KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.06/2011 TENTANG

huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

2. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONES!A SALIN AN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.06/2011 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

Indonesia Tahun 2005 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/PMK.06/2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.06/2014 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.460, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Penghapusan. Barang Milik Negara. Provinsi Sumatera Barat. Provinsi Jambi.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

1 of 5 18/12/ :47

No.1406, 2014 KEMENHAN. Barang Milik Negara. Tanah. Bangunan. Sewa. Tata cara. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 246/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.06/2014 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2014

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.06/2006 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemba

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 246/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentan

Format Surat Persetujuan Penjualan untuk Penghapusan BMN selain Tanah dan/atau Bangunan KOP

PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR TAHUN TENTANG (spasi) PENGELOLAAN RUMAH NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 227/KM.6/2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.06/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 / HUK / 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN-KP/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 5 21/12/ :57

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Barang Milik Negara. Dana Dekonsetrasi. Tugas Pembantuan. Pemindahtanganan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Persediaan. Penatausahaan. Pencabutan.

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 169/PMK.06/2010 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KMA NOMOR 23 TAHUN 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

2 Utara telah diserahkan kepada unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tenta

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah MENUJU TERTIB ADMINISTRASI, TERTIB FISIK DAN TERTIB HUKUM PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.44/Menhut-II/2008 TENTANG

2017,No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negar

NSPK PENGHAPUSAN BMN. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM TAHUN ANGGARAN 2014

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang T

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.45/Menhut-II/2008 TENTANG PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA

PEMINDAHTANGANAN BMN POLRI. Modul JP (450 menit) PENGANTAR

TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.45/Menhut-II/2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN-KP/2013 TENTANG

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 02 /SM/Kp/I/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.06/2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. Nomor 03/SM/Kp/II/2010 T E N T A N G

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.06/2007 TENTANG PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA

2016, No ); 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; 5. Peraturan Menteri

PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN PENJUALAN, TUKAR MENUKAR SERTA HIBAH PADA KEMENTERIAN KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 88 TAHUN 2016

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Transkripsi:

SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NOMOR PER - 5/KN/2012 TENTANG PROSEDUR KERJA DAN BENTUK SURAT DALAM PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG TIDAK DIGUNAKAN UNTUK MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN/LEMBAGA DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara tentang Prosedur Kerja dan Bentuk Surat Dalam Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855); 2. Keputusan Presiden Nomor 120/M Tahun 2006; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara; 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011; 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan; 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Transaksi Khusus; 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga;

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA TENTANG PROSEDUR KERJA DAN BENTUK SURAT DALAM PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG TIDAK DIGUNAKAN UNTUK MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN/ LEMBAGA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara ini, yang dimaksud dengan: 1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 2. Barang Milik Negara yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disebut BMN idle adalah BMN berupa tanah dan/atau bangunan pada Kementerian/Lembaga yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. 3. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN. 4. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN. 5. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. 6. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7. Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. 8. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. 9. Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan. 10. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMN dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah. 11. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian, adalah perangkat pemerintah yang membidangi masalah tertentu dalam pemerintahan.

- 3-12. Lembaga adalah organisasi non kementerian lembaga dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya. 13. Kantor wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut Kanwil DJKN, adalah instansi vertikal DJKN yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara, dan dalam hal ini merupakan pelaksana pengelolaan BMN di tingkat wilayah pada Pengelola Barang. 14. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, yang selanjutnya disebut KPKNL, adalah instansi vertikal DJKN yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kanwil DJKN, dan dalam hal ini merupakan pelaksana pengelolaan BMN di tingkat daerah pada Pengelola Barang. 15. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disebut KPPN, adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kanwil DJPB. 16. Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi, yang selanjutnya disebut Direktorat PKNSI, adalah unit eselon II pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengelolaan kekayaan negara dan sistem informasi. 17. Direktorat Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut Direktorat BMN, adalah unit eselon II pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang BMN. 18. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengelolaan BMN. BAB II KLARIFIKASI TERTULIS, INVESTIGASI, DAN PENELITIAN Bagian Kesatu Klarifikasi Tertulis Pasal 2 (1) Direktorat BMN, Direktorat PKNSI, Kanwil DJKN, dan KPKNL dapat menerima dan/atau memperoleh informasi BMN yang terindikasi sebagai BMN idle dari berbagai sumber. (2) Sumber informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa hasil pelaksanaan pengawasan dan pengendalian oleh Pengelola Barang, laporan dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, hasil penertiban Barang Milik Negara, Laporan Barang Pengguna/Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan, laporan rekapitulasi hasil inventarisasi dari Kementerian/Lembaga, laporan hasil audit aparat pengawas fungsional pemerintah, informasi dari media massa, baik cetak maupun elektronik, dan/atau laporan masyarakat. (3) Penerima informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meneruskan semua informasi BMN yang terindikasi sebagai BMN idle melalui surat kepada KPKNL yang ruang lingkup wilayah kerjanya meliputi Satker dimana BMN yang terindikasi sebagai BMN idle berada.

- 4 - Pasal 3 (1) Kepala KPKNL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk menyiapkan konsep surat permintaan klarifikasi tertulis dan dokumen pendukung kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang paling lambat 9 (sembilan) hari kerja sejak informasi diterima untuk disampaikan kepada Kepala KPKNL. (2) Materi klarifikasi tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk tetapi tidak terbatas pada identitas dan keberadaan BMN yang terindikasi sebagai BMN idle, Penggunaan, rencana Penggunaan dalam waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak terindikasi sebagai BMN idle, dan pelaksanaan pemanfaatan. (3) Rencana Penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didukung dengan dokumen berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, Rencana Kebutuhan BMN, dan/atau surat persetujuan terkait dengan penyempurnaan organisasi. (4) Konsep surat permintaan klarifikasi tertulis dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sebagaimana diatur dalam Lampiran I Form IA yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini dan ditandatangani oleh Kepala KPKNL paling lambat 3 (tiga) hari kerja. Pasal 4 (1) Dalam hal jawaban klarifikasi tertulis dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menyatakan bahwa terdapat rencana penggunaan atau rencana pemanfaatan, Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk melakukan pemantauan terhadap realisasi pelaksanaan perencanaan penggunaan atau pemanfaatan tersebut. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain dilakukan melalui cara: a. meminta laporan perkembangan realisasi pelaksanaan, perencanaan, termasuk dokumen terkait yang diperlukan; b. menugaskan staf untuk melakukan pemantauan secara langsung dalam bentuk peninjauan lapangan. (3) Permintaan laporan perkembangan realisasi pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan secara semesteran. (4) Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara menyusun laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran I form IB dan form IC yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini dan menyampaikannya kepada Kepala KPKNL. (5) Laporan hasil pemantauan peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilampiri dengan foto/gambar BMN dan Berita Acara Peninjauan Lapangan yang disusun sebagaimana diatur dalam Lampiran I form ID yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

