PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1954 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : Pasal-pasal 73, 89 dan 90 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 81 TAHUN 1958 (81/1958) Tanggal: 23 OKTOBER 1958 (JAKARTA)

NAMA JABATAN DAN GELAR, KEDUDUKAN, PENGHASILAN DAN LARANGAN KEANGGOTAAN PARTAI POLITIK WAKIL KEPALA DAERAH TINGKAT I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1957 TENTANG DASAR-DASAR PEMILIHAN DAN PENGGANTIAN ANGGOTA-ANGGOTA DEWAN PEMERINTAH DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1958 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

LEMBARAN DAERAH JAWA TENGAH Seri C 1973 Nr 63

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1978

UU 81/1958, KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT *)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk menentukan penggantian kerugian bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat;

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1959 (1/1959) Tanggal: 14 JANUARI 1959 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1959 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TINGKAT II BANJAR NOMOR : 1 TAHUN 1981 TENTANG : KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR : 2 TAHUN 1977 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

MALUKU. DAERAH SWATANTARA TINGKAT I. PENETAPAN MENJADI UNDANG-UNDANG.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 19 Tahun1981 Seri D Nomor 19

UU 12/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN PERDANA MENTERI, WAKIL-WAKIL PERDANA MENTERI, MENTERI DAN MENTERI MUDA REPUBLIK INDONESIA.

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA. No : 25 TAHUN 1977

Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:20 TAHUN 1958 (20/1958) Tanggal:17 JUNI 1958 (JAKARTA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Mengingat: pasal 7 Penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1957 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1958 TENTANG PERUBAHAN BATAS-BATAS WILAYAH KOTAPRAJA SALATIGA DAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT II SEMARANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan tentang kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan anggota M.P.R.S.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1956 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 138 Th Nopember 1972.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 1/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE *) Tentang:KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE *)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1957 TENTANG PANITIA NEGARA PERIMBANGAN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 7 TAHUN 1997 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 1981 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1958 TENTANG PELAKSANAAN PERSETUJUAN PAMPASAN PERANG ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN JEPANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1958 TENTANG PENYERAHAN URUSAN LALU-LINTAS JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT KE-I

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTAPRAJA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 1 TAHUN 1957 (1/1957)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1958 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 1996

DEWAN PERANCANG NEGARA Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1952 Tanggal 7 Januari 1952 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:60 TAHUN 1958 (60/1958) Tanggal:17 JULI 1958 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1958 TENTANG PENETAPAN PRESENTASE DARI PENERIMAAN BEBERAPA PAJAK NEGARA UNTUK DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1959 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG SEMENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN TUNJANGAN KEPADA PERINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN KEMERDEKAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1959 TENTANG POKOK-POKOK PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NASIONALISASI PERUSAHAAN BELANDA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1959 TENTANG POKOK-POKOK PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NASIONALISASI PERUSAHAAN BELANDA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN


Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 64 TAHUN 1958 (64/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1959 TENTANG PENETAPAN PRESENTASI DARI BEBERAPA PENERIMAAN NEGARA UNTUK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1959

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 45 PRP. TAHUN 1960 TENTANG DEWAN PERUSAHAAN

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 15/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1954 TENTANG PEKERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1955 TENTANG DEWAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1952 TENTANG SUSUNAN DAN PIMPINAN KEMENTERIAN-KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1949 TENTANG PEMBERIAN UANG TUNGGU KEPADA PEGAWAI NEGERI YANG DIBERHENTIKAN SEMENTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB PANITYA PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN PUSAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1954 TENTANG PERJANJIAN PERBURUHAN ANTARA SERIKAT BURUH DAN MAJIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1958 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYALURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1958 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SERTA WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa perlu untuk mengatur kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah. Mengingat: a. Pasal 12 ayat 4 dan pasal 2 ayat 3 Undang-undang No.1 tahun 1957. b. Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1952 yo Peraturan Pemerintah No.37 tahun 1956. Mendengar: Keputusan Dewan Menteri dalam rapatnya yang ke-100 pada tanggal 2 Mei 1958. MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SERTA WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PEMERINTAH DAERAH BAB I KETENTUAN-KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: a. "Anggota Dewan" ialah: Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah. b. "Uang Kehormatan" ialah: Uang tunjangan bulanan tetap yang diterima berhubung dengan kedudukannya oleh Ketua dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah. 1 / 8

