BAB II KAJIAN TEORI. dipengaruhi (www.carapedia.com).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. a. Kondisi demografis, sebelum bencana banjir lahar hujan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Kajian Geografi. a. Pengertian Geografi. Geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu geographica

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

Tabel 37: KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MOTTO. Al-Qur an Surat Ar-Ruum:41. Why worry if you ve done the very best you can, worrying won t make it any. better. Walt Disney

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Catur Dewi Saputri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan masa depan seseorang, dengan pendidikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

DAFTAR ISI. Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuannya (Moh. Pabundu Tika, 2005: 12).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi bencana

Beda antara lava dan lahar

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

Definisi dan Jenis Bencana

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

PENDAHULUAN. benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Vulnerability. (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa

BAB I PENDAHULUAN. oleh geometri global dari lempeng tektonik (Smith, 1996). Letak Indonesia yang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

ALIRAN DEBRIS & LAHAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dusun Ngerahkah di Kecamatan Cangkringan

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

Setengah Penganggur Kabupaten/Kota Karangasem AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Transkripsi:

11 A. Deskripsi Teori BAB II KAJIAN TEORI 1. Kajian Dampak Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik akibat positif maupun akibat negatif. Pengaruh sendiri adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi (www.carapedia.com). 2. Kajian Bencana Menurut United National Development Program (UNDP), bencana adalah suatu kejadian yang ekstrim dalam lingkungan alam atau manusia yang merugikan/mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas sampai pada tingkat yang menimbulkan bencana. Pengertian lain tentang bencana seperti yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007, bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana dapat digolongkan menjadi tiga yaitu bencana alam, bencana nonalam dan bencana sosial (Undang-Undang

12 Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007). Bencana alam adalah yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, seperti yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bencana alam yang berupa peristiwa banjir lahar hujan yang menerjang beberapa lokasi sekitar sungai yang berhulu di Gunung Merapi, termasuk di lokasi penelitian yaitu Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. 3. Kajian Lahar a. Pengertian Lahar Menurut kamus geografi, lahar adalah debu vulkanik yang bercampur dengan air, baik air dari hujan atau yang berasal dari danau kawah (M.A Marbun, 1982:88). Pendapat lain tentang lahar disampaikan oleh Van Bemmelen dalam buku Vulkanologi (Sutikno, 2001: 8-1) yang mendefinisikan lahar adalah a mudflow containing debris and angular blocks of volcanic origin (suatu aliran lumpur yang mengandung bongkah-bongkah meruncing yang berasal dari kegiatan gunung api). Dalam buku tersebut, Neall mendefinisikan lahar sebagai a large mudflow composed of volcanic clastic detritus, often including large blocks, on or surrounding the flanks of a volcano (suatu aliran lumpur besar yang tersusun oleh bahan klastik gunung api, sering termasuk bongkah-bongkah besar, yang terletak pada lereng dan di sekitar gunung api).

13 Dari beberapa pengertian di atas lahar merupakan suatu aliran yang membawa material berasal dari gunung api yang terdiri dari beberapa jenis material yang berupa air, lumpur, dan lain sebagainya (kesimpulan penulis). b. Klasifikasi Lahar Sutikno (2001: 8-3) menyebutkan bahwa lahar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1) Lahar primer atau lahar letusan adalah lahar yang terbentuk sebagai akibat terdorong dan meluapnya air danau kawah oleh magma yang sedang naik ke atas dari dalam bumi ke permukaan pada saat terjadi letusan. 2) Lahar sekunder atau lahar hujan adalah lahar yang terjadi akibat percampuran antara bahan piroklastis yang belum diendapkan dengan air hujan. Lahar hujan biasanya terjadi apabila didahului oleh hujan lebat dengan curah hujan lebih dari 50 mm/jam, dalam waktu yang lama (3-5 jam) secara terus menerus dan jatuh di daerah sebaran endapan piroklastik yang baru saja terbentuk. 4. Dampak Bencana Lahar Hujan Bencana banjir lahar hujan membawa dampak positif dan dampak negatif bagi penduduk sekitar. Dampak positif diantaranya penduduk dapat memanfaatkan material pasir dan batuan berlimpah yang dibawa oleh arus banjir. Dampak negatif adalah rusaknya lahan pertanian,

