BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S-1. Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. AH. Choiron, Psikologi Perkembangan, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010, hlm. 107.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar kearah

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa. Fred Ebbeck (Masitoh, 2005) mengungkapkan bahwa masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk, pada masa ini anak sudah memiliki keterampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna, pada usia taman kanakkanak sering sekali disebut sebagai The Golden Age atau masa emas yang mengandung arti bahwa masa ini merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan, dimana kepribadian dasar individu mulai terbentuk. Pada rentang usia ini anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala asfek perkembangannya, termasuk perkembangan motoriknya, terutama motorik dasar sangatlah penting. Pendapat yang menyatakan tentang pentingnya perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak dikemukakan oleh Masitoh (2005) bahwa: Penguasaan kemampuan motorik ini sangatlah wajib dimiliki oleh seorang anak sebagai dasar untuk menguasai gerak selanjutnya yang lebih komplek dan berguna untuk meningkatkan kualitas hidupnya dimasa yang akan datang.

2 Dalam beberapa kasus ada anak yang masih belum lancar menulis, atau ada anak yang masih kaku dalam memegang alat-alat pembelajaran padahal sudah menginjak kelompok B. Untuk kasus ini, menunjukan bahwa anak tersebut tidak terlatihnya kemampuan motorik halusnya sewaktu menempuh belajar di kelompok A. Tidak jarang juga terlihat dalam pembelajaran di TK banyak anak-anak yang murung, pendiam, senang menyendiri, dan tidak bisa bersosialisasi dalam pergaulan di TK. Sayangnya, kasus-kasus tersebut seringkali di-vonis sebagai masalah pribadi yang penanganannya juga harus dilakukan secara persuasive dan pribadi. Padahal tidak selalu permasalahan seperti yang dijelaskan diatas dilatarbelakangi oleh kepribadian yang dimiliki anak. Dalam kasus yang lain, anak usia dini yang biasanya sedang aktif-aktifnya mengeksplor kemampuan fisiknya, seringkali dilarang oleh orang yang lebih tua darinya. Ada anak yang sedang mencoret-coret buku tidak jelas atau menyobeknyobek buku yang ada disekitarnya, kemudian disebut nakal dan dilarang dengan bentakan yang keras. Hal tersebut tentu saja salah, selain karena menyebabkan trauma pada diri anak, juga menyebabkan kemampuan motorik anak tidak terlatih. Karena kemampuan motoriknya tidak terlatih tersebut, sehingga beberapa kasus seperti yang dijelaskan di atas terjadi. Dalam kenyataannya, kasus seperti yang dipaparkan di atas terjadi juga pada proses pembelajaran yang terjadi di TK Sakinah Sukabumi. Pada saat melakukan observasi, peneliti menemukan sebuah masalah yang menurut peneliti sangatlah

3 penting yaitu terdapat beberapa anak yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan, seperti pada saat anak bernain puzzle, mewarnai, membuat origami serta menggambar bebas terlihat anak masih begitu kaku saat menggerakan tangan mereka. Peneliti kemudian mencari tahu hal-hal yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi. Maka dilakukanlah wawancara dengan guru kelas dari siswa yang bersangkutan dan didapatlah data bahwa di kelas tersebut masih banyak anak yang kurang terlatih perkembangan motorik halusnya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengajar dalam memberikan pelatihan motorik halus kepada anak (wawancara dengan Laelasmi, 2011). Kemampuan Motorik anak dikatakan lambat, bila di usianya yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi ia tidak menunjukan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekolah sekitar 6 tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari jemarinya secara fleksibel. Bagi anak gerakan-gerakan fisik tidak hanya penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan perkembangan kognisi Bredkamp (dalam Solehudin, 2000). Apa lagi usia 5 tahun pertama merupakan masa potensial bagi anak untuk mempelajari keterampilan motorik sejalan dengan perkembangannya.

4 Uraian yang dipaparkan di atas, mengindikasikan perlunya pengembangan kemampuan motorik halus pada anak, yang harus teroptimalkan mulai tahun-tahun pertama dalam kehidupan anak. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Solehudin (2000) usia dini merupakan usia fundamental bagi perkembangan individu dan sering disebut golden age atau usia keemasan, intelektual, emosional, dan bahasa berlangsung sangat cepat sehingga pengalaman-pengalaman yang dijalani anak akan membentuk pengalaman yang dibawa seumur hidup. Pendapat diatas juga selaras menurut Network International Children Development (dalam Solehudin, 2000) masa balita atau lima tahun pertama dari usia anak merupakan usia emas, oleh karena itu pada usia tersebut segala kebutuhannya harus dipenuhi. Kebutuhan anak terutama dalam lima tahun pertama adalah normalitas dari keseluruhan aspek perkembangannya, karena normalitas perkembangan dari aspek-aspek tersebutlah yang akan mampu mengembangkan dirinya secara sempurna. Dengan matangnya kemampuan motorik pada anak, maka anak tidak akan merasa kaku dalam menggerakan tangan dan kakinya. Berbagai manfaat diperoleh anak ketika terampil menguasai gerakan-gerakan motorik, selain kondisi badan akan menjadi semakin sehat karena banyak bergerak anak juga akan menjadi lebih mandiri dan percaya diri. Anak memperoleh keyakinan untuk mengerjakan sesuatu karena menyadari kemampuan fisik yang dimiliki, seorang anak yang kemampuan motoriknya baik. Biasanya memiliki kemampuan sosial yang positif. Indriani, (2008)