Pasal 2 (1) Saat mulai memangku jabatannya ditentukan bagi: a. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, tanggal ia diterima sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Panitya Pemeriksaan Daerah yang bersangkutan. b. Anggota Dewan Pemerintah Daerah, tanggal ia terpilih sebagai Anggota Dewan Pemerintah Daerah. (2) Saat berhenti memangku jabatannya ditentukan bagi Anggota Dewan, tanggal ia meninggal dunia atau tanggal ia berhenti atau diberhentikan dari jabatannya. BAB II UANG SIDANG] Pasal 3 (1) Uang sidang untuk Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak boleh melebihi jumlah-jumlah yang ditetapkan sebagai berikut: a. Daerah tingkat I... Rp. 30, b. Daerah tingkat II... Rp. 25,- (2) Uang sidang dibayarkan kepada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang hadir pada tiap-tiap sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang sah, akan tetapi dalam satu hari satu malam tidak boleh dibayarkan lebih dari 2 kali jumlah tersebut dalam ayat (1). (3) Wakil. Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah maupun Kepala Daerah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menerima juga uang sidang tiap-tiap kali mereka menghadiri sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pasal 4 (1) Terhadap rapat-rapat yang sah dari pada Seksi, Panitya dan lain sebagainya yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berlaku ketentuan-ketentuan dimaksud dalam pasal 3 ayat (1 ) dan (2) peraturan ini. (2) Dalam Seksi, Panitya dan lain sebagainya dimaksud dalam ayat (1), anggota-anggota bukan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat mendapat uang-sidang yang sama jumlahnya dengan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pasal 5 Untuk sidang Dewan Pemerintah Daerah tidak diberikan uang sidang. 2 / 8

BAB III UANG KEHORMATAN KETUA/WAKIL KETUA DENGAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SERTA WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 6 (1) Kepada Ketua dan Wakil-Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah selama memangku jabatannya diberikan uang kehormatan. (2) Uang kehormatan tersebut dalam ayat 1 ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan yang jumlah pokoknya tidak boleh melebihi gaji pokok. Kepala Daerah yang bersangkutan termaktub dalam pasal 2 ayat 1 P.P. No.46 tahun 1957, dengan memperhatikan imbangan yang wajar antara kedudukan penjabat-penjabat yang bersangkutan. Pasal 7 (1) Jika Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah berhalangan melakukan kewajibannya karena: 1. Sakit atau cuti yang dinyatakan dengan sertipikat dokter. 2. Cuti yang disahkan oleh Dewan yang bersangkutan maka untuk 3 bulan yang pertama kepadanya dapat diberikan uang kehormatan penuh, untuk 3 bulan kemudian diberikan uang kehormatan yang ditetapkan atas dasar perhitungan separoh dari pokok uang kehormatan. (2) Jika Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah dengan sepengetahuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, berhalangan melakukan kewajibannya karena hal-hal lain dari pada yang tersebut dalam ayat (1), maka untuk bulan yang pertama kepadanya dapat diberikan uang kehormatan penuh, untuk bulan berikutnya diberikan uang kehormatan yang ditetapkan atas dasar perhitungan separoh dari pokok uang kehormatan, sedangkan uang untuk bulan-bulan seterusnya tidak diberikan uang kehormatan lagi. BAB IV UANG KEHORMATAN UNTUK ANGGOTA DEWAN PEGAWAI NEGERI Pasal 8 Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan selebihnya tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1952 yo Peraturan Pemerintah No.37 tahun 1956 pegawai Negeri yang terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Anggota Dewan Pemerintah Daerah diberhentikan dari jabatannya selama ia menjalankan kewajiban Negara itu. BAB V UANG PERJALANAN, UANG PENGINAPAN DAN UANG PERJALANAN PINDAH. Pasal 9 (1) Uang perjalanan, uang penginapan dan uang perjalanan pindah untuk anggota Dewan daerah tingkat I dan daerah tingkat II yang melakukan perjalanan dinas atau berpindah tempat kediaman karena dinas 3 / 8

