BAB I PENDAHULUAN. (PAD). Hampir semua dana dari APBD yang digunakan untuk membiayai

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Keuangan Kabupaten Karanganyar

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

S U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAH KOTABATU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penelitian terlebih dahulu yang hasilnya seperti berikut : Peneliti Judul Variabel Hasil

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2011

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WA WALIKOTA BATUKPR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

EVALUASI EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

WALI WALIKOTA BATU PR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 8 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 8 TAHUN 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh Pemerintah baik pusat maupun daerah tentulah membutuhkan pembiayaan. Salah satu sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hampir semua dana dari APBD yang digunakan untuk membiayai pembangunan adalah hasil dari pajak/ retribusi. Hal ini dapat kita lihat di dalam pos APBD di bidang penerimaan yang dikategorikan dalam tiga kategori berikut ini. Kategori Pertama adalah Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan daerah dan pengelolaan kekayaan yang dipisahkan. Apabila kita meneliti dana yang dipergunakan untuk modal perusahaan daerah dan pengadaan kekayaan yang dipisahkan, kita akan mendapati fakta bahwa dana yang dipergunakan berasal dari pajak maupun retribusi. Demikian pula lain-lain PAD yang berasal dari penjualan aset, sewa aset dan jasa giro rekening Pemda di bank, sumber pengadaan aset dan dana yang terakumulasi di bank berasal dari pajak dan retribusi juga. Kategori Kedua adalah dana perimbangan merupakan sumber dana terbesar dalam APBD kita. Dana perimbangan ini terdiri dari: Bagi Hasil 1

2 Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi. Penjabaran dan sumber dari Dana Perimbangan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak yang berisi komponen-komponen sebagai berikut: Bagi Hasil PBB, BPHTB dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. 2. Dana Alokasi Umum yang berasal dari bagian Pajak Pusat seperti Pajak Penghasilan, PPN, dan PPnBM dan Hasil Bumi Indonesia seperti Hasil Hutan dan Hasil Minyak bumi. Dana ini terutama digunakan untuk pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. 3. Dana Alokasi Khusus yang berasal dari bagian Pajak Pusat dan Hasil Bumi Indonesia yang digunakan untuk kebutuhan khusus seperti perbaikan daerah tertinggal atau akibat bencana. 4. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan Provinsi terdiri dari komponen Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Penggunaan BBM dan Pajak Air Bawah tanah. Dari keempat sumber dana dalam Dana Perimbangan kita dapatkan fakta bahwa sebagian terbesarnya berasal dari pajak. Kategori Ketiga adalah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah yang dalam APBD kita berupa Dana Bantuan Penyeimbang DAU. Selain itu Belanja Pemerintah Daerah juga didanai oleh Pembiayaan yang bersal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun lalu, Piutang dan Pinjaman Daerah. Sudah merupakan kewajiban otoritas belanja pemerintah untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan belanja dengan penuh tanggung jawab.

3 Pemborosan anggaran serta kebocoran dalam pelaksanaannya merupakan berita yang kita terima sehari-hari dari berbagai tempat di Indonesia. Menurut Baswir (2000), masalah kebocoran adalah masalah yang sangat serius di dalam pengelolaan keuangan negara di Indonesia. Selama ini masalah ini lebih banyak disoroti aspek moralnya. Tidak banyak pihak yang menyadari bahwa masalah kebocoran sebagai sebuah persoalan kegagalan administrasi, sebenarnya lebih banyak berkaitan dengan metode pengelolaan, metode pembukuan dan metode pengawasan keuangan negara itu sendiri. Landasan kebijaksanaan pengawasan dalam organisasi pemerintah adalah TAP MPR No II/MPR/1998 tentang GBHN yang telah menggariskan pokokpokok arah dan kebijakan pembangunan aparatur pemerintah sebagai berikut: a) Pembangunan aparatur pemerintah diarahkan untuk menciptakan aparatur yang efisien, efektif dan berwibawa serta mampu melaksanakan seluruh tugas umum pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian pada masyarakat, bangsa dan negara. b) Kebijaksanaan dan langkah-langkah penertiban aparatur pemerintah perlu dilanjutkan dan semakin ditingkatkan terutama dalam rangka menanggulangi masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pemungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainya yang dapat menghambat pelaksanaan pembangunan serta merusak citra dan wibawa aparatur pemerintah.

