KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST. Anwar Muda

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS UJI KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH DI LABORATORIUM DENGAN MODEL PENDEKATAN. Anwar Muda

ANALISIS KUAT TEKAN BEBAS PADA PEBAMBAHAN MATOS TERHADAP STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN SEMEN. Anwar Muda

MODEL PENDEKATAN ALAT UJI KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH DI LABORATORIUM

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOFISIKA DAN MEKANIKA TANAH PEMADATAN TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS MEKANIKA TANAH

KONTRIBUSI PENAMBAHAN ZAT ADDITIVE (SEMEN) TERHADAP TANAH LOKAL UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR SEBAGAI LAPIS PONDASI ATAS BAMBANG RAHARMADI

BAB V PENUTUP JULIE-CVL 11

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

MEKANIKA TANAH 2 PEMADATAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Praktikum 3 : CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO)

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

KUAT TEKAN BEBAS TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI DISTABILISASI PASIR DAN SEMEN ANWAR MUDA

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

OL O EH E H : DE D V E I V OK O T K AV A I V AN A A N A LAT A IF 06/09/2012 1

BAB II LANDASAN TEORI

Pemadatan Tanah (Compaction) dan CBR (California Bearing Ratio) DR. Ir. Imam Aschuri, MSc

UJI KOMPAKSI ASTM D698 DAN ASTM D1557

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

METODE PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS PASIR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENENTUAN NILAI CBR DENGAN VARIASI GRADASI BATAS BAWAH TERHADAP BATAS TENGAH PADA LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A

PENGENDALIAN MUTU AGREGAT KELAS A DAN KELAS B PADA PEKERJAAN JALAN SUNGAI ULIN-MATARAMAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan :

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB VIII PEMERIKSAAN KEPADATAN STANDAR REFERENSI Braja M. Das. Principles of Geotechnical Engineering.Chapter 5 Soil Compaction.

: FAHMI YAHYA : DBD TEKNIK PERTAMBANGAN MAKALAH MEKANIKA 1.3. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH 1.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PEMADATAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN TRAS PADA PERKERASAN JALAN

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

PENGARUH PERSENTASE KADAR BATU PECAH TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH PASIR (Studi Laboratorium)

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PEMADATAN TANAH (ASTM D a)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

BAB IV METODE PENELITIAN

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

UJI EKSPERIMEN STABILISASI TANAH DASAR DENGAN SEMEN PADA RUAS JALAN MALAWILI DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PENGARUH KADAR ABU BATU TERHADAP HASIL UJI KOMPAKSI SUATU TANAH PASIR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. CALIFORNIA BEARING RATIO

ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL BERDASARKAN DATA LABORATORIUM

BAB 1 PENDAHULUAN. ke beberapa propinsi lain di Sumatera jelas sangat membutuhkan prasarana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

Analisis Kekuatan Cement Treated Base (CTB) dengan Bahan Tambah Zat Aditif Menggunakan Variasi Kandungan Tanah

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah berbutir halus dari Yoso Mulyo,

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

ANALISIS PENINGKATAN NILAI CBR PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG DENGAN BATU PECAH

PENGGUNAAN PECAHAN GENTENG SEBAGAI AGREGAT UNTUK LAPIS FONDASI PERKERASAN LENTUR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

KELAYAKAN MATERIAL DOMATO DI PULAU KARAKELANG KABUPATEN KEPULAUAN TALAUDSEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI PERKERASAN JALAN

STUDI PENURUNAN PONDASI TELAPAK DIPERKUAT KOLOM KAPUR DI ATAS PASIR

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

BAB IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN MUTU AGGREGAT LAPISAN PONDASI BAWAH PADA PERKERASAN JALAN BATAS KOTA LHOKSEUMAWE - PANTON LABU

Transkripsi:

KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST Anwar Muda Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII/Kementerian Pekerjaan Umum Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ABSTRAK Kepadatan Lapis Pondasi Bawah (LPB) jalan raya sangat dipengaruhi oleh kadar airnya. Sehingga, kadar air harus dilakukan dengan tahapan-tahapan yang ada, agar tercapai derajat kepadatan LPB dengan persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Pengujian kadar air dapat dilakukan beberapa cara diantaranya dengan speedy test maupun oven test. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat kepadatan LPB dengan sand cone yang kadar airnya dengan speedy test dan oven test serta melakukan korelasi kepadatan LPB dari pengujian kedua kadar air tersebut. Metode yang digunakan pertama-tama adalah melakukan pengujian kepadatan LPB laboratorium untuk mendapatkan berat isi kering laboratorium (γ d lab). Pengujian kepadatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Tengah. Dilanjutkan sand cone LPB di pelebaran jalan Tjilik Riwut Palangka Raya untuk mendapatkan berat isi kering tanah lapangan (γ d lap) pada sta 0+350, sta 0+450, sta 0+550, sta 0+65 dan sta 0+750 dengan kadar air speedy test dan oven test. Pengujian kadar air oven test dilakukan di Laboratorium Transportasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kepadatan LPB di laboratorium adalah 2,15 t/m 3. Kemudian derajat kepadatan LPB dengan kadar air uji speedy test di sta 0+350 sebesar 100,18%, sta 0+450 sebesar 1010,07%, sta 0+550 sebesar 100,48%, sta 0+650 sebesar 100,83% dan sta 0+750 sebesar 100,57%. Sedangkan derajat kepadatan LPB dengan kadar air oven test di sta 0+350 adalah 102,23%, sta 0+450 sebesar 102,14%, sta 0+550 sebesar 102,14%, sta 0+650 sebesar 102,32% dan sta 0+750 sebesar 102,14%. Kenaikan derajat kepadatan LPB dengan kadar air oven test dilakukan korelasi atau hubungan persamaan terhadap derajat kepadatan speedy test. Dimana derajat kepadatan LPB dengan kadar air oven test sebagai variabel bebas y dan derajat kepadatan speedy test sebagai variabel terikat x. Sehingga, persamaan korelasi atau hubungan derajat kepadatan LPB yaitu y = 1,02x. Kata kunci : korelasi, kepadatan, lapis pondasi, speedy test, oven test 1

PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu hal penting pada pekerjaan lapis pondasi jalan raya di lapangan adalah kepadatannya. Karena itu, jika kepadatan lapis pondasi jalan raya seperti Lapis Pondasi Bawah (LPB) tidak mencapai derajat kepadatan yang dipersyaratan akan berpotensi lebih cepat mengalami kerusakan. Bahkan akibat kerusakan tersebut dapat mempengaruhi Lapis Pondasi Atas (LPA) dan Lapis Permukaan (LP). Menurut Bina Marga 2012, bahwa derajat kepadatan adalah perbandingan antara kepadatan lapangan dengan kepadatan laboratorium minimal mencapai 100%. Dimana, kepadatan lapangan merupakan berat isi kering LPB yang diperoleh dari pengujian kerucut pasir (sand cone) sedangkan kepadatan laboratorium adalah berat isi kering LPB yang didapatkan dari hasil pengujian pemadatan. Kepadatan lapangan atau berat isi kering LPB di lapangan dilakukan dengan sand cone dengan pengujian 2 (dua) kadar air yang berbeda. Pengujian kadar air yang pertama dilakukan dari contoh tanah dari galian sand cone dengan speedy test sedangkan yang kedua dilakukan dari contoh tanah dari galian sand cone juga, namun kadar airnya dilakukan dengan di oven test selama 24 jam. Setelah melakukan proses pengujian kepadatan LPB di laboratorium dan kepadatan LPB di lapangan, selanjutnya akan dilakukan korelasi atau hubungan kepadatan LPB kedua kadar air tersebut yaitu kadar air speedy test dan di oven test dan akan diperoleh korelasi kepadatan LPB dengan kedua kadar air tersebut. Alasan Melakukan Penelitian Alasan melakukan penelitian ini adalah untuk mencari derajat kepadatan LPB dilapangan dengan perbandingan nilai kadar air speedy test dan di oven test. Kemudian lain adalah untuk mengetahui apakah nilai derajat kepadatan LPB dilapangan dengan kadar air speedy test sama hasilnya dengan kadar air di oven test ataukah berbeda nilai derajat kepadatan LPB nya. Kalau derajat kepadatan LPB nya sama dari kedua kadar air tesebut maka dapat digambarkan bahwa korelasi derajat kepadatan LPB nya dalam hubungan satu garis linier. Namun jika berbeda derajat kepadatan LPB nya dari kedua kadar air tesebut, maka akan dicari nilai korelasi kepadatan LPB nya. Inilah gambaran alasan melakukan penelitian ini. Tujuan Dilakukan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat kepadatan LPB dilapangan dengan kadar air speedy test dan di oven test. Kemudian melakukan korelasi atau hubungan derajat kepadatan LPB dilapangan dari kedua kadar air tersebut. Kajian Pustaka Yang Relevan Saodang H, (2005) dalam bukunya yang berjudul Konstruksi Jalan Raya menyatakan, bahwa Lapis pondasi bawah (sub base) adalah suatu lapisan perkerasan jalan yang terletak antara lapis tanah dasar dan lapis pondasi atas (base), yang berfungsi sebagai bagian perkerasan yang meneruskan beban di atasnya, dan selanjutnya menyebarkan tegangan yang menjadi ke lapis tanah dasar. Dengan fungsi sebagai meneruskan beban, maka lapis pondasi bawah harus benar-benar kuat dan stabil terhadap beban struktur maupun non struktur. Untuk mencapai lapis pondasi bawah (sub base) jalan kuat dan stabil diperlukan teknik 2

pemadatan. Dengan pemadatan, akan mengalami pengurangan volume dan kadar air namun nilai berat volume bertambah sehingga kepadatan lapis pondasi bawah jalan akan bertambah. Sedangkan kepadatan di lapangan diukur dari derajat kepadatannya. Derajat kepadatan merupakan perbandingan kepadatan di lapangan dan kepadatan di laboratorium minimal mencapai 100% (Spesifikasi Bina Marga, 2010). Lapis Pondasi Bawah (LPB) jalan harus dilakukan dengan pengujian kepadatan berat di laboratorium, artinya diperlukan pemadatan dengan berat palu dan jumlah pukulan lebih banyak dibandingkan pemadatan ringan. Menurut SNI 03-1743-1989, bahwa pemadatan berat bertujuan untuk menentukan hubungan kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 4,54 kg dan tinggi jatuh 45,70 cm. Untuk menentukan hubungan kadar air dengan berat volume, dan untuk mengevaluasi tanah agar memenuhi persyaratan kepadatan, maka umumnya dilakukan uji pemadatan. Menurut Proctor (1933) (dalam Hardiyatmo, 2006), telah mengamati bahwa ada hubungan yang pasti antara kadar air dan berat volume kering tanah padat. Untuk berbagai jenis tanah pada umumnya, terdapat satu nilai kadar air optimum tertentu untuk mencapai berat volume kering maksimumnya. Hubungan berat volume kering (γd) dengan berat volume basah (γb) dan kadar air (w) dinyatakan dalam Persamaan 1.1. b d 1.1 1 w Karateristik kepadatan tanah dapat di nilai dari pengujian standar di laboratorium yang disebut standar Proctor. Prinsip pengujiaan menggunakan pemadat berupa silinder mould yang mempunyai volume 9,44 x 10-4 m 3. Tanah di dalam mould dipadatkan dengan penumbuk yang beratnya 2,5 kg dengan tinggi jatuh 30,50 cm. Tanah dipadatkan dalam tiga lapisan dengan tiap lapisan ditumbuk 25 kali. Sedangkan kepadatan dengan pengujian berat (modified Proctor), mould yang digunakan tetap sama, hanya berat penumbuknya diganti dengan yang 4,54 kg dengan tinggi jatuh penumbuk 45,72 cm. Pada pengujian ini, material dalam mould ditumbuk dalam 5 lapisan (Hardiyamo, 2006). Pada Gambar 1.2 memperlihatkan hubungan kadar air dengan berat isi kering seperti berikut. Gambar 1.2 Kurva hubungan kadar air dan berat volume kering (Hardiyatmo, 2006) Kemungkinan berat volume kering maksimum dinyatakan sebagai berat volume kering dengan tanpa rongga udara (zero air void) atau berat volume kering saat tanah menjadi jenuh (γzav) dapat dihitung pada Persamaan 1.3. Gs. w zav. 1.3 1 wgs. Dimana, γ zav berat isi kering pada keadaan zero air void (tanpa rongga udara), γ w adalah berat isi air, w adalah kadar air dari hasil uji sand cone dan Gs adalah berat jenis sampel. Sedangkan pengujian kepadatan lapisan pondasi bawah jalan di lapangan dilakukan dengan metode kerucut pasir (sand cone). Metode sand cone ini sebenarnya lebih cocok digunakan untuk material tanah berbutir halus seperti tanah 3