ditetapkan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku bagi pegawai Daerah untuk golongan I. (2) Uang perjalanan pindah hanya dapat diberikan kepada Ketua/ Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil No. 57 Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah jika oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan dianggap perlu bahwa anggota tersebut harus berkedudukan ditempat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah. (3) Uang perjalanan pindah diberikan untuk perjalanan pindah dari kediaman semula ke tempat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah yang bersangkutan dan sebaliknya. BAB VI UANG PENGGANTIAN BIAYA BEROBAT Pasal 10 Kepada Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah dapat diberikan pengganti biaya berobat yang sedapat-dapatnya disesuaikan menurut peraturan yang berlaku untuk pegawai Daerah. BAB VII TUNJANGAN KEMATIAN Pasal 11 Apabila Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Wakil Ketua serta Anggota Dewan Pemerintah Daerah meninggal dunia, maka kepada akhli warisnya diberikan gaji dan tunjangan kematian menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi pegawai Daerah. BAB VIII TENTANG PEMBERIAN TANDA PENGHARGAAN Pasal 12 (1) Kepada Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah pada akhir masa jabatannya atau pada waktu ia berhenti dengan hormat dari jabatannya diberi penghargaan berupa uang sekaligus untuk setiap tahun memangku jabatannya sejumlah dua kali pokok uang kehormatan yang menjadi haknya pada saat ia berhenti dengan sebanyakbanyaknya enam kali pokok uang kehormatan. (2) Masa memangku jabatan yang kurang dari satu tahun dibulatkan keatas menjadi satu tahun penuh. BAB IX KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 4 / 8

Ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi Kepala Daerah sebagai Anggota Dewan Pemerintah Daerah kecuali yang tersebut dalam pasal 3 ayat (3). Pasal 14 Berdasarkan ketentuan-ketentuan umum termaktub dalam peraturan ini, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menetapkan Peraturan Daerah tentang kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah, yang sesuai dengan ketentuan dalam pasal 12 ayat (4) dan pasal 22 ayat (3) Undang-undang No.1 tahun 1957, tidak berlaku sebelum oleh Menteri Dalam Negeri bagi Daerah tingkat I dan oleh Dewan Pemerintah Daerah-daerah tingkat I bagi Daerah tingkat II. Pasal 15 Semua persoalan-persoalan yang timbul dalam pelaksanaan peraturan ini diselesaikan oleh Menteri Dalam Negeri bagi Daerah tingkat I dan oleh Dewan Pemerintah Daerah tingkat I bagi daerah tingkat II. Pasal 16 Peraturan Pemerintah ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah tentang Kedudukan Keuangan Anggota Dewan". Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkannya. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 14 Mei 1958 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SOEKARNO MENTERI DALAM NEGERI, Ttd. SANOESI HARDJADINATA Diundangkan, Pada Tanggal 7 Juni 1958 MENTERI KEHAKIMAN, Ttd. G.A. MAENGKOM LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1958 NOMOR 57 5 / 8

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1958 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SERTA WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PEMERINTAH DAERAH PENJELASAN UMUM Dalam mengatur kedudukan keuangan anggota, Wakil Ketua dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta anggota dan Wakil Ketua Dewan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat 4 jo pasal 22 ayat 2 Undang-undang No. 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah harus difahami benarbenar pangkal fikiran yang menjadi dasar pengaturan materi tersebut: Keanggotaan Dewan mempunyai,sifat-sifat: a. sementara b. lepas dari suatu hubungan kerja apapun c. kehormatan yang melekat dalam menjalankan tugas kewajiban negara itu. Sehingga sifat-sifat khusus itu membawakan kedudukan khusus pula kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ataupun anggota Dewan Pemerintah Daerah yang kedudukan mereka tidak dapat disamakan sepenuhnya dengan kedudukan seorang pegawai Negeri/partikelir dan para buruh lainnya yang masing-masing ditentukan atas dasar hubungan kerja secara kontraktuil. Pangkal pikiran itulah yang dijadikan norma-norma dalam mengatur kedudukan keuangan mereka dan haruslah dijauhkan fikiran bahwa penghargaan negara itu merupakan upah atau gaji sebagai pengganti prestasi kerja, yang dalam negara bersendikan keadilan sosial lebih diartikan upah untuk menjamin kehidupan yang layak bagi pegawai/buruh beserta keluarganya hingga perlu disesuaikan dengan harga-harga keperluan hidup setempat maupun dengan besar kecilnya keluarga. Sesuai dengan maksud Pemerintah Pusat untuk memberikan otonomi seluas-luasnya kepada Daerah sudah selayaknyalah bila dalam pengaturan materi ini diserahkan keleluasaan kepada Daerah dengan batasanbatasan yang harus diperhatikan untuk menjamin imbangan yang wajar berhubung kedudukan pejabat-pejabat di Daerah. PENJELASAN PASAL-PASAL Pasal 1 Pasal 2 Perlu ditentukan presisinya untuk menghindarkan kesukaran-kesukaran dalam kedudukan keuangan para anggota. 6 / 8

Pasal 3 Pasal 4 Untuk pembagian kerja yang efektip dan supaya dapat menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat disusun seksi-seksi sesuai pedoman yang dikeluarkan untuk itu oleh Menteri Dalam Negeri dan secara insidentil dapat pula dibentuk Panitia-panitia khusus untuk melaksanakan sesuatu tugas kewajiban. Dalam hal itu sidang-sidang yang diadakan oleh Seksi/Panitia tersebut dapat dipandang sebagai suatu sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan kepada para anggota yang hadir diberikan uang sidang sebesar uang sidang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pun kepada anggota Panitia khusus bukan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat diberikan uang sidang. Seseorang bukan anggota yang karena jabatannya perlu menghadiri sidang Panitia khusus, tidak diberikan uang sidang. Pasal 5 Pasal 6 Untuk menghilangkan tafsiran-tafsiran yang salah serta sesuai penggunaan istilah dalam udang-undang No. 1 tahun 1957, istilah tunjangan khusus (bagi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) diganti dengan uang kehormatan untuk lebih jelas menggambarkan bahwa selaku Wakil-wakil Rakyat pada hakekatnya kedudukan Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan para anggota Dewan Pemerintah Daerah adalah sama. Kepada Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat pula diberikan uang kehormatan tetap bila Dewan yang bersangkutan untuk lancarnya pimpinan Dewan memandang perlu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam menjalankan tugas kewajibannya didampingi oleh seorang Wakil Ketua yang bekerja sebagai full-timer dengan ikut serta bertanggung-jawab sepenuhnya atas jalannya pimpinan Dewan. Dalam pada itu perlu ditegaskan bahwa uang kehormatan tetap hanya dapat diberikan kepada seorang Wakil Ketua karena menurut penilaian Pemerintah Pusat, dalam tingkatan perkembangan pemerintahan daerah sekarang cukuplah maximal pimpinan Dewan diselenggarakan oleh 2 orang. Pemberian uang kehormatan tetap kepada lebih dari seorang tidak dibenarkan. Di samping keleluasaan yang diberikan,kepada daerah untuk menentukan besarnya uang kehormatan yang dapat diberikan kepada Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta anggota Dewan Pemerintah Daerah harus diperhatikan batasan-batasan dalam ayat (2) untuk menjamin imbangan yang wajar antara keuntungan material Kepala Daerah, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, anggota Dewan Pemerintah Daerah dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berhubung kedudukan serta fungsi pejabat masingmasing. Pasal 7 Pasal ini dimaksud untuk memberikan jaminan sosial sekedarnya. Sebaliknya kepada Dewan yang bersangkutan selalu terbuka kemungkinan untuk mengambil langkah-langkah seperlunya untuk kepentingan lancarnya pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah. Sebagai prinsip: Pasal 8 7 / 8

a. pegawai Negeri-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak perlu dinon aktipkan. b. pegawai Negeri yang terpilih menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau anggota Dewan Pemerintah Daerah harus dinon aktipkan, mengingat tenaga penuh yang harus mereka curakan dalam menjalankan tugas kewajiban baru; pun Wakil Ketua yang diberikan uang kehormatan tetap berdasar pertimbangan tenaga penuh yang harus dicurahkannya, harus dinon aktipkan. Pengecualian terhadap prinsip-prinsip itu dapat diberikan oleh intansi atasan atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan. Jelas. Pasal 9 Pasal 10, 11 dan 12 Merupakan tunjangan-tunjangan yang bersifat sosial, pun tanda penghargaan yang diberikan kepada Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pemerintah Daerah pada akhir masa jabatannya atau pada waktu ia berhenti dengan hormat dari jabatannya dimaksudkan sebagai tanda jasa atas segala tenaga dan fikirannya yang telah dicurahkan selama memangku jabatannya. Pemberhentian "tidak dengan hormat" hanya bila yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan kriminil dalam hal mana ia tidak berhak akan tanda penghargaan itu. Mengingat sifatnya maka tanda penghargaan ini diberikan dengan tidak memperhatikan apakah pejabat yang bersangkutan dipilih dari pegawai Negeri atau bukan pegawai Negeri.. Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1592 8 / 8