BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ervi Afifah, 2014 Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan

1.3 TUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. industri dan pengobatan (Moon dan Parulekar, 1993). merupakan satu dari tiga kelompok enzim terbesar dari industri enzim dan

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total penjualan protease di dunia mencapai 50-60%. Indonesia merupakan

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Hg 2+, Al 3+, Sn 2+, dan Ni 2+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM SELULASE YANG BERASAL DARI Bacillus subtilis SF01

VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

TINJAUAN PUSTAKA. Onggok merupakan limbah dari industri tapioka yang berbentuk padatan yang

REAKSI KIMIA : ENZIM BAGIAN ENZIM 7 ENZIM MENGHASILKAN ENERGI (EKSERGONIK) MEMBUTUHKAN ENERGI (ENERGONIK) KEDUANYA MEMERLUKAN ENERGI PENGAKTIF

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

OLEH : ARDIAN PRASETYA ( ) Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN. Minda Azhar Disertasi

PERNYATAAN SKRIPSI...

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan diperkirakan mencapai 10 15% per

HASIL DAN PEMBAHASAN

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dihasilkan, digunakan untuk sintesis makromolekul seperti asam nukleat, lipid

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

5/7/2015. Selulosa. Hemiselulosa (%) Lignin (%) (%) Serat kapas Btg kayu Bagase Jerami , ,8

PENGARUH ION Ca 2+, Mg 2+, Mn 2+ dan Na + TERHADAP AKTIVITAS EKSTRAK KASAR SELULASE DARI Bacillus Subtilis STRAIN SF01 ASAL LIMBAH AMPAS TEBU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

POTENSI BAKTERI SELULOLITIK DALAM DEKOMPOSISI JERAMI PADI

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI PENGHASIL ENZIM SELULASE DARI LIMBAH AMPAS TEBU BERDASARKAN ANALISIS HOMOLOGI GEN PENYANDI 16S rrna

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4,

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tumbuhan merupakan tonggak dari sebagian besar ekosistem terrestrial.

FKIP, UNIVERSITAS PGRI MADIUN ABSTRAK ), 25% (K 3. ), 9hari (L 3

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

PRODUKSI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM SELULASE DARI BAKTERI Bacillus subtilis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai industri seperti makanan, minuman, kosmetik, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari oksida rangkap seperti Al 2 O 3, SiO 2, Fe 2 O 3, CaO, dan

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Fe 2+, Zn 2+, Cu 2+ DAN ION NH 4 + TERHADAP AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM SELULASE DARI Bacillus subtilis Strain SF01

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Enzim adalah biokatalisis atau polimer biologis yang dihasilkan oleh tubuh untuk mengkatalisis reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi yang terjadi dalam jaringan tubuh dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga suatu reaksi dapat berjalan dengan cepat (Montgomery et al., 1993). Enzim merupakan katalis yang sangat selektif dan bersifat spesifik untuk macam-macam tipe reaksi yang dikatalisis maupun substrat yang berhubungan erat (Kennelly & Rodwell, 2009). Telah diketahui bahwa sebagian besar enzim adalah protein. Beberapa enzim digolongkan ke dalam protein sederhana karena hanya memerlukan struktur protein untuk aktivitas katalitiknya, sedangkan beberapa lainnya tergolong protein terkonjugasi karena memerlukan suatu komponen non protein yang disebut kofaktor (Amstrong, 1995). Enzim selulase termasuk golongan hidrolase, yang terdiri atas tiga enzim utama yaitu endo-β-glucanase (EC 3.2.1.4), exo-β-glucanase (EC 3.2.1.91), dan β-glucosidase (EC 3.2.1.21) (Crueger and Crueger, 1984). Ketiga enzim ini bekerja secara bersama mendegradasi selulosa dan menghasilkan gula reduksi sebagai produk akhirnya. Enzim selulase merupakan salah satu dari sekian banyak enzim yang permintaannya paling banyak atau cukup tinggi di pasaran. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi bioetanol yang berasal dari bahan berselulosa. Enzim selulase memegang peranan penting dalam 1

biokonversi limbah-limbah organik berselulosa menjadi protein sel tunggal, makanan ternak, etanol dan lain-lain (Chalal, 1983). Selulase juga digunakan dalam berbagai bidang industri seperti industri tekstil, detergen, pulp, pengolahan limbah kertas dan sampah, serta pengolahan kopi (Frazier, 1981). Dalam bidang farmasi, selulase digunakan untuk menghidrolisis selulosa yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan metilselulosa, etilselulosa, hidroksipropilselulosa, hidroksipropilmetilselulosa, dan natrium karboksimetilselulosa, yang merupakan bahan-bahan tambahan yang biasa digunakan dalam proses pembuatan tablet atau sebagai suspending agent (Cantor et al, 2008). Enzim selulase dapat diproduksi dari mikroba selulolitik baik kapang maupun bakteri. Beberapa kapang dan bakteri selulotik yang dapat menghasilkan selulase di antaranya adalah Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Pseudomonas, Cellulomonas, Bacillus, Micrococcus, Cellovibrio, dan Sporasphytophaga. Tricoderma reesei adalah kapang selulolitik yang paling banyak diteliti, karena mampu mensekresikan selulase sekitar 80% (Lynd et al., 2002). Enzim selulase yang dihasilkan oleh masing masing mikroorganisme memiliki karakteristik yang berbeda beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, ph, lingkungan tempat enzim bekerja, konsentrasi substrat, dan waktu inkubasi. Semua jenis enzim memiliki rentang suhu optimum untuk bekerja yang berbeda beda pada tiap jenis mikroorganisme. Sebagian besar enzim yang tergolong dalam mesozim memiliki aktivitas optimum pada suhu 20 o 50 o C (Volk and Wheeler, 1984). 2

Penelitian mengenai isolasi enzim selulase baik dari bakteri, kapang maupun tumbuhan telah banyak dilakukan, di antaranya dari tanah (Meryandini et al., 2009; Lisdiyanti et al., 2012). Tanah merupakan habitat yang didominasi oleh berbagai macam jenis mikroorganisme seperti bakteri, fungi, alga, dan protozoa (Subba, 1995). Mangunwardoyo et al. (2011) telah melaporkan kapang penghasil selulase yang diisolasi dari tanah, air sungai dan sedimen Taman Nasional Gunung Halimun. Isolasi selulase dari rumput laut Ulva lactuca telah dilaporkan oleh Trivedi et al. (2011). Isolasi selulase dari spons laut Dendrilla nigra juga telah dilaporkan oleh Shanmunghapriya et al. (2010) dan juga bakteri selulolitik yang diisolasi dari tanah sekitar mangrove (Gao et al., 2010). Selain beberapa penelitian di atas, masih banyak lagi penelitian mengenai enzim selulase yang diisolasi dari berbagai bakteri selulotik. Meskipun penemuan mengenai sumber enzim selulase telah banyak dilaporkan, tidak menutup kemungkinan penemuan sumber baru yang dapat menghasilkan enzim selulase dengan karakteristik yang berbeda dari yang sudah ada. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susanto (2012) diketahui bahwa dari limbah ampas tebu dapat diidolasi bakteri yang memiliki aktivitas selulolitik. Isolat bakteri ini kemudian dilakukan karakterisasi secara visual meliputi pengamatan makroskopis, mikroskopis, dengan dan tanpa pewarnaan, karakterisasi biokimia, dan uji KIT biokimia. Hasil karakterisasi mengarahkan kesimpulan bahwa bakteri yang diisolasi dari limbah ampas tebu ini termasuk dalam genus Bacillus (Susanto, 2012). Isolat bakteri ini 3

kemudian disebut sebagai isolat Bacillus subtilis strain SF01 (Susanto, 2012). Penelitian lanjutan yang dilakukan terhadap isolat ini adalah analisis homologi gen penyandi 16S rrna dengan cara melakukan isolasi DNA kromosom, pengujian elektroforesis DNA, amplifikasi, dilanjutkan dengan sekuensing gen penyandi 16S rrna. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa isolat bakteri selulolitik asal limbah ampas tebu memiliki kemiripan dengan Bacillus subtilis strain B7 dengan prosentase homologi 99%. Isolat bakteri ini kemudian disebut sebagai isolat Bacillus subtilis strain SF01 (Ariputri, 2014). Perbedaan yang hanya 1% dengan Bacillus subtilis strain B7 ini menunjukkan bahwa walaupun terdapat perbedaan yang sangat kecil bisa saja menjadi ciri khas dari isolat Bacillus subtilis strain SF01 ini. Penelitian selanjutnya yang dilakukan yaitu karakterisasi dari isolat Bacillus subtilis secara spesifik meliputi waktu panen, waktu optimum untuk produksi dan suhu optimum. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa waktu panen yang optimal untuk isolat Bacillus subtilis adalah pada jam ke-17 sampai ke-24, sedangkan waktu optimum untuk produksi ekstrak kasar enzim selulase dari isolat ini adalah pada jam ke-20 dengan suhu optimum untuk produksi adalah 37 0 C. Aktivitas optimum untuk isolat ini adalah pada suhu 60 o C dengan ph 5. Karakteristik spesifik dari isolat Bacillus subtilis strain SF01 ini selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk proses produksi dan pengujian lanjutan ekstrak kasar enzim selulase (Utami,2015) Mengingat bahwa isolat Bacillus subtilis strain SF01 ini merupakan spesies bakteri selulolitik pertama yang diisolasi dari limbah ampas tebu, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk 4

