Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

TEKNOLOGI PEMUPUKAN KARET UNGGUL DAN LOKAL SPESIFIK LOKASI

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

Penyiapan Bahan Tanam Tanaman Karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

MODUL BUDIDAYA KARET

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S.

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE. Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PERCEPATAN PENINGKATAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PROGRAM PRIMA TANI DESA SEBAPO, PROVINSI JAMBI 1)

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

ISBN: KOMIK PEMBIBITAN JERUK. Penanggung Jawab : Dr. Dedi Sugandi, MP. : BPTP Bengkulu. : Dr. Umi Pudji Astuti, MP.

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Untuk keberhasilan okulasi perlu diperhatikan syarat-syarat berikut:

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

III. MATERI DAN METODE

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

Oleh : Ulfah J. Siregar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

3. METODE DAN PELAKSANAAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

III. METODE PENELITIAN A.

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

III.TATA CARA PENELITIAN

PENYEDIAAN BAHAN TANAM KEMIRI SUNAN DENGAN TEKNIK GRAFTING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah

Transkripsi:

ISBN : 978-602-1276-03-7 Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul MENDUKUNG PROGRAM m-p3mi DI PROVINSI JAMBI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2 0 1 3

TEKNOLOGI PEMBIBITAN KARET KLON UNGGUL MENDUKUNG PROGRAM m-p3mi DI PROVINSI JAMBI Nur Asni Linda Yanti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2 0 1 3 iii

TEKNOLOGI PEMBIBITAN KARET KLON UNGGUL MENDUKUNG PROGRAM m-p3mi DI PROVINSI JAMBI Penanggung Jawab : Ir. Endrizal, M.Sc (Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi) ISBN : 978-602-1276-03-7 Dewan Redaksi Ketua: Rima Purnamayani, SP, M.Si Anggota: - DR. Desi Hernita - Endang Susilawati, S.Pt Tata Letak & Desain Sampul: drh. Sari Yanti Hayanti Farida Diterbitkan Oleh: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Alamat : Jl. Samarinda Paal V Kotabaru Jambi 36128, Jl. Raya Jambi Palembang KM16 Desa Pondok Meja, Kec. Mestong, Kab. Muaro Jambi Telepon: 0741-40174/7053525, Fax: 0741-40413 e-mail: bptp-jambi@litbang.deptan.go.id / bptp_jambi@yahoo.com website:jambi.litbang.deptan.go.id

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya brosur Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul Mendukung Program m-p3mi di Provinsi Jambi. Tujuan penulisan buku ini untuk memberikan informasi praktis terkait pembibitan karet klon unggulan anjuran di Provinsi Jambi dan menambah wawasan serta ketrampilan bagi penyuluh dan petani di lapangan. Brosur ini memuat tentang proses pembibian karet klon unggul yang meliputi ; pembangunan batang bawah, pembangunan kebun entres, okulasi, produksi bahan tanaman dan aplikasi pembibitan klon karet unggul melalui m-p3mi di Kabupaten Batanghari. Brosur ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Jambi, Desember 2013 Kepala Balai, Ir. Endrizal, M.Sc. NIP. 19580101 198503 1 005 i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN... II. PEMBANGUNAN BATANG BAWAH... A. Persiapan Lahan Pembibitan... B. Penyemaian Benih... C. Pendederan Biji... D. Penanaman Kecambah... E. Pemeliharaan di Pembibitan... III. PEMBANGUNAN KEBUN ENTRES... IV. OKULASI... V. PRODUKSI BAHAN TANAMAN... VI. APLIKASI PEMBIBITAN KLON KARET UNGGUL MELALUI m-p3mi... VII. PENUTUP..... DAFTAR PUSTAKA... i ii iii iv 1 2 3 3 3 5 5 5 7 10 11 12 13 ii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbedaan antara okulasi dini, hijau dan coklat... 2. Rekomendasi Pemupukan di Pembibitan... Halaman 7 11 iii