14 perdagangan dan jasa, permukiman serta sarana dan prasarana seperti tempat ibadah, saluran irigasi, jembatan dan jalan poros desa (www.antarjateng.com). Akibat dari kerusakan sarana dan prasarana, penduduk tidak dapat beraktivitas normal dan terpaksa mengungsi ke tempat-tempat pengungsian yang berada di beberapa wilayah. Bencana lahar hujan membawa dampak terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007). Dampak terhadap kondisi sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, dan hilangnya tempat tinggal. Dampak terhadap kondisi ekonomi salah satunya adalah kerusakan infrastruktur yang berakibat pada terganggunya aktivitas ekonomi. Akibat tersebut diantaranya adalah hilangnya mata pencaharian yang menyebabkan tidak adanya penghasilan atau pendapatan serta kerugian materi yang disebabkan oleh hilangnya harta benda. Dampak pada kondisi lingkungan meliputi kerusakan lembah sungai, lahan persawahan dan permukiman, serta ekosistem di sekitar sungai. 5. Kondisi Sosial dan Ekonomi Penduduk a. Kondisi Sosial Penduduk Kata sosial dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar (Soerjono Soekanto, 1982:14) berarti berkenaan dengan masyarakat (dalam penelitian ini adalah penduduk). Kondisi sosial penduduk dikaji melalui empat variabel yaitu kondisi demografis, kesehatan, pendidikan, dan kondisi perumahan.

15 1) Kondisi Demografis Demografi merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafien yang berarti tulisan (Sri Moertiningsih, 2011:1). United Nations (1958) dalam Sri Moertiningsih (2011:2) mendefinisikan demografi sebagai studi ilmiah masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya. 2) Kesehatan Sehat berarti suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang (kesimpulan penulis). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. 3) Pendidikan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

16 kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 4) Kondisi perumahan Perumahan merupakan kebutuhan pokok di samping sandang dan pangan. Rumah yang baik adalah rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan (Gilarso, 1994:172). Secara umum, rumah yang sehat dan nyaman ialah bangunan tempat kediaman suatu keluarga yang lengkap, berdiri sendiri, cukup awet, dan cukup kuat rekontruksinya. Kondisi perumahan penduduk dalam penelitian ini adalah suatu kriteria yang akan menunjukkan tingkat kerusakan rumah dengan cara menilai unsur-unsur fisik rumah. Unsur-unsur tersebut meliputi keadaan atap, dinding, dan lantai. Tingkat kerusakan rumah dibagi menjadi tiga, yaitu rusak berat (atap rusak, dinding jebol, lantai terkikis/hanyut), rusak sedang (dinding terkikis dan sebagian atap hilang), dan rusak ringan (jendela dan pintu jebol). b. Kondisi Ekonomi Penduduk Kondisi ekonomi penduduk adalah keadaan yang menggambarkan kehidupan manusia yang mempunyai nilai ekonomi. Kondisi ekonomi dikaji melalui tiga variabel yaitu mata pencaharian, pendapatan, dan kepemilikan barang berharga.

