anggota para santri untuk menjaga, meningkatkan, dan

6 melindungi kesehatanya dari berbagai ancaman penyakit melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkep RI, 2006). Meningkatkan PHBS merupakan hal yang positif yang dapat dilakukan oleh para santri untuk mendukung program pemerintah. Derajat kesehatan dalam tatanan Pesantren dapat mengalami peningkatan karena kesehatan individu mempengaruhi konsentrasi dan rasa nyaman dalam proses belajar mengajar. Peningkatan PHBS sangat ditentukan oleh para santri penghuni Pondok Pesantren dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada kebersihan lingkungan dan gaya hidup masing-masing individu (Effendy, 2009). Secara konsep teori perilaku, dari pengetahuan akan berubah menjadi sikap dan sikap menjadi tindakan (Notoatmodjo, 2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan kebiasaan hidup pada individu, keluarga dan masyarakat yang ada di Pesantren berorientasi sehat, serta bertujuan untuk meningkatkan, melindungi, dan memelihara kesehatan baik fisik, mental, maupun social (Dinas Kesehatan, 2010). Kondisi sehat ini dapat dicapai dengan mengubah dan mempunyai keinginan dari diri sendiri para santri untuk mengubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat dan bisa menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di pesantren (Dinas Kesehatan, 2010). Sehat menurut batasan World Health Organization (2006) adalah dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan kepada seseorang atau individu hidup yang bersih dan sehat

7 adalah menciptakan dan menjadikan para santri di Pondok Pesantren yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadikan umat yang pilihan (Bondan, 2007). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Pesantren adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan menuju yang lebih baik, dan mampu mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di Pondok Pesantren (Supiyan, 2013). PHBS merupakan salah satu strategis yang dapat dilakukan untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan pada santri di Pondok Pesantren, artinya harus ada kerjasama antara santri-santri yang lain untuk meningkatkan keshatannya (Depkes RI, 2007). Salah satu lembaga di Pesantren yang dapat memantau PHBS di Pesantren adalah Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren). Poskestren merupakan salah satu usaha kesehatan yang bisa dilakukan oleh masyarakat di lingkungan Pesantren dengan mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan), dan juga dengan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan binaan puskesmas setempat. Tujuan Poskestren adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran santri, guru, dan ustadz tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan kesadaran untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan meningkatkan kemauan dan kemampuan untuk melindungi diri berbagai penyakit. Pencegahan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada di Pondok Pesantren adalah salah satunya dengan mandi

8 secara teratur dengan menggunakan sabun, menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali minimal, tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain, mencuci sprei, sarung bantal, selimut, dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu, hindari kontak dengan orang-orang lain atau lain serta pakaian, menjaga kebersihan ruangan tempat tidur. Kondisi Poskestren saat ini hampir semua Pesantren di Indonesia yaitu masih belum aktif dengan baik disebabkan oleh kurangnya informasi tentang pengetahuan dan keterampilan dari petugas baik para guru, ustazd, maupun dari para santri sendiri di Pesantren untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Poskestren sangat penting bagi warga ataupun bagi santri yang ada di Pesantren untuk memperoleh kemudahan mendapatkan informasi, pengetahuan, dan pelayanan kesehatan, memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan, dan mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi warga pesantren. Revitalisasi Poskestren merupakan proses pengulangan, upaya, dan usaha untuk melakukan perbaikan kembali dari kekurangan yang ada sebelumnya dan di harapkan bisa meningkatkan kesehatan bagi para masyarakat atau para santri yang ada di Pesantren (Laretna, 2005). Revitalisasi Poskestren merupakan usaha-usaha untuk menjadikan suatu itu menjadi penting dan perlu sekali dan suatu cara, usaha, dan upaya untuk meningkatkan kesehatan, meningkatkan pengetahuan masyarakat, guru, dan para santri yang ada di pesantren. Berarti juga hal ini menjadi sesuatu yang penting bagi para santri di pondok pesantren untuk mengubah, dan meningkatkan pola Perilaku