5 Sesuai dengan hasil penelitian Mayke (Indriani, 2008) bahwa motorik halus itu sangatlah penting karena nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis, seperti untuk menulis, menggambar, hingga menarik garis. Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi yang tepat. Di setiap fase, anak yang membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Gerakan motorik halus ialah gerakan dimana hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil saja, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan energi atau tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin banyak gerakan motorik halus anak membuat anak semakin dapatberkreasi. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai hal ini pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan ketrampilan fisik lain serta kematangan mental, misalnya keterampilan membuat gambar maupun keterampilan menggunakan alat permainan. Menurut Ismail, melalui kegiatan bermain anak terangsang untuk merangsang perkembangan emosi, sosial dan fisiknya. Setiap anak memiliki irama dalam bermain yang berlarian disesuaikan dengan perkembangan amak. Semakin besar fantasi yang bisa dikembangkan oleh anak dari sebuah mainan, akan lebih lama mainan itu menarik bagi anak. Sementara itu, bermain jika ditinjau dari perspektif pendidikan

6 adalah sebuah kegiatan yang memberikan peluang kepada anak untuk dapat berswakarya, melakukan, dan menciptakan sesuatu dari permainan itu dengan tenaganya sendiri, baik dilakukan didalam maupun diluar ruangan (Ismail, 2006 ). Alat permainan merupakan salah satu sumber belajar, melalui alat permainan anak dapat mengembangkan berbagai macam keterampilan tangan, memberikan kesenangan dan informasi. Macam alat permainan sebagai pelengkap untuk bermain sangat beragam salah satunya adalah mainan yang bersifat melipat. Permainan melipat dapat meningkatkan keterampilan jari anak yang memudahkannya untuk melakukan aktifitas sehari-hari, seperti menggunakan pencil, menggunting kertas, makan dan minum serta memakai dan melepas sepatu (Aviati, 2003 ). Salah satu alat permainan yang cocok digunakan untuk melatih motorik halus anak adalah origami. Origami atau melipat kertas adalah aktivitas seni yang mudah dibuat dan menyenangkan, origami juga sangat fungsional untuk anak. Seni ini memiliki fungsi melatih mototik halus dalam masa perkembangan, hal tersebut juga dapat merangsang tumbuhnya motivasi, kreativitas juga ketekunan pada pelaku pelipat ketras itu sendiri. Selain menyenangkan kegiatan ini memiliki banyak manfaat lain, diantaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak. Pasalnya membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga syaraf otak anak akan bekerja dengan

7 baik, tentu saja dampaknya akan sangat positif bagi perkembangan anak Anisah, (2008). Sesuai dengan uraian di atas mengenai kasus yang dijadikan penelitian, maka peniliti mengambil masalah mengenai Implementasi Kegiatan Origami di Taman Kanak-Kanak Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merasa harus melakukan penelitian mengenai Kegiatan Origami anak dengan judul penelitian Implementasi Kegiatan Origami di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif pada kelompok B TK Sakinah Sukabumi). B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka rumusan masalah utama dirumuskan sebagai berikut Bagaimana Implementasi Kegiatan Origami di Taman Kanak-kanak pada Kelompok B TK Sakinah 1 Sukabumi. Adapun secara lebih khusus rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Perencanaan Kegiatan Origami di Kelompok B TK Sakinah 1? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan Origami di kelompok B TK Sakinah 1? 3. Bagaimana evaluasi kegiatan origami di Kelompok B TK Sakinah 1?

8 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ingin Mengetahui perencanaan kegiatan origami anak di kelompok B TK Sakinah 1. 2. Ingin Mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran origami anak di TK Sakinah 1. 3. Ingin Mengetahui evaluasi kegiatan origami anak di kelompok B TK Sakinah 1. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan rujukan dalam mempelajari bagaimana Implementasi Kegiatan Origami di Kelompok B TK Sakinah 1. 2. Bagi Sekolah Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta rujukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

9 Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagaibahan pertimbangan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam mengenai Kegiatan Origami di Taman Kanak-Kanak. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan karya ilmiah ini terdiri dari 5 Bab, Bab pertam yaitu Pendahuluan,berisi latar belakang penulisan, Rumusan Masalah, Tujuan dari penelitian dan Sistematika penulisan. Bab kedua membahas teori-teori yang berkaitan dengan kegiatan Origami yang ada di TK Sakinah. Bab ketiga adalah Metode Penelitian, pada bagian ini diuraikan metode penelitian yang digunakan, situasi social dan subjek penelitian, tahap-tahap pelaksanaan penelitian dari tahap perencanaan awal penelitian hingga tahap pelaporan, instrument penelitian dan teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen, dan teknik analisis data. Sedangkan pada Bab keempat mengungkapkan tentang hasil penelitian serta pembahasannya. Kemudian dibagian terakhir, yaitu Bab kelima berisi kesimpulan penelitian dan rekomendasi.