timbunan. Namun, menurut SNI 03-2828-1992 bahwa lapisan tanah atau lapis pondasi bawah berupa sirtu dan batu pecah yang akan diuji yang mengandung butir berukuran tidak lebih dari 5 cm, harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan membuat lubang berdiameter 16,51 cm, kedalaman 10 cm sampai 15 cm. Setelah melakukan sand cone, dimana contoh tanah dari galian lubang sand cone diambil untuk pengujian kadar air. Pengujian kadar air dari contoh tanah ini dilakukan 2 (dua) cara yaitu dengan speedy test dan oven test selama 24 jam di laboratorium. Menurut SNI 1965 :2008 bahwa pengujian kadar air di laboratorium dengan benda uji dikeringkan dalam oven selama 12 sampai 16 jam hingga beratnya konstan. Kehilangan berat akibat pengeringan merupakan berat air. Kadar air dihitung dengan menggunakan berat air dengan berat benda uji kering. Adapun perhitungan kadar air dinyatakan dengan persamaan 1.4 berikut.. b w.... 1.4 1 w Dimana, γ b berat isi basah dari sampel, dan w adalah kadar air dari hasil uji sand cone Sedangkan kadar air lapis pondasi bawah jalan di lapangan dengan speedy test dilakukan dengan mengguncang akan diperoleh kadar air lapangan. Menurut SNI 03-1965.1-2000, bahwa lingkup pengujian standar kadar air dengan speedy test. Standar ini menetapkan metode pengujian kadar air tanah dengan alat speedy. Metode ini tidak boleh digunakan untuk material berbutir dengan ukuran partikel-partikel cukup besar yang dapat mempengaruhi keakuratan pengujian. Banyaknya material yang tertahan saringan 4,75 mm, secara umum harus diperhatikan. Alat uji super 200 D dirancang digunakan untuk agregat. Untuk menghitung derajat kepadatan akan dihitung dengan persamaan 1.5 berikut. dlapangan R x100%. 1.5 lab Dimana, γd lapangan adalah berat isi kering lapangan dan, dan γd lab adalah berat isi kering dilaboratorium dan R adalah derajat kepadatan minimal mencapai 100% Metode Penelitian Metode penelitian dari awal hingga berakhirnya penelitian mengacu pada diagram alir seperti pada Gambar 1.1 Gambar 1.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian Hasil dan Pembahasan a. Karakteristik Kepadatan Lapis Pondasi Bawah Laboratorium Mulai Menyiapkan alat Sand Cone Test Speedy Test Oven Test Pengujian Kepadatan LPB Laboratorium Pengujian Kepadatan LPB Lapangan Kadar Air Speedy Test Kadar Air Oven Test Hasil Penelitian Selesai Adapun karakteristik hasil pemadatan Lapis Pondasi Bawah (LPB) di laboratorium pada Pelebaran Jalan Tjilik Riwut Palangkaraya seperti Tabel 1.1 sebagai berikut : 4