9 Hidup Bersih dan Sehat agar para santri bisa meningkatkan kesehatanya, memperoleh pengetahuan, dan kemampuan untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih nyaman dan sehat. Tujuan dari revitalisasi Poskestren merupakan suatu pencegah terjadinya penurunan kesehatan salah satunya Perilaku Hidup Sehat dan Bersih. Salah satu upaya utuk para santri yang kurang merawat diri, menjaga kesehatan di lingkungan Pondok Pesantren. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi di Kabupaten Sleman pada bulan Januari 2015 ditemukan data, bahwa Poskestren di Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi untuk saat ini belum berjalan atau belum aktif karena Pondok Pesantren masih dalam tahap renovasi pembangunan dan sebelumnya Poskestren memang sudah ada, tetapi poskestrennya hanya untuk mengobati jika para santri ada yang sakit. Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi memiliki jumlah santri sebanyak 337 yang terbagi atas takhasus, kerja, sekolah, kuliah dan MA. Dua tahun terakhir ini baru membuka sekolah MTs dan MA sendiri, sebelumnya MTs dan MA pesantren ini masih bergabung dengan MTs dan MA yang ada di Mlangi. Pada tahun 2008, pernah mempunyai Poskestren yang dananya dibiayai langsung oleh kemenkes sebesar 50 juta rupiah, namun berjalannya waktu Pondok ini sedang dalam tahap renovasi sekolah dan asrama sehingga bangunan Poskestren sendiri dialihkan menjadi asrama. Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan beberapa santri dan salah satu guru di Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi di Kabupaten

10 Sleman. Para santri dan guru mengatakan bahwa untuk kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dari 8 indikator PHBS di lingkungan Pondok Pesantren belum semua dilakukan oleh para santri seperti : 1. Mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan menggunakan sabun, 2. Mengkonsumsi jajan sehat dikantin, 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat, 4. Olah raga yang teratur dan terukur, 5. Memberantas jentik nyamuk, 6. Tidak merokok, 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan, dan 8. Membuang sampah pada tempatnya. Melihat fenomena diatas peneliti tertarik untuk mengetahui peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat para santri melalui program revitalisasi poskestren di Pondok Pesantren Assalafiyah Kabupaten Sleman. B. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan PHBS pada santri di pesantren melalui program revitalisasi poskestren? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada santri di Pesantren melalui program revitalisasi Poskestren. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada santri di Pesantren sebelum program revitalisasi Poskestren.

11 b. Mengetahui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada santri di Pesantren setelah program revitalisasi Poskestren. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis Memberikan informasi kepada para santri, tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada santri melalui program revitalisasi Poskestren. 2. Manfaat teoritis a. Penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan untuk keperawatan komunitas khususnya asuhan keperawatan pada kelompok khusus yaitu Pesantren. b. Hasil penelitian ini dapat menjadikan informasi awal bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut dengan masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pesantren. E. Penelitian Terkait 1. Azizah (2012), judul penelitian : hubungan antara pengetahuan santri tentang PHBS dan peran ustadz dalam mencegah penyakit skabies dengan perilaku pencegahan penyakit skabies. Hasil penelitian menunjukkan pada umumnya karakteristik responden sebagian besar berusia 13-15 tahun dan sebanyak 53,41% berjenis kelamin perempuan. Tingkat pengetahuan responden tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan prosentase 54,5% adalah sedang dan peran ustadz sebagai orang penting dengan prosentase 83% adalah tinggi. Sedangkan perilaku pencegahan penyakit

12 skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Silo Kabupaten Jember dengan prosentase 47,7% adalah dalam kategori sedang dalam hal membiasakan diri untuk selalu hidup bersih dan sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan perilaku penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Falah dengan p value 0,001, dan ada hubungan antara peran ustadz dengan perilaku pencegahan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Falah dengan p value 0,047. Perbedaan penelitian Umi Azizah dengan penelitian yang dilakukan adalah terkait desain penelitian, variabel dan populasi penelitian. 2. Taylor et al (2012) yang melakukan penelitian dengan judul Influences on active family leisure and a healthy lifestyle among adolescents. Hasil penelitian menunjukkan persepsi individu tentang norma dan persepsi terkait kontrol perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi pola hidup sehat pada remaja. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah terkait desain penelitian, variabel dan populasi penelitian. 3. Sarrafzadegan et al (2014), dengan judul penelitian The sustainability of intervention of a community-based trial on children and adolescents healthy lifestyle. Hasil penelitian menunjukkan pola hidup sehat telah dilaksanakan di 100% SD, 99% SMP, dan 87% SMA. Pelatihan pola hidup sehat secara signifikan paling tinggi terjadi pada siswa putri SMP dengan P<0,001. Latihan fisik setiap pagi sebagian besar dilakukan oleh siswa putri SMA dan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat sebgaian

13 besar dilakukan oleh siswa putra SMA. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah terkait desain penelitian, variabel dan populasi penelitian.