BAB IV PENUTUP. 1. Gugatan Warga Negara (Citizen Lawsuit/Actio Popularis) adalah suatu gugatan

dokumen-dokumen yang mirip
DALAM PRESPEKTIF HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA. Efa Laela Fakhriah. Hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. istilah tersebut merupakan terjemahan langsung dari rechsstaat. 1 Pancasila dan

BAB II PERBUATAN MELAWAN HUKUM (ONRECHTMATIGE DAAD) A. Sejarah dan Perkembangan Perbuatan Melawan Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PERBUATAN MELAWAN HUKUM. KUHPerdata, termasuk ke dalam perikatan yang timbul dari undang-undang.

BAB III KERUGIAN DAN UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PIHAK KETIGA TERHADAP KERUGIAN AKIBAT KELALAIAN

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH PENGUASA

KARAKTERISTIK GUGATAN WARGA NEGARA ( CITIZEN LAWSUIT

GUGATAN CITIZEN LAWSUIT DALAM PERKARA KEMACETAN DI DKI JAKARTA (STUDI KASUS NOMOR: 53/PDT.G/2012/PN.JKT.PST.)

HAK GUGAT ORGANISASI (LEGAL STANDING) PADA PERKARA HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI NDONESIA ABSTRAK

BAB II KAJIAN HUKUM PERBUATAN MELAWAN HUKUM MATERIL DALAM HUKUM PIDANA. Hukum di Prancis yang semula juga mengambil dasar-dasar dari hukum

MUHNUR SATYAHAPRABU A D V O C A T E

Eksistensi Lembaga Class Action (Gugatan Perwakilan Kelompok) Dalam Hukum Positif di Indonesia

Rizky Adhyaksa Prabowo, Rosa Agustina dan Abdul Salam

PUTUSAN Nomor 580/Pdt/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Moeljatno menyatakan bahwa orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tanggung Jawab Direksi Terhadap Kerugian Yang Diderita Perseroan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kepentingannya yang beranekaragam baik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perlindungan oleh hukum (protection by law) yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Dengan adanya hukum, hak-hak serta kewajiban-kewajiban anggota masyarakat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial

PERGESERAN ASAS POINTD'INTERETPOINTD'ACTION DALAM GUGATAN CITIZEN LAW SUIT DAN ACTIO POPULARIS SEBAGAI PEMENUHAN ASAS MANFAAT DALAM PERADILAN PERDATA

KREDIT MACET DAN NOVASI SUBJEKTIF PASIF. Sudiman Sidabukke 1. Perjanjian kredit oleh dan di antara pemberi dan penerima kredit menimbulkan

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIII/2015 Pengumuman Terhadap Hak Cipta Yang Diselenggarakan Pemerintah

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 14/PUU-XII/2014 Tindak Pidana Dalam Kedokteran

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

: Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT I]

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

A.Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pada dasarnya memiliki kesesuaian pada hal susunan

Perihal : Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT II]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 6/PUU-XII/2014 Pemberian Manfaat Pasti Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB I PENDAHULUAN. warga negaranya untuk menjunjung hukum itu agar dapat berperilaku, bertindak dan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

Sengketa Lingkungan PEMICU SENGKETA PENGERTIAN DASAR SENGKETA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 061/PUU-II/2004

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

GUGATAN WARGA NEGARA SEBAGAI MEKANISME PEMENUHAN HAK ASASI MANUSIA DAN HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA

: Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT II]

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

BAB I PENDAHULUAN. dijatuhi pidana apabila terbukti memiliki kesalahan.dengan demikian penilaian

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penerapan Asas Ratio Decidendi Hakim Tentang Penolakan Eksepsi dalam Perkara Cerai Talak Talak

BAB 4 EKSEPSI TERHADAP GUGATAN CITIZEN LAWSUIT YANG BERSIFAT PREMATUR (Studi Kasus: Perkara No. 323/Pdt.G/2006/PN.JKT.PST)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Hukum Acara Pidana disebut hukum pidana formal, untuk membedakan dgn hukum pidana materiil.

PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TANGGUNG JAWAB MUTLAK ( STRICT LIABILITY ) DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA LINGKUNGAN DI INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

1 Abdul Manan, Penerapan, h R.Soesilo, RIB/HIR Dengan Penjelasan, (Bogor: Politea, 1995). h. 110.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 48/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan teori dan analisis terhadap Putusan Pengadilan Dalam Perkara

Pengujian Ketentuan Penghapusan Norma Dalam Undang-Undang Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

Perihal : Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT I]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

Perbuatan Melanggar Hukum Oleh: Parwoto Wingjosumarto, SH*

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

Bahkan perkembangan perundang-undanganundangan ini akan membawa perubahan signifikan dan prinsipiil pada kewenangan hakim dan kewenangan peradilan tat

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara

TUNTUTAN HAK DALAM PERSIDANGAN PERKARA PERDATA

TUNTUTAN HAK DALAM PERSIDANGAN PERKARA PERDATA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

PENGGUGAT KONTRAK KARYA FREEPORT TAK PUNYA LEGAL STANDING

SOAL DAN JAWABAN TENTIR UTS ASAS-ASAS HUKUM PIDANA 2016 BY PERSEKUTUAN OIKUMENE (PO)

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

PEREKAMAN PROSES PERSIDANGAN PADA PENGADILAN NEGERI DITINJAU DARI ASPEK HUKUM ACARA PIDANA. Oleh: Hafrida 1. Abstrak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 102/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

BAB V PENUTUP. 1. Kekuatan Mengikat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Yang Dilakukan. Melalui Transaksi Elektronik Ditinjau dari UU Ketenagakerjaan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-X/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum di Indonesia, pembinaan dan pengarahan, perlu

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Gugatan Warga Negara (Citizen Lawsuit/Actio Popularis) adalah suatu gugatan dengan mekanisme yang sebenarnya pertama kali lahir dari sistem hukum civil law pada zaman Romawi. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya gugatan warga negara ini lebih berkembang pada negara-negara yang menganut sistem common law dan dalam sejarahnya Citizen Lawsuit/Actio Popularis pertama kali diajukan terhadap permasalahan lingkungan. Namun pada perkembangannya, Citizen Lawsuit/Actio Popularis tidak lagi hanya diajukan dalam perkara lingkungan hidup, akan tetapi pada setiap pekara-perkara yang mana negara dianggap melakukan kelalaian dalam memenuhi hak warga negaranya. Citizen Lawsuit/Actio Popularis dimaksudkan untuk melindungi warga negara dari tindakan-tindakan penyelenggara negara yang menyebabkan terlanggarnya hakhak warga negara. Dasar dari pengajuan gugatan ini adalah adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh penyelenggara negara yang merugikan kepentingan umum/publik, sehingga pihak yang mengajukan tuntutan haruslah mengatasnamakan warga negara/masyarakat untuk membela kepentingan umum. Di Indonesia sendiri belum ada payung hukum yang secara spesifik mengatur mengenai Citizen Lawsuit/Actio Popularis ini, baik dalam Peraturan Mahkamah Agung (PERMA), Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA), maupun peraturan perundang-undangan lainnya, akan tetapi sudah ada beberapa perkara dengan 1

mekanisme Citizen Lawsuit/Actio Popularis yang dajukan dan diterima oleh Majelis Hakim, Sehingga disini telah terjadi adopsi hukum, Rechtvinding (penemuan hukum) dan telah terjadi yurispudensi bagi Hakim-Hakim selanjutnya dalam memutus dan mengadili perkara dengan mekanisme Citizen Lawsuit/Actio Popularis di Indonesia. Hal ini dikarenakan di dalam Pasal 5 ayat (1) Undang- Undang 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman bahwa Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat dan dalam Pasal 10 ayat (1) bahwa pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Pada praktiknya Indonesia dalam menerapkan Citizen Lawsuit/Actio Popularis mengadopsi praktik dalam Negara-Negara yang menganut sistem hukum Common Law, sehingga terdapat 4 (empat) unsur dalam gugatan Citizen Lawsuit/Actio Popularis, yaitu gugatan Citizen Lawsuit diajukan oleh orang perorangan/setiap warga negara, diajukan untuk membela kepentingan umum/kepentingan publik, gugatan diajukan atas dasar adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh penyelenggara negara, dan gugatan yang diajukan tidak diperkenankan menuntut ganti rugi dalam bentuk uang. 2. Mengenai Putusan Nomor 53/PDT.G/2012/PN.JKT.PST yang merupakan gugatan warga negara (Citizen Lawsuit/Actio Popularis) didalam gugatan tersebut didalilkan bahwa penyelenggara negara telah melakukan perbuatan melawan hukum yang mana perbuatan melawan hukum adalah syarat materil dari Citizen 2