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Pendederan Biji Karet... 2. Pendederan pada Barisan Secara Teratur... 3. Bibit Batang Bawah dengan Jarak tanam 40x40x50 cm 4. Kebun Entres... 5. Panen Entres... 6. Stum Mata Tidur yang Baru Dipindah ke Polybag... 7. Bibit Karet Umur 1 Bulan dalam Polybag... 8. Pengirisan Batang... 9. Mata Okulasi... 4 4 4 4 6 7 7 8 9 iv

I. PENDAHULUAN m-p3mi adalah suatu Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi, yang merupakan suatu modus kegiatan diseminasi melalui suatu percontohan kongkrit dilapang. Tujuan kegiatan m-p3mi untuk mempercepat arus diseminasi teknologi, memperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan teknologi berbasis kebutuhan pengguna dan meningkatkan kadar adopsi teknologi inovatif serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis kedalam tiga fase yang masing-masing terdiri dari beberapa tahapan kegiatan, dimulai dari ; 1) fase inisiasi model (penentuan lokasi, identifikasi permasalahan, perancangan model dan Implementasi model); 2) fase pengawalan teknologi (identifikasi komoditas unggulan, peningkatan IP dan nilai tambah, optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian,meningkatkan kelembagaan pendukung); dan 3) fase pengembangan. Kegiatan m-p3mi dilaksanakan di Desa Rantau Kapas Tuo Kecamatan Tembesi Kabupaten Batang Hari. Komoditas unggulan didesa ini selain padi rawa lebak adalah karet, Luas areal tanaman karet rakyat di Provinsi Jambi mencapai 650.634 Ha dengan produktivitas 864 Kg/Ha, sedangkan untuk Kabupaten Batang Hari luas tanaman karet mencapai 112.093 Ha dengan produktifitas sebesar 882 kg/ha (Dinas Perkebunan, 2012). Permasalahn pertanaman karet rakyat di Provinsi Jambi saat ini antara lain adalah penggunaan bibit unggul bermutu bersertifikat yang masih rendah, sehingga perlu dilakukan upaya pembibitan karet unggul dalam mendukung kegiatan m-p3mi di Kabupaten Batang Hari. Penggunaan bibit bermutu tinggi merupakan suatu keharusan bagi petani perkebunan karet rakyat untuk meningkatkan produktiviatas. Hasil 1

bibit yang optimal membutuhkan pengelolaan bibit yang baik pula di lapangan dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pada perkebunan karet. Sampai saat ini penyediaan bibit karet bermutu bersertifikat dalam jumlah banyak masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan bibit petani, sehingga diperlukan penangkar bibit yang mampu menghasilkan bibit karet yang bermutu tinggi sesuai dengan standar teknis yang berlaku (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2006). Tahapan kegiatan pengelolaan pembibitan karet yang harus dipahami dengan benar antara lain: pengelolaan batang bawah dan kebun entres, serta teknik okulasi. Peremajaan karet yang dilaksanakan di provinsi Jambi sejak tahun 2005 telah dikenalkan kepada petani beberapa klon karet anjuran yang memiliki produksi tinggi. Pengenalan ini sangat diperlukan untuk melakukan pemurnian kebun entres. Teknik pengenalan klon dilakukan dengan pengamatan secara visual terhadap ciri-ciri morfologi yang khas pada masing-masing klon. Untuk penguasaan teknik ini diperlukan kemampuan pengenalan ciri tersebut melalui latihan yang intensif. II. PEMBANGUNAN BATANG BAWAH Pembibitan karet bertujuan untuk memperoleh batang bawah yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Hal tersebut dapat dicapai dengan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis, mencakup persiapan lahan, penanganan banih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan (Balai Penelitian Sembawa, 2006). Klon klon anjuran untuk batang bawah seperti GT1, PR 300, PR 228, AVROS 2037, LCB 1320, PB 260, RRIC 100 dan BPM 24 (Balai Penelitian Sembawa, 2005). 2

A. Persiapan Lahan Pembibitan Pengolahan tanah merupakan kunci awal untuk mendapatkan bibit bermutu baik. Pengolahan tanah yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya akar yang tidak sempurna. Persyaratan lahan untuk dapat dijadikan tempat pembibitan baik untuk penanaman batang bawah dan kebun entres adalah ; Mudah dijangkau. Dekat dengan sumber air dan. Bukan daerah penyebaran penyakit jamur akar (terutama JAP). Pengolahan tanah dilakukan pada kedalaman 40-50 cm. Kayu dan sisa-sisa akar harus dibuang untuk mencegah penyebaran jamur akar putih. B. Penyemaian Benih Benih karet didederkan pada media yang lembab dan tidak terkena sinar mata hari langsung untuk mempermudah proses perkecambahan. Bedengan pendederan diberi pasir atau serbuk gergaji, dan diberi naungan. C. Pendederan Biji Benih dapat didederkan dengan dua cara yaitu berjajar dengan jarak antar biji satu cm atau ditebar dengan posisi biji tengkurap. Keuntungan pendederan secara berjajar : Pertumbuhan kecambah relatif lebih seragam. Pemindahan kecambah mudah dilakukan. Pemindahan bisa dilakukan sampai stadium pancing atu satu payung. Sedangkan pada pendederan ditebar : Pemindahan kecambah harus dilakukan pada stadium mentis atau stadium bintang. 3

Kalau pemindahan kecambah terlambat akan menghasilkan bibit yang berakar bengkok dan atau bercabang. Gambar 1. Pendederan biji karet Gambar 2. Pendederan pada barisan secara teratur Gambar 3. Bibit batang bawah Gambar 4. Kebun entres dengan jarak tanam 40x40x50cm D. Penanaman Kecambah Kecambah yang baik adalah kecambah yang muncul 5-14 hari setelah pendederan. Pencabutan kecambah dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bakal akar. 4

Pemindahan kecambah dilakukan pada stadia satu payung daun, daunnya digugurkan dan akar tunggang dipotong miring 10 cm dari laher akar. Kecambah diangkut dengan menggunakan ember berisi air. Penanaman sebaiknya dilakukan pagi dan sore hari. E. Pemeliharaan Tanaman Di Pembibitan Pemeliharaan tanaman di pembibitan terdiri atas empat kegiatan yaitu: penyulaman/penyisipan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta pemupukan. Penyulaman pembibitan paling lambat dilakukan pada umur satu bulan. Lahan pembibitan harus bebas dari gulma. Penyiangan bisa dilakukan dengan cara manual dan secara kimia dengan menggunakan herbisida pra dan purna tumbuh. Pengendalian penyakit terutama diperlukan pada bibit yang baru berdaun muda dengan menggunakan fungisida, dosis dan interval tertentu. III. PEMBANGUNAN KEBUN ENTRES Klon klon yang ditanaman pada kebun entres harus jelas asal usulnya dan merupakan klon anjuran. Klon anjuran untuk entres antara lain: PB 260, GT 1, BPM 1, BPM 24, RRIC 100. Dalam pembangunan kebun entres, jumlah batang setiap klon minimal 100 batang agar dapat memenuhi kebutuhan untuk 1 ha. Bahan tanaman yang digunakan untuk entres dapat berupa stum tidur, stum mini atau bibit dalam polibag dengan jarak tanam 1 x 1 m. Dalam penanaman kebun entres, apabila menggunakan lebih dari satu 5