- 5 - Bagian Kedua Investigasi Pasal 5 (1) Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk melakukan investigasi terhadap Penggunaan dan Pemanfaatan BMN yang terindikasi sebagai BMN idle apabila: a. masih memerlukan kejelasan atas materi jawaban klarifikasi tertulis, seperti ketidakwajaran terhadap rencana penggunaan dan/atau rencana pemanfaatan; b. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang tidak menyampaikan jawaban klarifikasi tertulis sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan; atau c. terdapat temuan permasalahan dari hasil pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Prosedur kerja pelaksanaan investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tetapi tidak terbatas pada: a. mengumpulkan dan mengklasifikasikan dokumen dan informasi terkait BMN yang terindikasi sebagai BMN idle; b. melakukan penelitian awal terhadap dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf a untuk persiapan peninjauan lapangan; c. melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, atau pihak lain; d. melakukan peninjauan lapangan guna mengumpulkan informasi dari instansi terkait, Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang atau masyarakat yang dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan Lapangan; dan e. menyusun laporan pelaksanaan investigasi. (3) Laporan Pelaksanaan Investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e disusun sebagaimana diatur dalam Lampiran I Form IE yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, dilampiri dengan Berita Acara Peninjauan Lapangan, foto/gambar BMN, dan dokumen-dokumen pendukung dan disampaikan kepada Kepala KPKNL. Bagian Ketiga Penelitian Pasal 6 (1) Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk melakukan penelitian terhadap jawaban klarifikasi tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan/atau hasil investigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. (2) Prosedur kerja Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tetapi tidak terbatas pada: a. melakukan analisis kesesuaian antara data yang diinformasikan dengan data yang tercatat pada Daftar Barang Pengelola/Pengguna; b. melakukan analisis kesesuaian antara tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga dengan peruntukan BMN yang diindikasikan sebagai BMN idle; dan c. menyusun laporan hasil penelitian.

- 6 - (3) Laporan Hasil Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disusun dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran I Form IF yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini dan disampaikan kepada Kepala KPKNL. BAB III PENETAPAN DAN PENYERAHAN Bagian Kesatu Penetapan Pasal 7 (1) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, BMN tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai BMN idle, Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk menyusun konsep Surat Pemberitahuan kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran II Form IIA yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. (2) Kepala KPKNL menandatangani Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyampaikannya kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. Pasal 8 (1) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, BMN memenuhi kriteria sebagai BMN idle, maka Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk menyusun konsep Surat Keputusan Penetapan BMN tersebut sebagai BMN idle dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran II Form IIB yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. (2) Kepala KPKNL menandatangani Surat Keputusan Penetapan BMN sebagai BMN idle sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyampaikan kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. Bagian Kedua Penyerahan Pasal 9 (1) Kepala KPKNL menerima penyerahan BMN idle dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. (2) Penyerahan BMN idle sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima antara Kepala KPKNL dengan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang disertai dengan: a. dokumen-dokumen yang berhubungan dengan BMN idle; b. surat pernyataan dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang yang menyatakan mengenai tidak adanya permasalahan yang melekat pada BMN idle tersebut dan kesediaan Pengguna Barang untuk bertanggung jawab penuh apabila dikemudian hari terdapat permasalahan atas BMN idle selama berada dalam pengelolaannya.

- 7 - (3) Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun sebagaimana diatur dalam Lampiran II Form IIC yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. (4) Dalam hal diperlukan, Kepala KPKNL dapat menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk melakukan pengecekan administrasi dan pengecekan fisik atas BMN idle yang akan diserahkan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang sebelum ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima. (5) Dalam hal terdapat temuan dalam pengecekan administrasi dan pengecekan fisik atas BMN idle sebagaimana dimaksud pada ayat (4), temuan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 10 (1) Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara menyiapkan konsep laporan pelaksanaan serah terima BMN idle sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. (2) Kepala KPKNL menandatangani laporan pelaksanaan serah terima BMN idle dan menyampaikan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Kanwil DJKN dengan dilampiri copy Berita Acara Serah Terima BMN idle paling lambat 6 (enam) hari kerja sejak Berita Acara Serah Terima ditandatangani. BAB IV PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN Pasal 11 (1) Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk melakukan pengamanan dan pemeliharaan BMN idle setelah ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima dan diterimanya fisik BMN idle. (2) Pengamanan dan pemeliharaan BMN idle sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tetapi tidak terbatas pada: a. pengamanan administrasi antara lain kegiatan inventarisasi, pembukuan, pelaporan dan penyimpanan dokumen kepemilikan dan bukti-bukti lain yang berkaitan dengan BMN idle; b. pengamanan fisik antara lain pemagaran dan pemasangan tanda batas, pemasangan tanda penguasaan, penjagaan keamanan; c. pengamanan hukum antara lain penanganan masalah hukum; dan d. pemeliharaan antara lain perawatan kebersihan gedung, halaman, pengecatan. (3) Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara melaporkan pelaksanaan pengamanan dan pemeliharaan BMN idle sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui Nota Dinas kepada Kepala KPKNL.

