hipnotik yang sering digunakan adalah golongan ureida asiklik, misalnya bromisovalum tetapi pada penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena

dokumen-dokumen yang mirip
kamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional, yaitu cara refluks dan metode

telah teruji berefek pada sistem saraf pusat juga. Selain efek tersebut, senyawa benzoiltiourea juga mempunyai aktivitas biologis lainnya seperti

dari sifat lipofilik, elektronik, dan sterik. Sifat lipofilik mempengaruhi kemampuan senyawa menembus membran biologis yang dipengaruhi oleh sifat

Sifat lipofilik mempengaruhi kemampuan senyawa tersebut menembus membran sel dan fase farmakodinamik obat, sifat elektronik mempengaruhi proses

(b) Gambar 1.1. Struktur asam mefenamat (a) dan struktur turunan hidrazida dari asam mefenamat (b) Keterangan: Ar = 4-tolil, 4-fluorofenil, 3-piridil

PENGARUH JUMLAH DAN POSISI SUBSTITUEN KLORO PADA ANILIN TERHADAP SINTESIS TURUNAN N-FENIL-N -2-KLOROBENZOILTIOUREA DENGAN METODE GELOMBANG MIKRO

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. semi sintetik yang diperoleh dari suatu bahan alam atau secara biologis yang dapat

banyak senyawa-senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan dapat digunakan dalam berbagai macam penyakit. Sintesis yang dilakukan mulai

YENY KURNIAWATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENAMBAHAN MORFOLIN DAN PIPERAZIN TERHADAP SINTESIS TURUNAN N-2-KLOROBENZOIL TIOUREA DENGAN METODE GELOMBANG MIKRO

BAB 1 PENDAHULUAN O C OH. R : H atau CH3 Ar : fenil/3-piridil/4-piridil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.

Gambar 1.1. Struktur turunan oksazolidin. N-[3-{N-(3-klorofenil)-4-(3- f lorofenil)piperasin]-1-karbotioamido}- 2-oksooksazolidin-5-il)metil]asetamida

PENDAHULUAN. Uji nyata yang digunakan dalam menggunakan dan mengendalikan suatu reaksi

Keterangan : R = H atau CH 3, Ar = fenil/3-piridil/4-piridil

N N. Gambar 1.1. Struktur molekul piroksikam dan O-(3,4- diklorobenzoil)piroksikam.

PENGARUH PENAMBAHAN SUBSTITUEN p-kloro DAN 3,4-DIKLORO TERHADAP SINTESIS SENYAWA TURUNAN N-FENIL-N -BENZOILTIOUREA

pada penderita tukak lambung dan penderita yang sedang minum antikoagulan (Martindale, 1982). Pada penelitian ini digunakan piroksikam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN gambar 1.1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

O O. Gambar 1.1. (a) Struktur asam mefenamat (b) Struktur turunan N-arilhidrazid dari asam mefenamat

N O F N O. R = Cl Gambar 1.2. Rumus struktur N((3-(4-(4-piperasin-1-il)-3- florofenil)-2-oksooksazolidin-5-il)metil)asetamid.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBENTUKAN CINCIN KUINAZOLIN PADA REAKSI ANTARA BENZOILISOTIOSIANAT DENGAN ASAM ANTRANILAT

Gambar 1.2. Struktur molekul Asam O-(4-klorobenzoil) Salisilat (Rendy,2006)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

penghambat prostaglandin, turunan antranilat dan turunan pirazolinon. Mekanisme kerja NSAID adalah dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

memodifikasi struktur senyawa obat dengan penambahan gugus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan gugus tersebut dalam meningkatkan

Gambar 1.2. Struktur senyawa N -(4-metilbenziliden)-2- metoksibenzohidrazida

PENGARUH PENAMBAHAN PIPERAZIN DAN PIPERIDIN TERHADAP SINTESIS TURUNAN N-2-KLOROBENZOIL TIOUREA DENGAN METODE GELOMBANG MIKRO

inflamasi non steroid turunan asam enolat derivat oksikam yaitu piroksikam (Mutschler, 1991; Gringauz, 1997). Piroksikam digunakan untuk pengobatan

Piroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,

REAKSI SIKLISASI ANTARA BENZOILTIOUREA DENGAN ASAM MALONAT HANDOYO MULIAWAN SUNYOTO FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ahli kimia organik sering melakukan sintesis senyawa dalam laboratorium. Sintesis

PEMBENTUKAN SENYAWA SIKLIS PADA REAKSI ANTARA BENZOILISOTIOSIANAT DENGAN ASAM AMINOETANOAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 1.1. (a) Struktur asam mefenamat dan (b) Struktur turunan hidrazida dari asam mefenamat.