17 1) Mata pencaharian Mata pencaharian adalah aktivitas melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh penghasilan atau keuntungann untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang dilakukan secara berturut-turut dan tidak terputus termasuk pekerja keluarga tanpa diberi upah yang membantu dalam kegiatan ekonomi dan dapat memenuhi kesejahteraan hidupnya (kesimpulan penulis). Adapun jenis-jenis mata pencaharian digolongkan sebagai berikut: a) Menurut Sensus Penduduk 1990 (Sri Moertiningsih, 2010:211) terdiri dari: (1) Tenaga profesional, teknisi, dan yang sejenis (2) Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan (3) Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis (4) Tenaga penjualan (5) Tenaga usaha jasa (6) Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan (7) Tenaga produksi, operator alat angkutan, dan pekerja kasar (8) Lainnya. b) Menurut publikasi Sensus Penduduk 2000 seri M dalam buku Dasar-Dasar Demografi (Sri Moertiningsih 2010:210) terdiri dari: (1) Pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan

18 (2) Pertambangan dan penggalian (3) Industri pengolahan (4) Listrik, gas, dan air (5) Perdagangan, rumah makan, dan hotel (6) Angkutan, pergudangan, dan komunikasi (7) Keuangan, asuransi, dan usaha persewaan bangunan (8) Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (9) Kegiatan yang tidak atau belum jelas. 2) Pendapatan Menurut Soediyono (1992:99), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh anggota masyarakat pada jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan, sedangkan Mulyanto (1985:20) menyatakan pendapatan merupakan seluruh penerimaan baik yang berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain atau dari hasil sendiri dinilai dengan uang atas dasar harga pada saat itu. 3) Kepemilikan Barang Berharga Kepemilikan barang berharga dapat diartikan sebagai pemilikan sejumlah barang yang dinilai oleh penduduk sebagai barang berharga. Barang berharga tersebut meliputi mobil, sepeda motor, televisi atau radio atau tape, komputer/laptop, dan handphone (kesimpulan penulis). Barang berharga dalam

19 penelitian ini selain berupa barang-barang seperti di atas juga dinilai dari kepemilikan hewan ternak (sapi, kerbau, kambing, unggas, dan perikanan). B. Penelitian yang Relevan Suatu penelitian dilakukan guna menjawab segala tantangan yang terjadi di masyarakat dengan memakai berbagai pendekatan keilmuan dan dengan judul-judul tertentu. Suatu penelitian, ada yang dilakukan oleh pihak instansi penelitian, karya ilmiah dosen, maupun karya tulis mahasiswa. Penelitian yang banyak dilakukan oleh para akademisi saat ini banyak yang membahas mengenai permasalahan sosial dan ekonomi, khususnya terkait dengan ketenagakerjaan, kependudukan, maupun migrasi. Penelitian yang berjudul Dampak Bencana Banjir Lahar Hujan Sungai Gendol Tahun 2010 Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman ini dimaksudkan untuk mengungkap fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat korban banjir lahar hujan pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Fenomena-fenomena yang akan diungkap dalam penelitian ini meliputi kondisi sosial dan ekonomi penduduk. Fenomena yang terjadi di Desa Argomulyo sangat dimungkinkan memiliki kesamaan dengan fenomena yang terjadi di daerah lain yang memiliki tema relevan, yang juga akan digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini, khususnya

20 dalam hal teori yang digunakan sebagai acuan. Metode penelitian terdahulu yang relevan juga akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini. Cara pengambilan data dalam penelitian ini juga sedikit banyak memiliki pesamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki tema relevan. Berikut contoh-contoh penelitian terdahulu yang memiliki tema relevan dengan penelitian ini.

21 Tabel 2: Penelitian yang Relevan No Judul Penulis Metode Tujuan Hasil 1. Kondisi sosial dan ekonomi warga perumahan eksodan desa Tanggulangin Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen Atim Rinawati, 2009 Skripsi (FISE UNY) Kualitatif Untuk mendeskripsikan kondisi sosial dan kondisi ekonomi warga perumahan eksodan di Desa Tanggulangin Interaksi antar warga perumahan eksodan masih terbatas dalam lingkup Desa Tanggulangin. Dari segi pendidikan, warga perumahan pada umumnya mengenyam pendidikan formal sampai tingkat sekolah 2. Dampak Bencana Lahar Dingin Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Di Desa Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang 3. Hubungan kondisi sosial ekonomi penambang pasir terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Sidorejo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Imas Kurnia, 2012 Skripsi: Geografi (FISE UNY) Setya Ahmadi, 2009 Skripsi: Geografi (FISE UNY) Deskriptif Deskriptif Untuk mengetahui dampak bencana banjir lahar dingin terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di Desa Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang (1) Untuk mengkaji pendapatan penduduk dari usaha penambang pasir. (2) Kontribusi usaha penambangan pasir terhadap total pendapatan rumah tangga. (3) Hubungan dari usaha penambang pasir penduduk di Sidorejo untuk pembiayaan pendidikan anak dasar (SD) Kondisi demografis baik sebelum maupun sesudah bencana banjir lahar dingin tidak mengalami perubahan. Tidak ada korban jiwa akibat terjangan banjir lahar dingin. Migrasi atau perpindahan penduduk hanya terjadi dari satu dusun lain yang masih berada dalam satu desa. (1) Pendapatan usaha penambang pasir selama satu bulan termasuk kategori rendah. (2) Hubungan kontribusi usaha penambang pasir terhadap total pendapatan rumah tangg dengan nilai r 0,440 yang dikonsultasikan ke tabel r termasuk interpretasi rendah. (3) Hubungan pendapatan penambang pasir untuk pendidikan anak dengan nilai r termasuk interpretasi rendah.

22 Lanjutan tabel (1) Dampak sosial yang ditimbulkan setelah penggunaan internet di Kampoeng Cyber, berdasarkan pendidikan, dampak positif paling banyak untuk mempermudah mengerjakan tugas dipilih 47,06% responden. (2) Dampak ekonomi yang ditimbulkan setelah penggunaan internet di Kampoeng Cyber, berdasarkan pekerjaan, dampak positif penggunaan internet yaitu meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja dipilih 31,03% responden. 4. Dampak Penggunaan Internet Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Di Kampoeng Cyber Kelurahan Patehan Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta Esti Kurniawati, 2011 Skripsi: Geografi (FIS UNY) Deskriptif Kuantitatif Mengetahui dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan setelah adanya internet di Kampoeng Cyber C. Kerangka Berpikir Bahaya erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang masih mengancam sampai saat ini adalah bencana banjir lahar hujan. Tingginya curah hujan di daerah puncak, dan lereng Gunung Merapi, serta kondisi sungai yang dangkal dan tidak cukup lebar menyebabkan banjir lahar hujan di hulu Sungai Gendol tidak dapat dihindari lagi. Banjir lahar hujan yang terjadi sejak bulan Desember 2010 dan berlangsung selama berbulan-bulan menerjang dan merusak daerah di sekitar aliran sungai. Banjir lahar hujan merusak infrastruktur, sarana dan prasarana, permukiman serta lahan pertanian di sekitar daerah aliran sungai, termasuk lokasi penelitian yaitu Desa Argomulyo khususnya Dusun Jaranan dan Dusun Gadingan.

23 Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dampak bencana banjir lahar hujan terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di Desa Argomulyo. Variabel sosial dikaji dari kondisi demografis, kesehatan, pendidikan, dan kondisi perumahan, serta variabel ekonomi dikaji dari aspek mata pencaharian, pendapatan, dan kepemilikan barang berharga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema kerangka berpikir berikut:

24 Kondisi Soisal Ekonomi Penduduk Desa Argomulyo Sebelum Bencana Banjir Lahar Hujan Sosial : 1. Kondisi Demografis 2. Kesehatan 3. Pendidikan 4. Kondisi Perumahan Ekonomi : 1. Mata Pencaharian 2. Pendapatan 3. Kepemilikan Barang Berharga Bencana Banjir Lahar Hujan Sungai Gendol Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Argomulyo Sesudah Bencana Banjir Lahar Hujan Sosial : 1. Kondisi Demografis 2. Kesehatan 3. Pendidikan 4. Kondisi Perumahan Ekonomi : 1. Mata Pencaharian 2. Pendapatan 3. Kepemilikan Barang Berharga Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Berpikir