4 Disamping itu menurut pasal 1, lampiran Instruksi Presiden Nomor 15/1983, dalam merencanakan dan melaksanakan pengawasan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Terlaksananya tugas umum pemerintah secara tertib didasarkan pada perundang-undangan yang berlaku serta didasarkan pada sendi-sendi kewajaran penyelenggaraan pemerintahan. b) Terlaksananya pembangunan, sesuai dengan rencana serta peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tercapai sasaran yang ditetapkan. c) Tercegahnya pemborosan, kebocoran dan penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tenaga, uang dan perlengkapan milik negara sehingga dapat terbina aparatur yang tertib, bersih, berwibawa, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien). Pengawasan terhadap penerimaan Negara dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Pengawasan Terhadap Penerimaan Pajak dan Bea Cukai, dan Pengawasan Terhadap Penerimaan bukan Pajak. Bila pengawasan terhadap penerimaan pajak dilakukan oleh Kantor Inspeksi Pajak, dan pengawasan terhadap penerimaan bea cukai dilakukan oleh Kantor Inspeksi Bea dan Cukai, maka pengawasan terhadap penerimaan bukan pajak dilakukan oleh KPKN. Inspektorat merupakan badan yang ditunjuk Pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap penerimaan pajak kabupaten/kota seperti pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan. Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Pengawasan

5 Preventif penerimaan pajak daerah kota Surakarta yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Surakarta serta seberapa efektif dan efisien pengawasan yang mereka lakukan diukur dengan keberhasilan penerimaan daerah. Mengukur kinerja pajak dapat ditinjau dari sisi efektivitas maupun efisiensinya. Secara khusus peneliti memilih Inspektorat yang berada di kota Solo yang merupakan tempat domisili peneliti. Dari uraian di atas, peneliti perlu untuk melakukan penelitian mengenai ke-efektifitasan pelaksanaan pengawasan penerimaan pajak untuk meningkatkan penerimaan negara, khususnya pemerintah daerah kota Surakarta dari sektor pajak. oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Penilaian Pelaksanaan Pengawasan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Pemerintah Kota Surakarta (Studi Pada Inspektorat Wilayah Kota Surakarta) B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Pengawasan Preventif yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Surakarta terhadap penerimaan pajak daerah kota Surakarta? 2. Seberapa efektif dan efisien pengawasan yang mereka lakukan tersebut diukur dari keberhasilan penerimaan daerah?

6 C. BATASAN MASALAH Maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi dalam hal-hal sebagai berikut : 1. Penelitian ini mencakup penerimaan pajak daerah Kota Surakarta, khususnya Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Reklame. 2. Periode penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah tahun 2008 sampai tahun 2010. 3. Penelitian ini hanya memfokuskan pada pengawasan preventif yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Surakarta. D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menilai bagaimana pengawasan preventif yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Surakarta terhadap penerimaan pajak daerah kota Surakarta. 2. Untuk menilai seberapa efektif dan efisien pengawasan yang mereka lakukan tersebut diukur dari keberhasilan penerimaan daerah. E. MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain : a) Bagi Peneliti

7 Dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai bidang pengawasan keuangan daerah yang berasal dari pajak. b) Bagi Pemerintah dalam hal ini Inspektorat Kota Surakarta Sebagai salah satu pertimbangan dalam pelaksanaan pemeriksaan yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan penerimaan dari sektor pajak. c) Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber informasi dan salah satu sumber referensi kajian teori bagi peneliti yang berminat pada bidang dan topik permasalahan yang sama F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, sistematika penulisan skripsi. Bab II Tinjauan Pustaka Berisi tentang pemahaman mengenai bidang perpajakan. Penjabaran definisi pajak, unsur-unsur pajak, fungsi pajak, pengelompokan pajak, jenis-jenis pajak daerah, pengawasan keuangan negara dan susunan organisasi Inspektorat Kota Surakarta.

8 Bab III Metode Penelitian. Berisi tentang jenis penelitian, pengukuran data, teknik pengumpulan data, definisi operasi, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Berisi tentang profil singkat kota Surakarta, gambaran umum instansi secara singkat perihal wilayah kerja, tugas dan fungsi serta struktur organisasi Inspektorat Kota Surakarta, serta analisis data yang telah dikumpulkan. Bab V Penutup Berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan.