III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Tepung Tapioka Rakyat (ITTARA) merupakan usaha agroindustri yang

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS SWOT. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL INTERNAL. Comparative Advantage. Mobilization STRENGTH WEAKNESS. Sumber: Hisyam, 1998

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

IV. METODE PENELITIAN

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

METODOLOGI PENELITIAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Transkripsi:

36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan daerah potensial produksi tepung tapioka dan terdapat beberapa usaha agroindustri ITTARA yang masih produktif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2012. B. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Data yang digunakan dalam penelitian berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, observasi langsung dan mengisi kuisioner, dengan dan oleh para pengusaha ITTARA. Data primer yang dikumpulkan meliputi data potensi bahan baku, peluang pasar, data teknis dan teknologi, data harga peralatan dan umur ekonomisnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi dan unsur-unsur yang berhubungan dengan penelitian, antara lain dari literatur, Dinas Pertanian TPH Kabupaten Lampung Timur, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lampung Timur, Dinas Pertanian TPH Propinsi Lampung, Biro Pusat Statistik,

37 dan orang yang dianggap pakar dalam bidang agroindustri tapioka rakyat. Data sekunder meliputi data harga dasar tanah, upah minimum kabupaten, data keadaan umum industri, data produksi, peluang pasar, potensi bahan baku, dan luas panen ubi kayu. C. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan, yaitu penentuan strategi perbaikan dengan analisis SWOT, penentuan alternatif usaha perbaikan dan analisis nilai tambah berbagai alternatif usaha, serta analisis kelayakan penerapan alternatif usaha terpilih. Skema tahapan penelitian terlihat dalam Gambar 9. Penentuan strategi perbaikan Analisis SWOT Penentuan alternatif usaha terpilih Metode AHP Analisis nilai tambah berbagai alternatif usaha Analisis kelayakan penerapan alternatif usaha terpilih Pasar Bahan baku Teknologi Finansial Gambar 9. Skema tahapan pelaksanaan penelitian NPV IRR B/C ratio PBP 1. Penentuan strategi perbaikan dengan analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan dalam rangka merancang strategi dan program kerja untuk perbaikan ITTARA dengan memperhatikan kondisi internal maupun eksternal yang ada. Analisis ini dilakukan dengan tahapan :

38 a. Mendata faktor eksternal dan internal yang ada di sekitar ITTARA. b. Melakukan penghitungan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (i) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; (ii) Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengaruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang paling tinggi. (iii) Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya, sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor. (iv) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e). Perolehan angka (d) menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sedangkan perolehan angka (e) menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

39 (v) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. c. Melakukan analisis kualitatif dalam rangka membuat formulasi strategi Analisis kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktorfaktor internal dan eksternal. 2. Penentuan Alternatif Usaha Terpilih Penentuan jenis diversifikasi usaha ITTARA dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Beberapa alternatif dan kriteria yang akan dianalisis harus disesuaikan dengan memperhatikan formulasi strategi yang diperoleh dari hasil analisis SWOT. Analisis ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada para pakar yang terkait dengan ITTARA, yaitu pengusaha ITTARA dan kalangan pengambil kebijakan (yaitu instansi Pemerintah) dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur dan Dinas Pertanian Provinsi Lampung. Kriteria yang digunakan untuk menentukan jenis diversifikasi usaha ITTARA antara lain adalah potensi pasar, biaya produksi, nilai tambah produk, teknologi serta kompetitor. Skema hierarkinya ditunjukkan dalam Gambar 10. Interpretasi hasil kuisioner dilakukan dengan menggunakan software expert choice versi 11.0 yang mendukung aplikasi metode Analytical Hierarchy Process.

40 Tujuan Menentukan Jenis Diversifikasi Usaha ITTARA Kriteria Potensi Pasar Biaya Produksi Nilai Tambah Produk Teknologi Kompetitor Alternatif Produksi tepung tapioka dua kali penggilingan Pengolahan limbah padat Produksi tapioka basah Gambar 10. Skema hierarki penentuan jenis diversifikasi usaha ITTARA di Lampung Timur, tahun 2012 3. Analisis Nilai Tambah Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besaran nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan bahan baku menjadi suatu produk. Untuk mengetahui besarnya nilai tambah dan keuntungan pada agroindustri ITTARA dilakukan dengan metode Hayami (1997). Pada metode Hayami, faktor konversi menunjukan banyaknya produk olahan yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai produk menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Nilai input lain mencakup nilai dari semua bahan selain bahan baku dan tenaga kerja langsung, yang digunakan selama produksi berlangsung. Prosedur perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami dijelaskan pada Tabel 5.

41 Tabel 5. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami Variabel Nilai I. Output, Input dan Harga : 1. Output (Kg) (1) 2. Input (Kg) (2) 3. Tenaga Kerja (HOK) (3) 4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2) 5. Koefisien Tenaga Kerja (5) = (3)/(2) 6. Harga Output (Rp/ton) (6) 7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) (7) II. Peneriman dan Keuntungan : 8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8) 9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) (9) 10. Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6) 11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) (11a) = (10)-(9)-(8) b. Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a)/(10) x 100% 12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) (12a) = (5) x (7) b. Pangsa Tenaga Kerja (%) (12b) = (12a)/(11a) x 100% 13. a. Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a)-(12a) b. Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a)/(11a) x 100% III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi : 14. Margin (Rp/Kg) (14) = (10)-(8) a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) (14a) = (12a)/(14) x 100% b. Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9)/(14) x 100% c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) (14c) = (13a)/(14) x 100% Sumber : Hayami, 1997 4. Analisis Kelayakan Usaha Metode analisis kelayakan usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan terhadap aspek bahan baku, pasar, teknis dan teknologi, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan terhadap kelayakan finansial meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), B/C Ratio dan Payback Period (PP).

42 a. Analisis deskriptif kualitatif Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil yang berhubungan dengan bahan baku, teknis dan teknologi, serta untuk mengetahui kondisi pasar dan prospek pasar tapioka. (1). Analisis aspek bahan baku Aspek bahan baku mengkaji rantai pasokan bahan baku, cara pemasokannya, sumber pasokan, bahan pembantu, kapasitas pasokan dari tiap daerah, standar spesifikasi bahan, serta sistem pembelian bahan baku (langsung dari petani atau melalui agen/suplyer). (2). Analisis aspek pasar Aspek pasar mengkaji permintaan sekarang dan peluang potensial pangsa pasar yang mungkin diraih. Semua aspek tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan sumber data yang diperoleh. (3). Analisis aspek teknis dan teknologi Aspek teknologi mempelajari jenis teknologi yang digunakan, penggunaan peralatan dan mesin, serta teknologi proses dan peralatan. b. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan secara finansial penerapan diversifikasi usaha pada ITTARA. Untuk mengetahuinya dilakukan analisis dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu NPV, IRR, B/C rasio, dan PP.

43 (1) Net Present Value (NPV), merupakan selisih dari jumlah manfaat dan biaya yang telah dikurangi hasilnya (discounted) dengan tingkat bunga tertentu selama umur usaha yang diperhitungkan. Untuk menilai kelayakan investasi secara finansial, metode NPV memiliki tiga kriteria, yaitu : - NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan - NPV = 0, maka proyek tidak untung tetapi tidak rugi. - NPV < 0, maka proyek merugikan, karena keuntungan lebih kecil dari biaya, sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. (2) Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (IRR i), maka proyek tersebut dinyatakan layak dan sebaliknya jika IRR < i, maka proyek ditolak. (3) Benefit Cost Ratio (B/C ratio) yaitu perbandingan nilai sekarang dengan faktor diskonto tertentu antara arus pendapatan dengan arus pembiayaan proyek. Rasio manfaat biaya memberikan sinyal sampai seberapa besar setiap satu rupiah yang diinvestasikan mamp`u memberikan manfaat. Manfaat biaya dihitung dengan persamaan : Nilai sekarang benefit P V (B) --------------------------- = ----------.. (5) Nilai sekarang biaya P V (C) Bila nilai B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, namun jika nilai B/C < 1, maka proyek tidak layak dilaksanakan.

44 (4) Payback Period (PP) merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek, dengan kriteria jika payback period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan, dan sebaliknya, jika payback period lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. D. Batasan Operasional Penelitian Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Biaya investasi Biaya investasi merupakan penggunaan sejumlah besar dana untuk menjalankan proyek, dalam hal ini adalah untuk melakukan pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Pada penelitian ini biaya investasi terdiri dari tiga bagian yaitu : modal tetap, biaya modal kerja dan biaya pra operasional. - Modal tetap terdiri dari biaya untuk membeli sumber daya berwujud (contoh : peralatan, bangunan, lahan) dan biaya untuk sumber daya tidak berwujud (contoh : izin). - Biaya modal kerja adalah biaya yang diperlukan untuk menjalankan usaha, merupakan biaya operasional dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun atau 3 bulan. Dalam penelitian ini, modal kerja adalah biaya produksi selama tiga bulan pertama produksi. - Biaya pra operasional adalah biaya yang digunakan untuk biaya sebelum produksi berjalan. Dalam penelitian ini, besaran biaya operasional adalah 10% dari total modal tetap.

45 2. Tepung tapioka basah Tepung tapioka basah adalah produksi tapioka yang belum mengalami proses pengeringan atau penjemuran sehingga produk ini belum dapat dikatakan sebagai produk tepung. Tapioka basah dapat digolongkan sebagai produk setengah jadi dan merupakan bahan baku bagi industri penghasil tepung tapioka skala besar. Bagi sebagian pelaku usaha ITTARA, memproduksi tapioka basah dinilai menguntungkan karena untuk menghasilkannya tidak memerlukan proses pengeringan sehingga dapat memperkecil biaya produksi. 3. Tepung tapioka dengan proses dua kali giling Tepung tapioka dengan proses dua kali giling merupakan tapioka yang diperoleh dengan cara melakukan penggilingan dan pengendapan ulang terhadap tepung tapioka basah yang telah dihasilkan. Tepung ini memiliki kualitas yang lebih baik (lebih bersih dan lebih putih) dibanding dengan tepung tapioka hasil produksi ITTARA pada umumnya. 4. Pengelolaan limbah padat Limbah padat hasil pengolahan tapioka dapat berupa meniran dan ampas atau yang selama ini dikenal dengan istilah onggok. Limbah meniran terdiri dari kulit (80%), bonggol, dan serpihan ubi kayu sisa hasil ekstraksi yang telah dipisahkan dengan tanah (20%). Limbah meniran dapat diberikan pada ternak karena kandungan nutrisi di dalamnya yang cukup tinggi, sedangkan onggok merupakan ampas ubi kayu sisa hasil ekstraksi pati, yang masih memiliki potensi pengembangan yang cukup tinggi bila dimanfaatkan. Pada industri besar biasanya onggok diolah menjadi bahan baku pembuatan asam sitrat. Saat ini, onggok tidak

46 hanya dimanfaatkan untuk pembuatan asam sitrat saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan, pangan, obat nyamuk, dupa dan lain sebagainya.