mengetahui bahan-bahan apa saja yang dapat meningkatkan aktivitas enzim atau yang biasa disebut kofaktor atau aktivator serta bahanbahan yang dapat menurunkan aktivitas enzim atau inhibitor. Peran aktivator maupun inhibitor berbeda pada masing masing enzim tergantung pada bagian mana kofaktor atau inhibitor tersebut berikatan baik secara kovalen yang merupakan ikatan kimia kuat maupun ikatan kimia yang lebih lemah seperti hidrogen, van der walls dan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan aktivitas dari suatu enzim. Beberapa ion logam diketahui memiliki aktivitas sebagai kofaktor dari suatu enzim, seperti misalnya ion Cu 2+ sebagai aktivator pada enzim sitokrom oksidase, Fe 2+ atau Fe 3+ selain sebagai aktivator pada sitokrom oksidase, juga sebagai aktivator pada enzim katalase dan peroksidase, ion K + pada piruvat kinase, Mg 2+ pada heksokinase dan piruvat kinase, dan sebagainya (Nelson & Cox, 2004). Ion ion logam khususnya logam berat sangat mempengaruhi aktivitas enzim. Pada umumnya, logam berat menghambat aktivitas enzim dengan cara merusak sisi aktif enzim, sehingga enzim tidak dapat berikatan dengan substrat secara tepat. Hal ini menyebabkan penghambatan aktivitas dan degradasi protein enzim (Prasad & Strzalka, 2002). Ion Al 3+ dapat meningkatkan aktivitas dari enzim selulase pada konsentrasi di bawah 1 mmol/l. Namun demikian, pada konsentrasi lebih dari 1mmol/L sampai 10 mmol/l, maka ion logam Al 3+ dapat menurunkan aktivitas dari enzim selulase yang berasal Trichoderma reesei ini (Wang et al, 2012). Ion Hg 2+ pada konsentrasi 1mM dapat menghambat aktivitas enzim selulase yang berasal dari Trichoderma viride (Iqbal et al, 2011). Ion logam yang 5

sama dapat memberikan pengaruh yang sama maupun berbeda pada enzim yang berasal dari sumber yang berbeda, seperti halnya ion logam Hg 2+ juga dapat menurunkan aktivitas dari enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis YJ1 pada konsentrasi 1mM, 5mM dan 10mM (Yin et al, 2010). Mawadza et al. (2000) melaporkan bahwa ion logam Ni 2+ pada konsentrasi 1 mmol/l dapat sedikit meningkatkan aktivitas dari enzim selulase Bacillus subtilis CH43 dan HR68 yang diisolasi dari sumber air panas di Zimbabwe. Untuk ion logam Sn 2+ belum pernah ada yang meneliti pengaruhnya terhadap aktivitas enzim selulase, apakah meningkatkan atau menurunkan aktivitas. Namun demikian, pengaruh ion logam ini telah diteliti pengaruhnya terhadap aktivitas dari enzim α-amilase yang berasal dari Bacillus megaterium VUMB109. Pada enzim α-amilase ini, ion logam Sn 2+ dapat meningkatkan aktivitas dari enzim pada konsentrasi 1mM sampai 10mM (Jana et al, 2012). Pada penelitian lanjutan ini, akan dilakukan pengujian pengaruh ion logam Al 3+, Hg 2+, Sn 2+, dan Ni 2+ terhadap aktivitas enzim selulase dari Bacillus subtilis SF01. Pengujian dilakukan pada variasi konsentrasi 0,1mM, 0,5mM, 1mM, 5mM, dan 10mM. Enzim yang digunakan adalah ekstrak kasar selulase yang diperoleh dari isolat Bacillus subtilis SF01. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh ion logam-logam ini terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim selulase sehingga ke depannya diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses purifikasi maupun aplikasi enzim selulase dari isolat Bacillus subtilis SF01 asal limbah ampas tebu. 6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh penambahan ion logam Al 3+, Hg 2+ dengan variasi konsentrasi 0,1mM, 0,5mM, 1mM, 5mM dan 10mM terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim selulase dari isolat Bacillus subtilis strain SF01 asal limbah ampas tebu? 2. Bagaimanakah pengaruh penambahan ion logam Sn 2+, dan Ni 2+ dengan variasi konsentrasi 0,1mM, 0,5mM, 1mM, 5mM dan 10mM terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim selulase dari isolat Bacillus subtilis strain SF01 asal limbah ampas tebu? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui pengaruh penambahan ion logam Al 3+, Hg 2+, Sn 2+, dan Ni 2+ pada variasi konsentrasi 0,1mM, 0,5mM, 1mM, 5mM dan 10mM terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim selulase dari isolat Bacillus subtilis SF01 asal limbah ampas tebu. 1.4 Hipotesa penelitian Pada penelitian ini dapat ditarik hipotesa: 1. Penambahan ion logam Al 3+ dan ion logam Hg 2+ pada konsentrasi > 0,1 mm dapat menurunkan aktivitas ekstrak kasar enzim selulase dari isolat Bacillus subtilis SF01 asal limbah ampas tebu 7

2. Penambahan ion logam Sn 2+ dan ion logam Ni 2+ pada konsentrasi > 0,1 mm dapat meningkatkan aktivitas ekstrak kasar enzim selulase dari isolat Bacillus subtilis SF01 asal limbah ampas tebu 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh penambahan ion-ion logam Al 3+, Hg 2+, Sn 2+, dan Ni 2+ terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim selulase, sehingga kedepannya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses produksi, purifikasi maupun aplikasi enzim selulase dari Bacillus subtilis SF01. 8