Kadar air, w (%) Tabel 1.1 Karateristik Pemadatan Lapis Pondasi Bawah Uraian Simbol Satuan Hasil Berat Isi Kering Maks γ d maks kg/cm 3 2,15 8,50 8,00 7,50 7,00 6,50 8,2 6,53 Speedy Test 6,6 6,6 Oven Test 7,5 7,3 Kadar Air Optimum W opt % 7,40 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa dari pengujian pemadatan metode pemadatan berat didapatkan berat isi kering maksimum γ d maks sebesar 2,15 kg/cm 3 pada kadar air optimum 8,44%. Menurut Hardiyatmo (2006), bahwa kepadatan LPB laboratorium Pelebaran Jalan Tjilik Riwut Palangkaraya terjadi pada 2,15 kg/cm 3 dimana jumlah pukulan pada mould diameter 6 inch adalah 25 pukulan per lapis dengan ketentuan sebanyak 5 lapis. Kemudian, SNI 03-1743-1989 menyatakan, bahwa pemadatan berat yang terjadi di Pelebaran Jalan Tjilik Riwut seperti Tabel 1.1 telah memberikan kadar air optimum 8,44% dan berat isi tanah 2,15 kg/cm 3 dengan memadatkan di dalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 4,54 kg dan tinggi jatuh 45,70 cm. b. Karakteristik Kadar Air Speedy Test dan Oven Test Adapun karakteristik kadar air speedy test dan oven test dari Lapis Pondasi Bawah di lapangan dari contoh material dari galian sand cone seperti Gambar 1.2 dan kepadatan LPB lapangan Pelebaran Jalan Tjilik Riwut Palangkaraya pada Tabel 1.2 berikut : 6,00 5,89 5,50 5,45 5,53 5,64 5,00 0,35 0,45 0,55 0,65 0,75 Sta Gambar 1.2 Karakteristik Kadar Air Speedy Test dan Oven Test Berdasarkan Gambar 1.2 di atas, bahwa kadar air LPB dengan speedy test dari sta 0+350 sampai 0+750 terlihat paling tertinggi 8,20% dan paling terendah 6,60%. Kemudian kadar air dengan oven test paling tertinggi 6,53% dan paling terendah 5,45%. Ini menunjukkan bahwa kadar air pada LPB dengan oven test lebih rendah sehingga kadar air LPB dengan oven test lebih akurat dibanding dengan kadar air speedy test. Keakuratan kadar air dengan oven test ini dikarenakan sampel kadar air yang diambil dari lubang sand cone dikeringkan hingga 24 jam sedangkan speedy hanya butuh waktu beberapa saat yaitu 2 5 menit dan kemungkinan adanya partikel cukup besar.. Menurut SNI 03-1965.1-2000, bahwa pengujian kadar air tanah dengan alat speedy test tidak boleh digunakan untuk material berbutir dengan ukuran partikel-partikel cukup besar yang dapat mempengaruhi keakuratan pengujian. Sedangkan Menurut SNI 1965:2008 bahwa pengujian kadar air di laboratorium dengan benda uji dikeringkan dalam oven selama 12 sampai 16 jam hingga beratnya konstan. Kehilangan berat akibat pengeringan merupakan berat air. 5

Kadar air, w (%) Tabel 1.2 Karakteristik Kepadatan LPB dengan Kadar Air Speedy Test dan Oven Test No Uraian Satuan STA 0+350 0+450 0+550 0+650 0+750 1 Kadar air Speedy Test % 8,20 6,60 6,60 7,50 7,30 2 Kadar Air Oven Test % 6,53 5,45 5,53 5,89 5,64 3 Berat Isi Kering Speedy Test kg/cm 3 2,154 2,173 2,160 2,168 2,162 4 Berat Isi Kering Oven Test kg/cm 3 2,155 2,196 2,196 2,200 2,196 5 Derajat Kepadatan Speedy Test % 100,18 101,07 100,48 100,83 100,57 6 Derajat Kepadatan Oven Test % 102,23 102,14 102,14 102,32 102,14 c. Korelasi Kepadatan LPB dengan kadar air speedy test dan oven test seperti Gambar 1.3 berikut. 103,00 102,50 102,00 101,50 101,00 100,50 102,23 Gambar 1.3 Grafik Korelasi Kepadatan LPB Pada Gambar 1.3 terlihat, bahwa derajat kepadatan LPB dengan kadar air speedy test paling tertinggi di sta 0+450 yaitu 101,07% dan paling terendah di sta 0+350 yaitu 100,18%. Kemudian, derajat kepadatan LPB dengan kadar oven test paling tertinggi di sta 0+650 yaitu 102,32% dan paling terendah di sta 0+450, 0+550 dan 0+750 yaitu masing-masing 102,14%. Ini menunjukkan bahwa derajat kepadatan LPB dengan kadar air oven test lebih akurat dibandingkan dengan kadar air speedy test. Keakuratan derajat kepadatan LPB kadar air oven Speedy Test Rata-rata Speedy Test Linear (Rata-rata Speedy Test) y = 102,19 102,14 102,14 101,07 y = 100,63 100,48 Oven Test Rata-rata Oven Test Linear (Rata-rata Oven Test) 102,32 100,83 100,18 100,00 0,35 0,45 0,55 0,65 0,75 Sta 102,14 100,57 test terjadi dikarenakan proses pengeringan sampel di oven test hingga 24 jam, sedangkan speedy test hanya waktu 2 5 menit atau jarum kadar air menunjukkan konstan. Menurut Spesifikasi Bina Marga (2010), bahwa kepadatan di lapangan diukur dari derajat kepadatannya. Derajat kepadatan merupakan perbandingan kepadatan di lapangan dan kepadatan di laboratorium minimal mencapai 100%. Namun secara keseluruhan derajat kepadatan rata-rata LPB dengan kadar air speedy test adalah 100,63% sehingga memenuhi syarat teknis Bina Marga yaitu derajat kepadatan minimal 100%. Kemudian, derajat kepadatan rata-rata LPB dengan kadar air oven test terjadi kenaikan dari derajat kepadatan LPB dengan kadar air speedy test yaitu 102,19%. Besarnya kenaikan derajat kepadatan LPB dengan kadar air oven test dilakukan korelasi atau hubungan persamaan yaitu derajat kepadatan oven test sebagai variabel bebas y dan derajat kepadatan speedy test sebagai variabel terikat x. Sehingga, persamaan korelasi atau hubungan derajat kepadatan LPB yaitu y = 1,02x. 6

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Derajat kepadatan rata-rata LPB dengan kadar air speedy test adalah 100,63% sehingga memenuhi syarat teknis Bina Marga yaitu derajat kepadatan minimal 100%. 2. Derajat kepadatan rata-rata LPB dengan kadar air oven test terjadi kenaikan dari derajat kepadatan LPB dengan kadar air speedy test yaitu 102,19%. 3. Besarnya kenaikan derajat kepadatan LPB dengan kadar air oven test dilakukan korelasi atau hubungan persamaan yaitu derajat kepadatan oven test sebagai variabel bebas y dan derajat kepadatan speedy test sebagai variabel terikat x. Sehingga, persamaan korelasi atau hubungan derajat kepadatan LPB yaitu y = 1,02x. SNI 03-1743-1989, Metode Pengujian Kepadatan Berat SNI 03-1965.1-2000 (PDM 08-2000-03), Air Tanah Dengan Alat Speedy SNI 03-2828-1992 Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone (Cara Pengujian dan Permasalahannya) SNI 03-2828-1992, Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir SNI 1965:2008, Cara Uji Penentuan Kadar Air Untuk Tanah dan Batuan di Laboratorium Saran 1. Derajat kepadatan Lapis Pondasi Bawah (LPB) jalan raya dapat diukur dengan cepat dengan speedy test dibandingkan dengan oven test, namun disarankan penelitian lanjutan sebagai bahan pertimbangan derajat kepadatan, baik timbunan, lapis pondasi bawah, dan lapis pondasi atas jalan raya. Daftar Pustaka Hardiyatmo, H.C, (2010), Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hardiyatmo, HC, (2006), Mekanika Tanah 1, Edisi Keempat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Saodang H, (2005), Konstruksi Jalan Raya, Nova, Bandung 7