BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB I PENDAHULUAN. Tatakelola Perusahaan ( Corporate Governance) memilki peran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

II. LANDASAN TEORI. Terdapat banyak definisi tentang Corporate Governance (tata kelola perusahaan).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertama kali teori agensi dibuat oleh Jensen dan Meckling di tahun 1976.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maretha dan

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent).teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri (Husnan, 2003). Salah satu instrument yang diperjual belikan dipasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

BAB II LANDASAN TEORI. Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle) melimpahkan wewenang pengelolaan perusahaan kepada manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan teori keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer ( agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi kemungkinan karena agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan ( agency cost). Pemisahan kepemilikan dan pengendalian menyebabkan manajemen (agent) bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal (pemilik). Mengacu pada pernyataan tersebut, dalam Brigham dan Houston (2004: 20-21) juga disebutkan bahwa sudah lama diakui bahwa manajer mungkin memiliki tujuan pribadi yang berlawanan atau berbeda dengan tujuan maksimalisasi kekayaan pemegang saham. Pemilik Perusahaan (shareholder) memberi kekuasaan kepada Manajer untuk membuat keputusan, pada hal ini bisa memicu terjadinya konflik kepentingan antara Manajer dan pemilik perusahaan (shareholder). Konflik agensi ini bermula ketika manajer selaku yang bertindak dilapangan langsung memiliki informasi lebih unggul bertindak sebagai agen untuk pemilik, yang mengizinkan manajer untuk mengeksploitasi atau mengambilalih sumber daya bisnis sehingga dapat menghasilkan return bagi pemilik.

9 Pada perusahaan Manufaktur, terdapat konflik agensi antara pemilik dengan manajer (Konflik Agensi). Pada Konflik Agensi, Pemilik perusahaan (shareholder) harus mampu mengurangi biaya agensi karena hak milik yang secara luas terbatas untuk agen pembuat keputusan internal yang memiliki keterlibatan personal yang menjamin manajer tersebut tidak akan mengambilalih kekayaan pemilik perusahaan (shareholder) melalui konsumsi keuntungan dan kesalahan alokasi sumber daya. 2.1.2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Corporate Governance merupakan sarana yang digunakan untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan secara efisien. Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan Forum for corporate governance (CG) sebagai suatu seperangkat peraturan atau sistem yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hakhak dan kewajiban perusahan. CG ini bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Maka dari itu Corporate Governace dapat diarikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam penerapannya sendiri Corporate Governance memiliki prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang juga digunakan sebagai indikator pelaksanaan

10 Corporate Governance dalam perusahaan. Menurut panduan KNKG Indonesia, prinsip dasar GCG meliputi 5 (lima) asas, yaitu transparansi (transparency), independensi ( independency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), kewajaran dan kesetaraan (fairness). Corporate Governance diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan (Qomariyah, 2008). Hal ini sesuai dengan Li, et. al., (2012), yang mengatakan bahwa Corporate Governance dikembangkan dari latar belakang teori keagenan (Agency Teory) dan didasarkan pada premis maksimalisasi nilai pemegang saham (shareholder). 2.1.2.1. Dewan Komisaris Dewan komisaris memiliki peran sebagai supervisor atau melakukan pengawasan ( monitoring) terhadap kinerja dewan direksi atau manajemen. Dewan komisaris dan dewan direksi bertanggung jawab serta menjadi otoritas dalam pengambilan keputusan atau menetapkan kebijakan berkaitan dengan tujuan perusahaan. Agent sebagai manajemen memiliki informasi lebih baik dari pada principal yang bertindak sebagai komisaris yang bertugas mengawasi manajerial. Fama dan Jensen (1983) mengatakan bahwa dewan komisaris merupakan elemen vital dalam menerapkan corporate governance yang bertujuan untuk melindungi dan mengawasi aset investor yang diberikan kepada perusahaan. Selain itu, tidak ada mekanisme pengawasan kinerja manajemen yang lebih efektif daripada pengawasan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan atau pemegang saham.

11 2.1.2.2. Komisaris Independen Komisaris independent adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan apapun dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independent. Klein (2002) menyatakan bahwa dewan yang independen yang bukan berasal dari luar perusahaan mampu manjadi alat pengawasan yang lebih efektif. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan organisasi tersebut dan tidak mewakili pemegang saham. Bapepam mengatur mengenai dewan komisaris independen di Indonesia yang diatur melalui Ketentuan Peraturan Bapepam No. I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh KNKG. Jumlah dewan komisaris independen minimal adalah 30%. Aturan tersebut berpengaruh terhadap pengendalian dan pengawasan kinerja manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Komisaris independen mampu mencegah manajemen melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan perusahaan. 2.1.2.3. Komite Audit Komite audit adalah auditor internal yang dibentuk sendiri oleh dewan komisaris, yang bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi

12 atas perencanaan dan pelaksanaan pengendalian interen perusahaan. Komite audit sendiri bertanggungjawab langsung terhadap dewan komisaris. Indikator yang digunakan untuk mengukur komite audit adalah jumlah anggota komite audit pada perusahaan sampel. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good corporate Govenance jumlah anggota komite audit minimal 3 orang. Komite audit memiliki peran khusus didalam perusahaan yang dimana keberadaanya sendiri dinilai akan mampu memberikan kepercayaan kepada investor, hal tersebut karena komite audit sendiri merupakan komponen yang sangat penting didalam Good Corporate Governance sehingga perusahaan dengan transparansi yang baik akan meningkatkan kepercayaan pada investor. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Zhang dan Wang (2007) yang menyatakan bahwa jumlah audit didalam perusahaan serta kualitas audit didalam perusahaan akan meningkatkan transparancy dan Good Corporate Governance. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Selain itu, menurut Trisnawati (2009) komite audit a dalah penghubung antara manajemen perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham dalam menangani masalah pengendalian dalam perusahaan. 2.1.2.4. Kepemilikan manajerial Struktur kepemilikan dalam perusahaan terbagi menjadi beberapa bagian, kali ini yang dipakai oleh peneliti adalah faktor internal corporate governance, yaitu kepemilikan manjerial. Kepemilikan saham manajerial

13 yang tinggi akan mendorong manajemen melakukan fungsinya dengan baik, karena hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan (shareholder) dan untuk kepentingannya sendiri sebagai pemilik perusahaan (shareholder). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial yang meningkat menyebabkan manajer perusahaan memiliki kedudukan yang sejajar dengan pemegang saham. Kepemilikan saham manajerial merupakan porsi kepemilikan saham biasa oleh pihak manajemen perusahaan baik dari jajaran dewan komisaris maupun direksi perusahaan. Kepemilikan manajerial diukur dengan perbandingan antara porsi saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Menurut (Anwar et al., 2013), kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham oleh manajer terhadap total saham yang beredar. Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua pendekatan, Itturiaga & Sanz (2000). Pertama adalah pendekatan keagenan (agency approach) yang memandang struktur kepemilikan manajerial sebagai alat untuk mengurangi konflik keagenan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan ( shareholder). Kedua adalah pendekatan ketidakseimbangan informasi ( asymmetric information approach) yang memandang struktur kepemilikan manajerial sebagai cara untuk mengurangi asymmetric information yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan ( shareholder) karena munculnya perbedaan kepentingan. Menambahkan kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat mensejajarkan kedudukan manajemen perusahaan dengan pemilik

14 perusahaan ( sahreholder). Selain itu konflik kepentingan antara pemilik perusahaan ( shareholder) dengan manajerial perusahaan dapat berkurang karena resiko bisnis perusahaan juga menjadi tanggungjawab manajemen perusahaan. 2.1.3. Nilai Perusahaan (Firm Value) Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh investor. Kemakmuran pemegang saham atau investor tersebut tercermin dari nilai perusahaan. Dengan kata lain nilai perusahaan merupakan ukuran kinerja manajer keuangan. Menurut M.Fuad (2000:23) nilai perusahaan merupakan harga jual perusahaan dipasar yang dianggap layak oleh calon investor sehingga investor mau membayarnya jika suatu saat perusahaan akan dijual. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Maka dari itu nilai perusahaan dapat dikatakan penentu kemakmuran pemagang saham ( shareholder) dan didalam penelitian ini nilai perusahaan merupakan variabel dependen dan akan diuji dengan based market information menggunakan metode tobins q. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham, adalah persepsi investor terhadap perusahaan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Pada kenyataanya tidak semua perusahaan menginginkan harga saham tinggi karena tidak investor untuk

15 membelinya. Maka dari itu sebabnya harga saham harus dibuat seoptimal mungkin, harga saham tidak boleh teralu tinggi tidak boleh teralu rendah. 2.1.4. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2.1.4.1. Prinsip Dasar Dewan Komisaris Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus interpares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut: 1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. 2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan. 3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

16 2.1.4.2. Pedoman Pokok Pelaksanaan Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris 1. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. 2. Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris yang terafiliasi. Dalam hal ini yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi. 3. Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari Komisaris Independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan. 4. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang transparan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, badan usaha milik negara dan atau daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, proses penilaian calon anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite Nominasi dan Remunerasi. Pemilihan Komisaris Independen

17 harus memperhatikan pendapat pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan melalui Komite Nominasi dan Remunerasi. 2.2. Pengembangan Hipotesis 2.2.1. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Nilai Perusahaan ( Firm Value) Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyatakan good corporate governance sebagai salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Di indonesia sendiri praktik corporate governance diatur dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh KNKG. Good Corporate Governance menurut KNKG harus meliputi 5 (lima) asas, yaitu transparansi (transparency), independensi ( independency), akuntabilitas ( accountability), responsibilitas (responsibility), kewajaran dan kesetaraan ( fairness). Pemerintah menjadikan penerapan peraturan corporate governance sebagai alat untuk mengatasi kecurangan yang merugikan negara. Selain itu, penerapan corporate governance juga digunakan sebagai penjamin aset yang dimiliki pemegang saham serta relevancy dan faithful representation dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Corporate governance memiliki berbagai komponen yang digunakan untuk memberikan pengawasan untuk meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Board Size (Ukuran dewan komisaris) menjadi salah satu komponen yang berpengaruh. Dewan komisaris merupakan kontrol kendali utama pengelolaan internal sebuah perusahaan yang dimana disini komisaris menjalankan aktivitas pengawasan

18 Dewan komisaris merupakan pemegang kendali sistem pengelolaan internal sebuah perusahaan yang berperan menjalankan aktivitas pengawasan. KNKG (2006) menyatakan bahwa dewan komisaris memiliki peran penting dalam efektivitas proses monitoring kinerja manajemen. Keberadaan dewan komisaris diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan (Firm Value) 2.2.2. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan (Firm Value) Keberadaan komisaris independen juga merupakan elemen penting dalam proses monitoring atau pengewasan terhadap kinerja manajemen. semakin banyak komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan semakin berkualitas karena adanya pihak independen dalam perusahaan yang akan lebih menuntut transparansi pelaporan keuangan perusahaan, Nasution dan Setyawan (2 007). Komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan keefektifan pengawasan terhadap kualitas pelaporan keuangan sehingga nilai perusahaan dimata investor tetap baik dan juga pengembalian perusahaan kepada pemilik perusahaan (shareholder) optimal. H2: Komisaris Independen berpengaruh Positif terhadap Nilai Perusahaan (Firm Value).

19 2.2.3. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan ( Firm Value) Keberadaan dewan komisaris independen masih tergolong terlalu kecil untuk melakukan pengawasan karena perusahaan tidak hanya terkait pihak internal saja, namun pihak eksternal seperti auditor eksternal juga termasuk. Maka dari itu, dewan komisaris akan lebih terbantu dengan adanya komite audit di perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya komite audit memiliki peran khusus dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah penting yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh dewan komisaris serta meningkatkan kualitas audit didalam perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Zhang dan Wang (2007) yang menyatakan bahwa jumlah audit didalam perusahaan serta kualitas audit didalam perusahaan akan meningkatkan transparancy dan Good Corporate Governance yang artinya bahwa komite audit akan dapat membantu peran komisaris dalam menjalankan peranya didalam perusahaan. KNKG menerangkan bahwa komite audit bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap laporan keuangan, audit internal dan eksternal, serta memastikan sistem pengendalian internal berjalan dengan baik. Keberadaan komite audit diharapkan mampu memperketat pengawasan sehingga memperkecil peluang terjadinya penyimpangan. H3: Komite audit berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan (Firm Value)

20 2.2.4. Pengaruh Moderasi Kepemilikan Manajerial terhadap pengaruh Komisaris Independen dan Nilai Perusahaan (Firm Value) Komisaris independen diperusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan ( firm value). Keberadaan komisaris independen akan menyeimbangkan hubungan kepercayaan antara pemilik perusahaan (shareholder) dengan manajerial. Akan tetapi dalam hal ini pemilik perusahaan (shareholder) yang juga merupakan agent diperusahaan tersebut akan memiliki peran serta motivasi ganda didalam perusahaan tersebut juga. Dimana agent yang dimana disini merupakan manajemen perusahaan akan diawasi juga oleh komisaris independen yang dalam hakikatnya tidak memiliki kepentingan selain menjalankan tugasnya dengan independen dan tanpa terpengaruh oleh pihak manapun. Disini pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan (firm value) akan dimoderasi oleh struktur kepemilikan manajerial dimana seperti yang dikatakan tadi bahwa agent disini yang memiliki peran ganda akan bisa mempengaruhi gerakan dari pengawasan komisaris independen. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: H4: Kepemilikan Manajerial memoderasi hubungan komisaris independen terhadap nilai perusahaan (firm value) memiliki pengaruh yang negatif.

21 2.3 Kerangka Teoritis Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Hubungan Antar Variabel Hipotesis : H 1 : Ukuran dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan H 2 : proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan H 3 : Keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan H 4 : Kepemilikan Manajerial memperlemah pengaruh antara proporsi komisaris independen terhadap nilai perusahaan