Lawsuit/Actio Popularis yang harus dipenuhi. Unsur-unsur dari Citizen Lawsuit/Actio Popularis tersebut antara lain: Adanya suatu perbuatan: perbuatan yang dilakukan bisa dilakukan dengan tidak melakukan sesuatu ataupun melakukan sesuatu yang kemudian menimbulkan kerugian, Perbuatan tersebut melawan hukum: Perbuatan tersebut melanggar undang-undang yang berlaku, melanggar hak orang lain yag dijamin oleh hukum, perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, perbuatan tersbeut bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden), atau perbuatan tersebut bertentangan dengan sikap baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist tegen de zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk verkeer betaamt ten aanzien van anders persoon of goed), Adanya kesalahan dari pihak pelaku: baik berupa kesengajaan, kelalaian (negligence, culpa), atau tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardigingsgrond), Adanya kerugian bagi korban: baik kerugian materiil maupun immateriil, dan Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian tersebut. Berdasarkan hasil analisis penulis bahwa unsur perbuatan melawan hukum telah terpenuhi dan juga unsur-unsur yang harus dipenuhi di dalam Citizen Lawsuit/Actio Popularis didalam Putusan ini juga sudah dibilang terpenuhi. B. Saran 1. Di Indonesia belum ada payung hukum yang secara eksplisit memayungi pelaksanaan Citizen Lawsuit/Actio Popularis. Hal ini berbeda jauh dengan negaranegara lain yang menganut sistem hukum Common Law yang sudah secara eksplisit mengakui Gugatan Warga Negara didalam peraturan perundang- 3

undangannya sehingga telah ada kepastian hukum mengenai pelaksanaannya. Padahal terlepas dari sistem hukum mana yang dianut baik Common Law System atau Civil Law System, Citizen Lawsuit/Actio Popularis adalah bagian dari perkembangan hukum dan pada era sekarang ini telah menjadi kebutuhan hukum bagi masyarakat yang semakin kompleks dari hari ke hari. Di Indonesia, Citizen Lawsuit/Actio Popularis sudah mulai diakui, ini terlihat dari perkara-perkara yang diterima dan kemudian diputus dan diadili akan tetapi masih banyak sekali ketidakseragaman pemahaman mengenai Citizen Lawsuit/Actio Popularis dalam tatanan hukum di Indonesia. Masih lemahnya konsep Citizen Lawsuit/Actio Popularis dapat terlihat dari berbagai syarat formil yang sebenarnya harus dipenuhi dalam gugatan dengan mekanisme Citizen Lawsuit/Actio Popularis seperti jangka waktu notifikasi yang mana prosedur notifikasi ini masih belum diatur secara jelas hanya bergantung kepada penafsiran hakim semata. 2. Menurut penulis hal yang paling tepat untuk mengatasi berbagai kendala dalam menerapkan dan menguatkan konsep Citizen Lawsuit/Actio Popularis dalam sistem penegakan hukum di Indonesia adalah dengan menguatkan substansi hukum yang diwujidkan dengan cara dibuat dan dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Agung seperti halnya Class Action, Surat Edaran Mahkamah Agung, atau Peraturan Perundang-undangan lainnya yang secara spesifik mengatur tentang Citizen Lawsuit/Actio Popularis ini. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan hukum masyarakat dan juga untuk terciptanya kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi para pencari keadilan (yustitiabelen). 4

5