- 8 - BAB V TINDAK LANJUT ATAS PENYERAHAN BMN IDLE Pasal 12 Terhadap BMN idle yang telah diserahkan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, Direktur Jenderal selaku Pengelola Barang melakukan: a. penetapan status penggunaan; b. pemanfaatan; c. pemindahtanganan; atau d. penghapusan. Pasal 13 Pengguna Barang mengajukan permohonan penggunaan BMN idle kepada Direktur Jenderal dengan menyertakan sekurang-kurangnya : a. alasan permohonan Penggunaan BMN idle; b. tujuan penggunaan; dan c. kebutuhan atas luas tanah dan/atau bangunan. Pasal 14 (1) Direktur Jenderal menugaskan Direktur PKNSI untuk meneliti kelayakan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. (2) Direktur PKNSI melakukan penelitian kelayakan berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan, rencana kebutuhan BMN dan/atau rencana kebutuhan tahunan BMN dari Pengguna Barang, atau dokumen lain seperti rencana kerja dan/atau surat persetujuan terkait dengan penyempurnaan organisasi. (3) Dalam hal permohonan dapat disetujui, Direktur PKNSI membuat konsep surat persetujuan dan menyampaikannya kepada Direktur Jenderal untuk ditetapkan. (4) Dalam hal permohonan tidak disetujui, Direktur PKNSI membuat konsep surat penolakan dan menyampaikannya kepada Direktur Jenderal untuk ditetapkan. (5) Direktur Jenderal menandatangani surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau surat penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang disusun sebagaimana diatur dalam Lampiran III Form IIIA dan IIIB yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, dan menyampaikannya kepada Pengguna Barang dengan tembusan kepada KPKNL yang melaporkan. Pasal 15 (1) Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5), Kepala KPKNL menyerahkan BMN idle kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. (2) Penyerahan BMN idle sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima sebagaimana diatur dalam Lampiran III Form IIIC yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

- 9 - Pasal 16 (1) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk membuat konsep laporan pelaksanaan serah terima BMN idle. (2) Kepala KPKNL menandatangani laporan pelaksanaan serah terima BMN idle dan menyampaikannya kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kanwil DJKN dengan melampirkan copy Berita Acara Serah Terima paling lambat 6 (enam) hari kerja sejak Berita Acara Serah Terima ditandatangani. Pasal 17 (1) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Direktur Jenderal menugaskan Direktur PKNSI untuk membuat konsep surat keputusan penghapusan. (2) Direktur PKNSI menyusun konsep surat keputusan penghapusan dan menyampaikannya kepada Direktur Jenderal untuk ditetapkan. (3) Direktur Jenderal menetapkan surat keputusan penghapusan dan salinannya disampaikan kepada Kepala Kanwil DJKN dan Kepala KPKNL untuk ditindaklanjuti dengan penghapusan BMN idle tersebut dari Daftar BMN idle. (4) Keputusan penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun sebagaimana diatur dalam Lampiran III Form IIID yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 18 Prosedur kerja Penetapan status Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan BMN idle mengacu pada ketentuan peraturan perundanganundangan di bidang BMN. BAB VI PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN Pasal 19 Prosedur kerja penatausahaan dan pelaporan BMN idle yang telah diserahterimakan kepada Pengguna Barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII SANKSI Pasal 20 (1) Dalam hal Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang belum menyerahkan BMN idle terhitung sejak 14 (empat belas) hari kerja setelah surat keputusan penetapan BMN idle disampaikan, Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara menyusun konsep surat peringatan I kepada Kuasa Pengguna Barang dengan tembusan kepada Pengguna Barang.

- 10 - (2) Kepala KPKNL menandatangani surat peringatan I dan menyampaikannya kepada Kuasa Pengguna Barang dengan tembusan kepada Pengguna Barang. (3) Dalam hal Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang belum menyerahkan BMN idle setelah 7 (tujuh) hari kerja sejak surat peringatan I ditandatangani, Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara membuat konsep surat peringatan II. (4) Kepala KPKNL menandatangani surat peringatan II dan menyampaikannya kepada Kuasa Pengguna Barang dengan tembusan kepada Pengguna Barang. (5) Surat peringatan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan surat peringantan II sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disusun sebagaimana diatur dalam Lampiran IV form IVA dan IVB yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 21 (1) Dalam hal surat peringatan II tidak dilaksanakan, Kepala KPKNL menugaskan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara untuk menyusun konsep surat pengenaan sanksi berupa: a. rekomendasi kepada Kepala KPPN berupa pembekuan dana pemeliharaan BMN atas tanah dan/atau bangunan yang telah ditetapkan sebagai BMN idle b. keputusan penundaan penyelesaian atas usulan Pemanfaatan, Pemindahtanganan, atau Penghapusan BMN yang diajukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. (2) Kepala KPKNL menandatangani surat pengenaan sanksi dan menyampaikannya kepada KPPN dan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. (3) Surat pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun sebagaimana diatur dalam Lampiran IV form IVC dan IVD yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 22 (1) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 menjadi hapus apabila Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang telah menyerahkan BMN yang ditetapkan sebagai BMN idle kepada Kepala KPKNL. (2) Kepala KPKNL menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala KPPN bahwa sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 sudah tidak berlaku lagi. Pasal 23 Dalam hal sampai dengan batas waktu yang ditentukan, Pengguna Barang/Kuasa Penguna Barang belum menyerahkan BMN idle karena terdapat permasalahan hukum, maka terhadap Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang belum dapat dikenakan sanksi sampai dengan permasalahan hukum diselesaikan.

- 11 - BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 24 Dalam hal lokasi Satuan Kerja dan lokasi BMN yang terindikasi sebagai BMN idle tidak berada dalam satu wilayah kerja KPKNL, maka: a. kegiatan klarifikasi tertulis, investigasi, penelitian, penetapan BMN idle, pengenaan dan pencabutan sanksi dilakukan oleh KPKNL yang wilayah kerjanya satu lokasi dengan Satuan Kerja; b. kegiatan penyerahan, penatausahaan, pengawasan, pengendalian, pengamanan dan pemeliharaan BMN idle dilakukan oleh KPKNL yang wilayah kerjanya meliputi lokasi BMN idle. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 2012 DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA, ttd. Salinan sesuai dengan aslinya Sekretaris Direktorat Jenderal Kekayaan Negara u.b. Plt. Kepala Bagian Umum HADIYANTO NIP 19621010 198703 1 006 Mas Agus Subakti NIP 197101051996031001