BAB 1 PENDAHULUAN gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH NATRIUM ASETAT PADA REAKSI SIKLISASI ANTARA BENZOILTIOUREA DAN ASAM KLOROASETAT SANTOSO GUNAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hal ini disebabkan karena penambahan gugus-gugus pada struktur parasetamol tersebut menyebabkan perubahan sifat kimia fisika senyawa, yaitu sifat

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Struktur eugenol. O CH 3 CH 2

PENGARUH PELARUT PADA REAKSI SIKLISASI ANTARA BENZOILISOTIOSIANAT DAN ASAM ANTRANILAT

LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN PERSENTASE HASIL SINTESIS. b. 2-klorobenzoil klorida (BM : 175,01 g/mol, berat jenis : 1,378 g/cm 3 ) Volume : 1,3 ml

LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN PERSENTASE HASIL SINTESIS

Gambar 1.1 Struktur khalkon

),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

Gambar 1.1. Struktur turunan N-arilhidrazon (senyawa A) CH 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menurut Hansch, penambahan gugus 4-tersier-butilbenzoil dapat mempengaruhi sifat lipofilisitas, elektronik dan sterik suatu senyawa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN O H O-CH 2 -CH=CH 2 CH 2 CH=CH 2

Gambar 1.1. Struktur molekul asam salisilat dan turunannya (Gringauz, 1997 ). O C OH CH 3

(Houglum et al, 2005). Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabakan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu

Gambar 1.1. Struktur eugenol.

PENGARUH PENAMBAHAN METILENDIOKSIBENZALDEHIDA DAN DIMETOKSIBENZALDEHIDA PADA SINTESIS SENYAWA TURUNAN 2-(p-KLOROFENIL)KUINAZOLIN-4(3H)-ON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH GUGUS KLORO PADA SENYAWA 3-KLOROBENZOIL KLORIDA DALAM SINTESIS ASAM 2-(3-KLOROBENZOILOKSI)BENZOAT DENGAN METODE IRADIASI GELOMBANG MIKRO

PENGARUH PENAMBAHAN METIL BENZALDEHIDA DAN METOKSI BENZALDEHIDA PADA SINTESIS TURUNAN 2(p-KLOROFENIL)KUINAZOLIN-4(3H)-ON

PENGARUH PENAMBAHAN 2-KLOROBENZALDEHIDA DAN 2,4- DIKLOROBENZALDEHIDA PADA SINTESIS TURUNAN SALISILHIDRAZIDA DENGAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO

FELICIA ANGELLINA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

OCH 3 CH 2 H 2 C C H. Gambar 1.1. Struktur eugenol.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LAMPIRAN

Gambar 1.1. Struktur eugenol.

LAMPIRAN A RANGKAIAN ALAT UNTUK SINTESIS

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

IDENTIFIKASI EFEK DEPRESAN SSP (SUSUNAN SARAF PUSAT), ANTIKEJANG DAN NEUROTOKSISITAS SENYAWA 4-KLOROBENZOILTIOUREA PADA MENCIT PUTIH JANTAN

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

Pengaruh Gugus Nitro dengan Posisi Para (p) pada Sintesis N-(4-Nitrobenzoil)tiourea

LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN PERSENTASE HASIL SINTESIS I. Perhitungan berat teoritis a. Ammonium tiosianat (BM : 76,12 g/mol)

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan,

PENGARUH GUGUS HIDROKSIL PADA SENYAWA 4- HIDROKSIBENZALDEHIDA TERHADAP SINTESIS N

PENGARUH SUBSTITUEN SIKLIK DAN NON SILKIK SENYAWA MORFOLIN DAN DIETANOLAMINA PADA SINTESIS TURUNAN BENZOILTIOUREA

Transkripsi:

BAB I PEDAULUA Pada masa perkembangan zaman saat ini, maka masalah-masalah yang dihadapi didalam kehidupan akan makin meningkat. Kebanyakan manusia akan mengalami gangguan-gangguan fungsi normal dalam tubuh, misalnya : stress, gangguan jiwa, depresi. leh karena itu banyak senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, salah satunya untuk mengobati atau mengatasi gangguan-gangguan tersebut. bat-obat penekan sistem saraf pusat yang umumnya digunakan untuk mengobati penderita gangguan tersebut diatas. Seperti golongan sedatif (efek menenangkan, mengurangi rasa gelisah) atau golongan hipnotik (menimbulkan rasa kantuk, mempercepat waktu tidur, dan mempertahankan keadaan tidur). bat penekan sistem saraf pusat adalah suatu senyawa yang dapat menurunkan aktivitas normal otak, sebagian besar susunan saraf pusat bekerja dengan mempengaruhi neurotransmiter Gamma Amino Butyric Acid (GABA). Yang kemudian menurunkan aktifitas otak, dan menimbulkan rasa kantuk atau efek menenangkan yang berguna untuk mengobati rasa gelisah dan kesulitan tidur (Katzung, 2007). bat sedatif-hipnotik yang sering digunakan adalah turunan barbiturat dan benzadiazepin.dalam penggunaan obat tersebut efek samping yang dapat ditimbulkan bisa ringan/berat, misalnya efek mengantuk, menidurkan, sampai efek yang dapat mengganggu pola tidur, hilang kesadaran, koma bahkan sampai bisa menyebabkan kematian. Jika digunakan terus menerus dengan dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan ketergantungan fisiologis (Katzung, 2007). Dosis yang berlebihan dapat menyebabkan koma bahkan sampai kematian karena terjadi depresi berat pada pusat medula yang sangat penting diotak. bat golongan sedatif- 1

2 hipnotik yang sering digunakan adalah golongan ureida asiklik, misalnya bromisovalum tetapi pada penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan bromisme (Vida, 1995). leh karena itu dibutuhkan usaha untuk melakukan pengembangan obat baru dengan efek samping yang seminimal mungkin. Saat ini sudah banyak dilakukan pengembangan senyawa obat baru yang juga memiliki aktifitas pada susunan saraf pusat. bat dapat dikembangkan dengan melakukan modifikasi struktur senyawa penentu (lead compound) yang selanjutnya diharapkan dapat menemukan senyawa baru yang lebih aktif, lebih selektif dengan efek samping dan toksisitas yang rendah. al yang perlu diperhatikan dalam memodifikasi struktur suatu senyawa aktif yaitu sifat lipofilik dan elektronik dari substituen yang dimasukkan dalam struktur senyawa penentu dan pengaruhnya terhadap aktifitas biologis (Siswandono & Soekardjo, 2000). Penembusan senyawa ke dalam membran biologis dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan sifat lipofiliknya, yang diharapkan juga sekaligus dapat meningkatkan aktifitas biologis. Sedangkan peningkatan sifat elektronik, selain dapat meningkatkan penembusan senyawa kedalam membran biologis, juga akan berpengaruh terhadap proses interaksi obat-reseptor, sehingga aktifitas biologisnya juga dapat meningkat. Untuk meningkatkan sifat lipofilik tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan gugus/ substituen non polar, seperti gugus alkil pada cincin aromatik; sedangkan untuk meningkatkan sifat elektronik dapat dilakukan dengan menambahkan substituen yang bersifat elektronegatif, seperti gugus halogen kedalam cincin aromatik (Purwanto & Susilowati, 2000). Selain itu terdapat penelitian lebih lanjut dengan memodifikasi struktur benzoilurea menjadi benzoiltiourea dengan mengganti atom pada urea menjadi atom S. dari hasil uji aktifitas terhadap mencit diketahui

3 bahwa benzoiltiourea mempunyai efek pada sistem saraf pusat. Berdasarkan dari hal tersebut, maka benzoiltiourea dapat dijadikan sebagai senyawa penentu untuk pengembangan senyawa baru yang mempunyai aktifitas sistem saraf pusat (Suzana et al, 2004). Senyawa tiourea dapat disintesis dengan berbagai metode seperti metode pemanasan dan tanpa pemanasan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pemanasan pada iradiasi gelombang mikro. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Xu et al. pada tahun 2003 yang mensintesis senyawa -(2,4-difluorofenil)- -(2,4-dikloro-3-nitro-5- fluorobenzoil)tiourea tanpa pemanasan yaitu dengan cara pengadukan selama 8-12 jam pada suhu kamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional dengan cara refluks dan metode gelombang mikro yang menggunakan microwave. Kerja microwave dapat membuat udara berputar, putaran udara akan mendorong terjadinya tabrakan antara molekul kemudian akhirnya memanas. Tujuan pemilihan metode ini karena pada microwave pemanasan lebih merata pada semua bagian bahan yang dipanaskan karena perpindahan energi dengan tiga cara yaitu konduksi, konveksi, dan iradiasi. Penggunaan iradiasi gelombang mikro ini dibutuhkan untuk mempercepat waktu terjadinya reaksi kimia, sehingga sintesis dapat dilakukan dengan lebih efisien (lebih cepat) dan menghindari adanya pemanasan yang kurang merata dari metode pemanasan konvensional. amun, penggunaan metode iradiasi gelombang mikro ini membutuhkan waktu reaksi yang sesuai agar didapatkan senyawa hasil reaksi yang diinginkan dengan persentase hasil yang besar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Fariha pada tahun 2007 diketahui bahwa kondisi sintesis senyawa -fenil- - benzoiltiourea dengan bahan awal benzoil klorida dengan iradiasi gelombang mikro dengan daya 110 watt dan waktu iradiasi yang berbeda

4 yaitu 10 detik, 30 detik dan 50 detik untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu terhadap persentase hasil sintesis. Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Khotimah pada tahun 2007 telah dilakukan sintesis -fenil- -benzoiltiourea dengan bahan awal yang digunakan adalah 2- klorobenzoilklorida dan kondisi optimalnya adalah pada daya 110 watt selama 50 detik. Dari penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan senyawa -(4- klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea Gambar 1.1, -(2,6-diklorofenil)- - 2-kloro benzoiltiourea Gambar 1.2 dan -(2,4-diklorofenil)- -2-kloro benzoiltiourea Gambar 1.3 dengan bahan awal 2-klorobenzoilklorida, Ammonium tiosianat, 4-kloroanilin, 2,6-dikloroanilin dan 2,4-dikloroanilin. S S Gambar 1.1 Gambar 1.2 S Gambar 1.3 Sintesis senyawa turunan -fenil- -benzoiltiourea dilakukan dengan dua tahap reaksi. Tahap pertama adalah reaksi substitusi nukleofilik ammonium tiosianat dengan benzoilklorida yang menghasilkan benzoilisotiosianat. Tahap kedua adalah reaksi adisi nukleofilik antara benzoilisotiosianat dengan anilin sehingga menghasilkan senyawa -fenil- -benzoiltiourea. Pada tahapan yang sama, penambahan 4-kloroanilin

5 sebagai pengganti anilin yang menghasilkan -(4-klorofenil)- -2- klorobenzoiltiourea. Pada tahapan yang sama pula dilakukan penambahan 2,6-dikloroanilin sebagai pengganti anilin akan menghasilkan senyawa - (2,6-diklorophenyl)- -2-klorobenzoiltiourea dan dengan penambahan 2,4- dikloroanilin sebagai pengganti anilin yang menghasilkan senyawa - (2,4- diklorofenil)- -2- klorobenzoiltiourea. I. Tahap substitusi nukleofilik C + 2 =C=S R 1 = - pada posisi C nomer 2 II. R 1 R 2 R1 Tahap adisi nukleofilik C + 4 SC R 1 R 1 C + 4 =C=S R 2 = - pada posisi C nomer 4 (4-kloroanilin) R 2 = - pada posisi C nomer 2 dan 6 (2,6-dikloroanilin) R 2 = - pada posisi C nomer 2 dan 4 (2,4-dikloroanilin) Gambar 1.4. Reaksi substitusi nukleofilik dan adisi nukleofilik pada sintesis turunan -fenil- -benzoiltiourea. S R 2 Sintesis -fenil- -benzoiltiourea hampir sama dengan sintesis - (4-klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea, dan hampir sama pula dengan sintesis -(2,6-diklorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea dan -(2,4- diklorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea. Perbedaanya hanya terletak pada substituen yang digunakan, yaitu anilin dengan gugus pada sintesis - fenil- -benzoiltiourea kemudian 4-kloroanilin dengan gugus pada sintesis -(4-klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea, dan 2,6-dikloroanilin dengan gugus pada sintesis -(2,6-diklorofenil)- -2-

6 klorobenzoiltiourea dan 2,4-dikloroanilin dengan gugus pada sintesis -(2,4-diklorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea. Penambahan gugus kloro akan menurunkan prosen hasil sintesis karena gugus kloro memiliki sifat I (induksi negatif) yang menghambat reaksi. Substituen kloro pada posisi orto menghasilkan prosen hasil sintesis yang lebih rendah dibanding pada posisi para karena pada posisi orto efek I (induksi negatif) lebih besar dibandingkan posisi para (obrina, 2006). Tujuan sintesis turunan -fenil- -benzoiltiourea pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substituen kloro pada sintesis -(4- klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea, -(2,6-diklorofenil)- -2-klorobenzo iltiourea dan -(2,4-diklorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea melalui reaksi adisi nukleufilik dengan bahan awal 2-klorobenzoilklorida, ammonium tiosianat, 4-kloroanilin, 2,6-dikloroanilin, 2,4-dikloroanilin dengan membandingkan randemen hasil sintesis turunan -fenil- -benzoiltiourea dalam kondisi dan metode sintesis yang sama. asil sintesis diuji kemurniannya dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan titik penentuan lebur, sedangkan untuk identifikasi strukturnya ditentukan dengan Spektrofotometer UV, Spektrofotometer inframerah (IR), dan Spektrofotometer hidrogen resonansi magnet inti (-RMI). Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kondisi sintesis yang baik untuk sintesis -(4- klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea dengan penambahan 4- kloroanilin terhadap 2-klorobenzoilisotiosianat dengan mengguna kan metode gelombang mikro?

7 2. Apakah dapat disintesis -(2,6-diklorofenil)- -2-klorobenzoil tiourea dengan penambahan 2,6-dikloroanilin terhadap 2-kloro benzoilisotiosianat pada kondisi terpilih? 3. Bagaimana pengaruh substituen 2,6-dikloroanilin terhadap persentase hasil sintesis -(2,6-diklorofenil)- -2-klorobenzoil tiourea dibandingkan -(4-klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea? 4. Apakah dapat disintesis -(2,4-diklorofenil)- -2-klorobenzoil tiourea dengan penambahan 2,4-dikloroanilin terhadap 2-kloro benzoilisotiosianat pada kondisi terpilih? 5. Bagaimana pengaruh substituen 2,4-dikloroanilin terhadap persentase hasil sintesis -(2,4-diklorofenil)- -2-klorobenzoil tiourea dibandingkan -(4-klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea? Berdasarkan perumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Menentukan kondisi yang baik untuk sintesis -(4-klorofenil)- -2- klorobenzoiltiourea dengan metode gelombang mikro. 2. Melakukan sintesis senyawa -(2,6-diklorofenil)- -2-kloro benzoiltiourea pada kondisi terpilih. 3. Membandingkan pengaruh substituen kloro terhadap persentase hasil sintesis turunan -(2,6-klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea dibandingkan -(4-klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea. 4. Melakukan sintesis senyawa -(2,4-diklorofenil)- -2-kloro benzoiltiourea pada kondisi terpilih. 5. Membandingkan pengaruh substituen kloro terhadap persentase hasil sintesis turunan -(2,4-klorofenil)- -2-kloro benzoiltiourea dibandingkan -(4-klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea.

8 Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Senyawa -(4-klorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea dapat dihasil kan dari penambahan senyawa 4-kloroanilin dengan hasil reaksi 2- klorobenzoilisotiosianat pada kondisi terpilih. 2. Senyawa -(2,6-diklorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea dapat dihasilkan dari penambahan senyawa 2,6-dikloroanilin dengan hasil reaksi 2-klorobenzoilisotiosianat pada kondisi terpilih. 3. Adanya substituen 2,6-dikloroanilin pada anilin akan menurunkan persentase hasil sintesis -(2,6-diklorofenil)- -2-klorobenzoil tiourea. 4. Senyawa -(2,4-diklorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea dapat dihasilkan dari penambahan senyawa 2,4-dikloroanilin dengan hasil reaksi 2-klorobenzoilisotiosianat pada kondisi terpilih. 5. Adanya substituen 2,4-dikloroanilin pada anilin akan menurunkan persentase hasil sintesis -(2,4-diklorofenil)- -2-klorobenzoil tiourea. Manfaat dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi serta sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya dalam bidang sintesis terutama untuk dapat menghasilkan -(2,6-diklorofenil)- - 2-klorobenzoiltiourea dan -(2,4-diklorofenil)- -2-klorobenzoiltiourea dalam jumlah besar yang merupakan bahan dasar untuk sintesis senyawa turunan -(4-klorofenil)- -2-kloro benzoiltiourea selanjutnya yang efektif sebagai obat yang bekerja pada sistem saraf pusat. Selain itu senyawa yang terbentuk diharapkan dapat lebih efektif sebagai obat yang bekerja pada susunan saraf pusat.