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NOMOR: PER- 5/KN/2012 TENTANG PROSEDUR KERJA DAN BENTUK SURAT DALAM PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG TIDAK DIGUNAKAN UNTUK MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN/LEMBAGA FORM. IA SURAT PERMINTAAN KLARIFIKASI TERTULIS DAN DOKUMEN PENDUKUNG KOP...(1) Nomor : S-... /MK.6/WKN..../KNL..../... (2) Sifat : Segera Hal : Permintaan Klarifikasi Tertulis dan Dokumen Pendukung Tanggal, Bulan, Tahun Yth...(3) Sehubungan dengan..(4) bahwa BMN berupa.(5) yang berlokasi di.(6) yang berada dalam penguasaan Saudara, merupakan BMN yang terindikasi sebagai BMN idle. Berdasarkan Pasal 16 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas Dan Fungsi Kementerian/Lembaga, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib menyerahkan tanah dan/atau bangunan tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga kepada Pengelola Barang. Terkait dengan hal tersebut, diminta Saudara menyampaikan kepada kami berupa: 1. Penjelasan terkait BMN berupa (5) yang berada di (6) yang terindikasi sebagai BMN idle, meliputi: a. Identitas BMN; b. Status Kepemilikan BMN; c. Status Penggunaan BMN; d. (7). 2. Salinan/Copy dokumen pendukung atas BMN tersebut, meliputi: a. Dokumen Kepemilikan Tanah dan/atau IMB gedung/bangunan; b. Dokumen Penggunaan dan/atau Rencana Penggunaan; c. Dokumen Pemanfaatan (perjanjian dengan pihak ke-3); d. Kartu Identitas Barang (KIB); e. (8). Penjelasan/jawaban tertulis beserta dokumen dimaksud, kiranya dapat kami terima paling lambat 3 (tiga) bulan sejak terbitnya surat ini. Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara disampaikan terima kasih. a.n. Menteri Keuangan Kepala KPKNL..., Tembusan: 1. Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Kekayaan Negara; 2. Menteri/Pimpinan..; (9) 3. Inspektur Jenderal/Pengawas Internal ; (9) 4. Direktur BMN; 5. Direktur PKNSI; 6. Kepala Kanwil (10)... NIP...

- 2 - CARA PENGISIAN FORM. IA FORMAT SURAT PERMINTAAN KLARIFIKASI TERTULIS DAN DOKUMEN PENDUKUNG (1) Disesuaikan dengan ketentuan tata naskah dinas di lingkungan Kementerian Keuangan. (2) Disesuaikan dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan DJKN. (3) Diisi Kepala Satuan Kerja (Kuasa Pengguna Barang) dan alamat kantor. (4) Diisi dengan sumber informasi BMN yang terindikasi sebagai BMN idle. (5) Jenis BMN yang terindikasi sebagai BMN idle, misal: tanah atau bangunan. (6) Alamat / lokasi BMN berada. (7) Dapat ditambah permintaan penjelasan lain yang diperlukan. (8) Dapat ditambahkan salinan dokumen pendukung lainnya yang diperlukan. (9) Sesuai Pengguna Barang yang bersangkutan. (10) Kanwil DJKN yang membawahi KPKNL tersebut.

- 3 - FORM. IB LAPORAN HASIL PEMANTAUAN SEMESTERAN Laporan Hasil Pemantauan Atas BMN Yang Terindikasi Sebagai BMN Idle Per... Kode KPKNL :... Nama KPKNL :... Kuasa Pengguna Uraian Surat Klarifikasi Tertulis Surat Jawaban Klarifikasi Progress Rencana No Keterangan Barang Barang Nomor Tgl Nomor Tgl Penggunaan/ Pemanfaatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)...,... Kepala... NIP...

- 4 - CARA PENGISIAN FORM. IB FORMAT LAPORAN HASIL PEMANTAUAN SEMESTERAN 1. Nomor Urut. 2. Diisi 17 digit Kode Lokasi KPB, Uraian Satker dan Alamat Satker. Misal: 075.01.0100.437931.000.KD Stasiun Meteorologi Kemayoran Jl. Angkasa Kemayoran No.8 Jakarta. 3. Diisi Kode Barang, NUP, Uraian Barang. Misal: 2010202002.001 Tanah Kosong yang sudah ada Peruntukannya 4. Nomor Surat Klarifikasi tertulis. 5. Tanggal Surat Klarifikasi tertulis. 6. Nomor Surat Jawaban Atas Klarifikasi Tertulis. 7. Tanggal Surat Jawaban atas Klarifikasi Tertulis. 8. Diisi Progress pemantauan. Misal: - Telah Digunakan untuk... - Diusulkan pada DIPA TA.201X - Surat usulan Pemanfaatan Nomor... Tanggal... - Surat Persetujuan Pemanfaatan Nomor... Tanggal... Bila belum ada progress menurut pemantauan yang pernah dilakukan cukup diungkap bahwa tidak ada progress. 9. Diisi informasi lainnya yang dianggap perlu.

- 5 - FORM. IC LAPORAN HASIL PEMANTAUAN FISIK/LAPANGAN KOP..(1) LAPORAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN FISIK ATAS BMN YANG TERINDIKASI SEBAGAI BMN IDLE PADA (2) NOMOR LAP-... /WKN..../KNL..../... (3) A. PENDAHULUAN 1. Dasar Pelaksanaan Kegiatan a. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008; b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga; c. Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor... Tahun... tentang Prosedur Kerja dan Bentuk Surat Dalam Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga; d. Surat Permintaan Klarifikasi tertulis. (4); e. Surat Jawaban Klarifikasi dari... (2) Nomor...(5); f. Surat Tugas dari... (6). 2. Latar Belakang Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) dengan tetap menjunjung tinggi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), diperlukan penggunaan BMN secara tepat, efektif dan optimal untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. Dalam pelaksanaan pengelolaan BMN masih dijumpai BMN khususnya tanah dan/atau bangunan yang sudah tidak digunakan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi. Berdasarkan informasi/data yang berasal dari... (7) terdapat BMN yang terindikasi sebagai BMN idle pada... (2) berupa... (8) yang berlokasi di... (9). Sebagai tindak lanjut atas surat klarifikasi... (4) dan surat jawaban dari... (2) Nomor... (5), serta dari informasi yang diperoleh selama proses pemantauan terhadap BMN tersebut, menurut hemat kami, diperlukan pelaksanaan kegiatan pemantauan fisik BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle. 3. Maksud dan Tujuan a. Memperoleh gambaran fisik yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap pertanyaan dan permasalahan lain yang terkait dengan keberadaan, penggunaan, kondisi terkini atas BMN berupa... (8) yang terindikasi sebagai BMN idle pada... (2). b. Memperoleh pertimbangan yang benar sebagai dasar kebijakan yang perlu diambil dalam menindaklanjuti surat jawaban dari... (2) Nomor... (5) atas BMN berupa... (8) yang terindikasi sebagai BMN idle pada... (2).

- 6 - B. HASIL PEMANTAUAN FISIK 1. Objek Pemantauan: a. Identitas Kuasa Pengguna Barang (KPB) 1) Kode Lokasi :... (10) 2) Nama KPB :... (11) 3) Alamat :...... (12) Telp:... Faksimile:... (12) b. Identitas Barang Milik Negara Berupa Tanah : 1) Kode Barang :... NUP/No KIB:... (13) 2) Nama Barang :... (14) 3) Lokasi :...... (15) 4) Peruntukan :... (16) 5) Jumlah Bangunan :... Unit Bangunan (17) 6) Luas : Tanah : m 2 (18) 7) Batas-batas : Utara :... Timur :... Selatan :... Barat :... (19) 8) Kondisi :... (20) c. Identitas Barang Milik Negara Berupa Bangunan : 1) Kode Barang :... NUP/No KIB:... /... (21) 2) Nama Barang :... (22) 3) Lokasi :...... (23) 4) Peruntukan :... (24) 5) Luas : Bangunan :... m 2 Dasar Bangunan :... m 2 (25) 6) Jumlah Lantai :... Lantai (26) 7) Kondisi :... (27) 2. Pengungkapan Hasil Pemantauan a. Kondisi BMN...... (28) b. Penggunaan...... (29) c. Informasi Publik...... (30)

- 7 - C. PENUTUP...... (31) Dibuat di...(32) Pada tanggal... Petugas Pelaksana Pemantauan Lapangan (33) 1.... 2.... 3..

- 8 - CARA PENGISIAN FORM. IC FORMAT LAPORAN HASIL PEMANTAUAN FISIK ATAS BMN YANG TERINDIKASI SEBAGAI BMN IDLE (1) Disesuaikan dengan Kop surat masing-masing KPKNL. (2) Nama Satker dan Kementerian/Lembaga, misal: Stasiun Meteorologi Kemayoran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (3) Nomor Laporan disesuaikan dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan DJKN. (4) Nomor, tanggal dan perihal surat klarifikasi tertulis yang dikirimkan KPKNL kepada Satuan Kerja (Kuasa Pengguna Barang). (5) Diisi Nomor, tanggal dan perihal surat, jika ada surat jawaban dari Kementerian/Lembaga c.q Satuan Kerja yang bersangkutan atas Surat Permintaan Klarifikasi tertulis yang dibuat KPKNL. (6) Nama KPKNL yang menugaskan pemantauan lapangan disertai Nomor dan Tanggal Surat Tugas dari Kepala KPKNL dimaksud. (7) Sumber informasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle. (8) Jenis BMN yang terindikasi sebagai BMN idle, misal: tanah atau bangunan. (9) Lokasi/alamat BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle. (10) Kode Lokasi Kuasa Pengguna Barang dengan format : <kode KL>.<Kode Eselon I>.<Kode Wilayah>.<Kode Satker>.<Jenis Kewenangan> Contoh: 075.01.0100.123456.KD (11) Nama Satker dengan format nama Kuasa Pengguna Barang, Kanwil (bila ada), Eselon I (jika dalam struktur organisasinya hanya terdiri dari satu unit Eselon I penyebutannya dapat ditiadakan), Kementerian/Lembaga. Contoh: Stasiun Meteorologi Kemayoran, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (12) Alamat Lengkap satker yang menguasai BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang terindikasi sebagai BMN Idle, beserta nomor telepon dan faksimile. B.1.b) Isian Tanah diperuntukan BMN idle berupa tanah, bilamana hanya bangunannya yang idle maka formulir isian tanah dapat ditiadakan. (13) Kode Barang berupa tanah sesuai PMK 29/PMK.06/2010 beserta Nomor Urut Pendaftaran dan Nomor KIB menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN, Contoh: Kode Barang: 2010202002 NUP/KIB: 1/1. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, disebutkan BMN belum dicatat. (14) Nama Jenis BMN sesuai PMK 29/PMK.06/2010, menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN, Contoh: Tanah Kosong Yang Sudah Diperuntukkan. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, cukup disebutkan Tanah. (15) Lokasi BMN secara detil meliputi Nama/Nomor Jalan, Desa, Kecamatan, Kab./Kota, Provinsi.

- 9 - (16) Peruntukan BMN berupa Tanah yang terindikasi BMN idle pada saat dilakukan pemantauan. Contoh: - Tanah Kosong; - Tanah Digunakan untuk Rumah/Hunian/Kebun Warga setempat; - Lapangan Sepakbola; - Berdiri bangunan/gedung/gudang kosong (tidak dipakai). (17) Diisi jumlah unit bangunan di atas tanah tersebut, bila ada bangunan dan bukan bangunan liar (illegal). (18) Diisi luas tanah seluruhnya. (19) Hanya untuk BMN berupa tanah diungkapkan batas tanah tersebut dengan sekitarnya. (20) Kondisi Tanah yang terindikasi sebagai BMN idle, yaitu: Baik, Rusak Ringan, dan/atau Rusak Berat. B.1.c) Isian Identitas BMN Berupa bangunan diisi bila BMN idle berupa Gedung/Bangunan, bilamana hanya tanahnya yang idle maka isian bangunan dapat ditiadakan. Apabila dalam satu hamparan tanah terdapat 2 atau lebih gedung/bangunan idle dapat ditambahkan isian bangunan lagi di Nomor d) atau c) jika tanah tidak idle dan seterusnya. (21) Kode Barang sesuai PMK 29/PMK.06/2010 beserta Nomor Urut Pendaftaran dan Nomor KIB menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, disebutkan BMN belum dicatat. (22) Nama Jenis BMN sesuai PMK 29/PMK.06/2010, menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, cukup disebutkan Gedung dan/atau Bangunan. (23) Lokasi bangunan secara detil meliputi Nama/Nomor Jalan, Desa, Kecamatan, Kab./Kota, Provinsi. Bila BMN Idle dalam Form ini termasuk didalamnya Tanah, maka isian lokasi untuk identitas Bangunan dapat ditiadakan. (24) Peruntukan BMN berupa bangunan yang terindikasi BMN idle pada saat dilakukan pemantauan. (25) Diisi Luas Total Bangunan dan Luas Dasar Bangunan (luas tanah terpakai untuk bangunan). (26) Diisi jumlah lantai pada bangunan tersebut. (27) Kondisi Gedung dan/atau Bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle, yaitu: Baik, Rusak Ringan, dan/atau Rusak Berat. (28) Diuraikan kondisi terkini atas BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle tersebut, meliputi: kondisi fisik BMN, perubahan-perubahan yang pernah dilakukan (yang terjadi sejak diperoleh), fasilitas yang melekat pada BMN tersebut dan gambaran fisik lainnya atas BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang terindikasi sebagai BMN Idle. (29) Diuraikan keterangan mengenai penggunaan/pemanfaatan BMN Tanah dan/atau Bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle pada saat dilaksanakan pemantauan fisik, baik yang dilakukan oleh satkernya, atau pihak-pihak lain yang memanfaatkan, dengan atau tanpa izin. (30) Apabila diperlukan, informasi dapat diperoleh dari masyarakat dengan melakukan koordinasi instansi terkait seperti Kementerian/Lembaga lain, Pemerintah Daerah, atau pihak lainnya disekitar lokasi BMN tersebut, kemudian diungkapkan informasi-informasi tersebut dengan jelas.

- 10 - (31) Kesimpulan dari kegiatan pemantauan fisik tersebut, yang dapat mendukung bahwa jawaban/klarifikasi dari Satker sesuai dengan kondisi fisik BMN tersebut. (32) Lokasi KPKNL berada. (33) Petugas pelaksana pemantauan fisik BMN.

- 11 - FORM. ID BERITA ACARA PENINJAUAN LAPANGAN KOP..(1) BERITA ACARA PENINJAUAN LAPANGAN ATAS BMN YANG TERINDIKASI SEBAGAI BMN IDLE PADA (2) NOMOR BA-.../WKN..../KNL..../... (3) Pada hari...tanggal... bulan... tahun... (4), bertempat di... (5), kami telah melakukan peninjauan fisik BMN dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan, dengan hasil sebagai berikut : A. Data Tanah: 1. Nama Barang :... (6) 2. Lokasi :...... (7) 3. Peruntukan :... (8) 4. Luas : Tanah : m 2 (9) 5. Jumlah :... Unit Bangunan (10) 6. Batas-batas : Utara :... Timur :... Selatan :... Barat :... (11) B. Data Bangunan 1) Nama Barang :... (12) 2) Peruntukan :... (13) 3) Lokasi :... (14) 4) Luas : Bangunan :... m 2 Dasar Bangunan :... m 2 (15) 5) Jumlah :... Lantai (16) 6) Kondisi :... (17) Berita Acara ini dibuat sebagai bagian dari kegiatan.(18) atas tanah dan/atau bangunan yang terindikasi sebagai BMN Idle. Hal-hal penting lainnya mengenai data dimaksud disajikan dalam..(19). Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Berita Acara ini, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Tim Peninjau (20) Tim Peninjau (21) 1.... NIP... 1.... NIP... 2.... NIP... 2.... NIP... 3.... NIP... 3.... NIP...

- 12 - CARA PENGISIAN FORM. ID FORMAT BERITA ACARA PENINJAUAN LAPANGAN ATAS BMN YANG TERINDIKASI SEBAGAI BMN IDLE (1) Disesuaikan dengan Kop surat masing-masing KPKNL. (2) Nama Satker dan Kementerian/Lembaga, misal: Stasiun Meteorologi Kemayoran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (3) Nomor Berita Acara disesuaikan dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan DJKN. (4) Hari, Tanggal, Bulan dan Tahun pelaksanaan peninjauan fisik lapangan. (5) Kota Lokasi BMN dilakukan pemantauan. Isian Data Tanah untuk BMN yang terindikasi idle berupa Tanah, bilamana tanahnya tidak idle maka isian Data Tanah dapat ditiadakan. (6) Nama Jenis BMN sesuai PMK Nomor 29/PMK.06/2010, menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN, misal: Tanah Kosong Yang Sudah Diperuntukkan. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, cukup disebutkan Tanah. (7) Lokasi tanah secara detil meliputi Nama/Nomor Jalan, Desa, Kecamatan, Kab./Kota, Provinsi. (8) Peruntukan BMN berupa Tanah yang terindikasi BMN idle pada saat dilakukan peninjauan. Contoh: - Tanah Kosong; - Tanah Digunakan untuk Rumah/Hunian/Kebun Warga setempat; - Lapangan Sepakbola; - Berdiri bangunan/gedung/gudang kosong (tidak dipakai). (9) Diisi Luas tanah seluruhnya. (10) Diisi jumlah unit bangunan di atas tanah tersebut, bila terdapat bangunan idle di atasnya. (11) Batas tanah tersebut dengan sekitarnya. Isian Data Bangunan diperuntukkan BMN idle berupa Gedung/Bangunan, bilamana hanya tanahnya yang idle maka isian bangunan dapat ditiadakan. Apabila dalam satu hamparan tanah terdapat 2 atau lebih gedung/bangunan idle dapat ditambahkan isian bangunan lagi di Nomor C) atau B) jika tanah tidak idle dan seterusnya. (12) Nama Jenis BMN sesuai PMK 29/PMK.06/2010, menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, cukup disebutkan Gedung dan/atau Bangunan. (13) Peruntukan BMN berupa bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle pada saat dilakukan pemantauan. (14) Lokasi bangunan secara detil meliputi Nama/Nomor Jalan, Desa, Kecamatan, Kab./Kota, Provinsi. Apabila BMN Idle dalam Form ini termasuk didalamnya Tanah, maka isian lokasi untuk identitas Bangunan dapat ditiadakan. (15) Diisi Luas Total Bangunan dan Luas Dasar Bangunan (luas tanah terpakai untuk bangunan). (16) Diisi jumlah lantai pada bangunan tersebut. (17) Kondisi Gedung dan/atau Bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle, yaitu: Baik, Rusak Ringan, dan/atau Rusak Berat.

- 13 - (18) Diisi dengan jenis kegiatan yang dilakukan apakah pemantauan lapangan atau investigasi. (19) Diisi dengan jenis laporan yang dibuat yaitu Laporan Hasil Pemantauan Fisik atau Laporan hasil investigasi, disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan. (20) Petugas yang melakukan peninjauan Lapangan dari KPKNL. (21) Petugas yang melakukan peninjauan Lapangan dari Satker atau Kuasa Pengguna Barang.

- 14 - FORM. IE LAPORAN PELAKSANAAN INVESTIGASI KOP..(1) LAPORAN PELAKSANAAN INVESTIGASI ATAS BMN YANG TERINDIKASI SEBAGAI BMN IDLE PADA (2) NOMOR LAP-... /WKN..../KNL..../... (3) A. PENDAHULUAN 1. Dasar Investigasi a. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008; b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga; c. Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor... Tahun... tentang Prosedur Kerja dan Bentuk Surat Dalam Pengelolaan Barang Milik Negara yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga; d. Surat Permintaan Klarifikasi tertulis. (4); e. Surat Jawaban Klarifikasi dari... (2) Nomor..(5); f. Surat Tugas dari... (6). 2. Latar Belakang Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) dengan tetap menjunjung tinggi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), diperlukan penggunaan BMN secara tepat, efektif, dan optimal untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. Dalam pelaksanaan pengelolaan BMN masih dijumpai BMN khususnya tanah dan/atau bangunan yang sudah tidak digunakan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi. Berdasarkan informasi/data yang berasal dari... (7) terdapat BMN yang terindikasi sebagai BMN idle pada... (2) berupa... (8) yang berlokasi di... (9). Sebagai tindak lanjut atas surat klarifikasi... (4), menurut hemat kami, diperlukan pelaksanaan investigasi yang merupakan rangkaian dari tata cara penetapan dan pengelolaan BMN idle. 3. Maksud dan Tujuan a. Memperoleh jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap pertanyaan dan permasalahan lain yang terkait dengan keberadaan, penggunaan, dan kondisi terkini atas BMN berupa... (8) yang terindikasi sebagai BMN idle pada... (2). b. Memperoleh kejelasan dan kelengkapan informasi berdasarkan dokumen dan/atau salinannya atas BMN berupa... (8) yang terindikasi sebagai BMN idle pada... (2).

4. Ruang Lingkup KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 15 - a. BMN berupa... (8) pada... (2) yang terindikasi sebagai BMN idle; dan b. Dokumen-dokumen terkait BMN berupa... (8) pada... (2) yang terindikasi sebagai BMN idle. B. HASIL INVESTIGASI 1. Objek Investigasi: a. Identitas Kuasa Pengguna Barang (KPB) 1) Kode Lokasi :... (10) 2) Nama KPB :... (11) 3) Alamat :...... (12) Telp:... Faksimile:... (12) b. Identitas Barang Milik Negara Berupa Tanah: 1) Kode Barang :... NUP/No KIB:... (13) 2) Nama Barang :... (14) 3) Lokasi :...... (15) 4) Peruntukan :... (16) 5) Luas : Tanah : m 2 (17) 6) Jumlah Bangunan :... Unit Bangunan (18) 7) Status BMN :... (19) 8) Dokumen Kepemilikan :... Atas nama :... (20) 9) Batas-batas : Utara :... Timur :... Selatan :... Barat :... (21) 10) Kondisi :... (22) c. Identitas Barang Milik Negara Berupa Bangunan: 1) Kode Barang :... NUP/No KIB:... (23) 2) Nama Barang :... (24) 3) Lokasi :...... (25) 4) Peruntukan :... (26) 5) Luas : Bangunan :... m 2 Dasar Bangunan :... m 2 (27) 6) Jumlah :... Lantai (28) 7) Status BMN :... (29) 8) Izin Mendirikan Bangunan : Nomor... Atas nama... Penerbit. (30) 9) Kondisi :... (31)

- 16-2. Dokumen yang diteliti: a.... b.... c.... d.... (32) 3. Pengungkapan Hasil Investigasi a. Sejarah BMN...... (33) b. Informasi Status Barang...... (34) c. Kondisi/Keadaannya Sekarang...... (35) d. Penggunaan dan Rencana Penggunaan...... (36) e. Informasi Publik C. PENUTUP...... (37) 1. Kesimpulan...... (38) 2. Rekomendasi Berdasarkan hasil investigasi diperoleh beberapa penjelasan yang memadai untuk digunakan dalam tahap penelitian (39) Dibuat di...(40) pada tanggal... Petugas Investigasi (41) 1.... 2.... 3..

- 17 - CARA PENGISIAN FORM. IE FORMAT LAPORAN PELAKSANAAN INVESTIGASI ATAS BMN YANG TERINDIKASI SEBAGAI BMN IDLE (1) Disesuaikan dengan Kop surat masing-masing KPKNL. (2) Nama Kuasa Pengguna Barang beserta Kementerian/Lembaga, misal: Stasiun Meteorologi Kemayoran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (3) Nomor Laporan disesuaikan dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan DJKN. (4) Diisi nama KPKNL penerbit Surat Klarifikasi Tertulis beserta nomor, tanggal dan perihal surat. (5) Diisi nomor, tanggal dan perihal surat, jika ada surat balasan dari Kementerian/Lembaga c.q. Satuan Kerja yang bersangkutan. (6) Nama KPKNL yang menugaskan investigasi disertai nomor dan tanggal Surat Tugas dari Kepala KPKNL dimaksud. (7) Sumber informasi adanya BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle. (8) Jenis BMN yang terindikasi sebagai BMN idle, misal: tanah atau bangunan. (9) Lokasi/alamat BMN berupa tanah dan/atau bangunan berada. (10) Kode Lokasi Kuasa Pengguna Barang dengan format : <kode KL>.<Kode Eselon I>.<Kode Wilayah>.<Kode Satker>.<Jenis Kewenangan> Contoh: 075.01.0100.123456.KD (11) Nama Satker dengan format nama Kuasa Pengguna Barang, Kanwil (bila ada), Eselon I (jika dalam struktur organisasinya hanya terdiri dari satu unit Eselon I penyebutannya dapat ditiadakan), Kementerian/Lembaga. Contoh: Stasiun Meteorologi Kemayoran, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (12) Alamat Lengkap satker yang menguasai BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang terindikasi sebagai BMN Idle, beserta nomor telepon dan faksimile. B.1.b) Isian Identitas BMN Berupa Tanah diperuntukkan BMN idle berupa tanah, bilamana hanya bangunannya yang idle maka formulir isian tanah dapat ditiadakan. (13) Kode Barang sesuai PMK Nomor 29/PMK.06/2010 beserta Nomor Urut Pendaftaran dan Nomor KIB menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN, Contoh: Kode Barang: 2010202002 NUP/KIB: 1/1. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, disebutkan BMN belum dicatat. (14) Nama Jenis BMN sesuai PMK Nomor 29/PMK.06/2010, menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN, contoh: Tanah Kosong Yang Sudah Diperuntukkan. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, cukup disebutkan tanah atau bangunan. (15) Lokasi BMN secara detil meliputi Nama/Nomor Jalan, Desa, Kecamatan, Kab./Kota, Provinsi.

- 18 - (16) Peruntukan BMN berupa tanah yang terindikasi BMN idle pada saat dilakukan peninjauan. Contoh: - Tanah Kosong; - Tanah Digunakan untuk Rumah/Hunian/Kebun Warga setempat; - Lapangan Sepakbola; - Berdiri bangunan/gedung/gudang kosong (tidak dipakai). (17) Diisi luas tanah seluruhnya. (18) Diisi jumlah unit bangunan di atas tanah tersebut. (19) Status BMN yang terindikasi sebagai BMN idle, dengan isian informasi sebagai berikut: a. Dikuasai; b. Tidak Dikuasai; c. Sebagian dikuasai. (20) Dokumen kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau bangunan beserta atas nama pemiliknya. (21) Hanya untuk BMN berupa tanah diungkapkan batas tanah tersebut dengan sekitarnya. (22) Kondisi Tanah yang terindikasi sebagai BMN idle, yaitu: Baik, Rusak Ringan, dan/atau Rusak Berat. B.1.c) Isian identitas BMN berupa bangunan diperuntukkan BMN idle berupa Gedung/Bangunan, bilamana hanya tanahnya yang idle maka isian bangunan dapat ditiadakan. Apabila dalam satu hamparan tanah terdapat 2 atau lebih gedung/bangunan idle dapat ditambahan isian bangunan lagi di Nomor d) atau c) jika tanah tidak idle dan seterusnya. (23) Kode Barang sesuai PMK Nomor 29/PMK.06/2010 beserta Nomor Urut Pendaftaran dan Nomor KIB menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, disebutkan BMN belum dicatat. (24) Nama Jenis BMN sesuai PMK Nomor 29/PMK.06/2010, menurut pembukuan di Aplikasi SIMAK BMN. Bila ternyata tidak tercatat dalam Aplikasi SIMAK BMN, cukup disebutkan bangunan. (25) Lokasi BMN secara detil meliputi Nama/Nomor Jalan, Desa, Kecamatan, Kab./Kota (26) Peruntukan BMN berupa Bangunan yang terindikasi BMN idle pada saat dilakukan investigasi. (27) Diisi Luas Bangunan Total (seluruhnya) dan Luas dasar bangunan, luas tanah yang dipakai untuk bangunan dimaksud. (28) Diisi jumlah lantai pada bangunan tersebut. (29) Status BMN yang terindikasi sebagai BMN idle, dengan isian informasi sebagai berikut: a. Dikuasai; b. Tidak Dikuasai; c. Sebagian dikuasai. (30) Diisi Nomor/tanggal, atas nama dan instansi penerbit IMB. (31) Kondisi BMN berupa Bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle, yaitu: Baik, Rusak Ringan, dan/atau Rusak Berat. (32) Disebutkan jenis-jenis dokumen yang diteliti dalam rangka pelaksanaan Investigasi data BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle. Dokumendokumen data BMN yang terindikasi sebagai BMN idle, antara lain: a. Sertifikat tanah, disebutkan Kantor Pertanahan yang menerbitkan, nomor, tanggal, dan atas nama sertifikat tanah tersebut;

- 19 - b. Bukti kepemilikan selain sertifikat, disebutkan instansi yang mengeluarkan, nomor, tanggal, dan peruntukan; c. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) dari Badan Pertanahan Nasional, disebutkan Kantor Pertanahan penerbit, nomor, tanggal, dan perihal bila ada; d. Kartu Identitas Barang, disebutkan nomor registrasi BMN yang terdiri dari 20 (dua puluh) digit kode lokasi, tahun perolehan BMN dan kode barang beserta Nomor Urut Pendaftaran (NUP); e. Kontrak/perjanjian pemanfaatan, disebutkan nomor, tanggal kontrak; f. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), disebutkan Pemda yang mengeluarkan izin, nomor, tanggal, dan peruntukkan; g. Putusan Pengadilan, disebutkan kantor pengadilan yang mengeluarkan keputusan, nomor, tanggal dan putusannya; h. Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), disebutkan Pemda yang mengeluarkan, lokasi, peruntukan dan tahun RUTR; i. Rencana Kebutuhan BMN, disebutkan Kementerian/Lembaga, Eselon I, Korwil (bila ada), satker yang mempunyai RKBMN, dan tahun diterbitkannya; j. Dokumen sumber informasi mengenai BMN yang terindikasi sebagai BMN idle; k. Dokumen lainnya yang dapat mendukung proses investigasi/penelitian. (33) Diuraikan sejarah perolehan BMN berupa tanah dan/atau bangunan termasuk cara perolehannya, sumber pembiayaan, rekanan (pihak ketiga) dan temuan lain mengenai perolehan BMN dimaksud. Jika tidak diperoleh informasi mengenai sejarah perolehan BMN tersebut, paragraf ini dapat ditiadakan. (34) Diuraikan informasi status BMN berupa tanah dan/atau Bangunan yang terindikasi sebagai BMN idle tersebut. Uraian dari status dijelaskan selengkap-lengkapnya terkait hal sebagai berikut: a. Dikuasai a.1. Tidak terdapat bangunan (untuk tanah), atau tidak ada penghuni (untuk bangunan). a.2. Terdapat bangunan pihak lain, disebutkan apakah pemilik bangunan masih satker dalam satu kementerian atau diluar kementerian/lembaga atau pihak ketiga (untuk BMN berupa tanah). Terdapat penghuni (untuk BMN berupa bangunan, serta disebutkan asal/identitas penghuni tersebut). b. Tidak Dikuasai b.1. Tidak terdapat bangunan (untuk tanah), atau tidak ada penghuni (untuk bangunan), serta diungkapkan informasi sengketanya. b.2 Terdapat bangunan pihak lain, disebutkan apakah satker dalam satu kementerian atau diluar kementerian/lembaga atau pihak ketiga (untuk BMN berupa tanah). Terdapat penghuni (untuk BMN berupa bangunan, serta disebutkan asal/identitas penghuni tersebut). Serta diungkapkan perihal sengketanya. c. Sebagian dikuasai c.1. Tidak terdapat bangunan (untuk tanah), atau tidak ada penghuni (untuk bangunan), serta diungkapkan informasi sengketanya. c.2 Terdapat bangunan pihak lain, disebutkan apakah satker dalam satu kementerian atau diluar kementerian/lembaga atau pihak ketiga (untuk BMN berupa tanah).