jenis klon, maka areal kebun diatur ke dalam petak petak. Hal ini untuk menghindari tercampur diantara klon. Pemeliharaan kebun entres meliputi penyiangan, pemupukan, pewiwilan, pengendalian hama dan penyakit serta pemurnian. Penyiangan bertujuan untuk mengendalikan gulma dan dilakukan menjelang pemupukan. Penyakit yang umum dijumpai di kebun entres adalah penyakit gugur daun Oidium dan Colletotrichum. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menyemprotkan fungisida seperti Bayleton 250 EC (0,25%) dan Dithane M 45 (0.25%). Pewiwilan dilakukan dengan membuang tunas tunas palsu agar diperoleh tunas yang baik dan batang entres yang lurus. Pemurnian dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan setelah tanam dengan berpedoman pada ciri dan diskripsi klon pada tanaman muda dan dilakukan oleh orang yang ahli. Tanaman yang tidak murni diganti dengan klon yang sesuai (Balai Penelitian Sembawa, 2006). Pemanenan entres pertama dilakukan pada ketinggian 30 cm dari pertautan okulasi dengan cara dipotong serong. Selanjutnya setiap tunas yang tumbuh dipelihara dua buah setiap batang. Pemanenan berikutnya dilakukan 10 cm dari posisi percabangan entres. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan gunting pangkas, pisau tajam atau gergaji entres. Setelah dipanen entres perlu dijaga kesegarannya dengan memberi lilin cair pada kedua ujungnya dan diberi tanda klon serta dibungkus dengan gedebog pisang. Untuk entres yang dikirim ketempat lain, enters hijau masih dapat bertahan 1 2 hari sedangkan entres coklat 3 5 hari. Gambar 5. Panen entres 6

IV. OKULASI Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Teknik Okulasi Teknik okulasi pada tanaman karet ada tiga macam yaitu : Okulasi dini. Okulasi hijau. Okulasi coklat. Tabel 1. Perbedaan antara okulasi dini, hijau dan coklat Teknik okulasi Umur batang bawah Umur, ukuran, warna entres Dini 2 3 bulan 3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, warna hijau muda Hijau 4 6 bulan 3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, warna hijau Coklat 8 18 bulan 1-2 tahun, garis tengah 2,5-4 cm, warna coklat Gambar 6. Stum mata tidur Gambar 7. Biibit karet yang baru dipindah ke polybag (umur + 1 bulan) 7

Okulasi dilakukan dengan beberapa tahap berikut ini, yaitu : penyiapan batang bawah, pembuatan jendela okulasi, penyiapan perisai mata okulasi, penempelan perisai mata okulasi, pembalutan dan pembukaan/pemerikasaan hasil okulasi. Batang bawah yang siap diokulasi memenuhi persyaratan berikut : 1. Lilit batang tanaman 5 7 cm yang diukur pada ketinggian 5 cm. 2. Tunas ujung dalam keadaaan tidur atau daun tua. Pembuatan jendela okulasi dilakukan dengan cara berikut ini: 1. Batang bawah dibersihkan dari kotoran dan diiris vertikal. 2. Irisan sejajar dibuat dua buah sebanyak 25 batang dengan ukuran 5 10 cm dengan panjang 5 7 cm dan lebar 1/3 lilit batang. 3. Potongan melintang dibuat diatas irisansan vertikal dan dibawah irisan vertikal. 4. Penempelan mata tunas. Pembuatan perisai mata okulasi dibuat dalam rangka pengambilan mata dari entres klon unggul. Perisai ini akan diokulasikan pada batang bawah yang sduah dibuat jendela okulasi. Tahap pembuatan perisai mata okulasi adlah sebagai berikut : 1. Pilih mata oklasi yang berada di bekas ketiak daun (mata yang terbaik). 2. Ukuran perisai mata okulasi dibuat dengan ukuran lebar 1 cm dan panjang 5 7 cm. Gambar 8. Pengirisan Batang 3. Posisi mata okulasi pada kayu entres menghadap keatas untuk bukaan atas, dan menghadap kebawah untuk bukaan bawah. 8

4. Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian kayu. 5. Pelepasan kulit dari kayu dilakukan secara hati hati dan bagian dalam jangan sampai kotor dan terpegang. 6. Perisa mata okulasi yang baik ditandai dengan adanya bintik putih yang menonjol pada kulit bagian dalam. Gambar 9. Mata Okulasi Tahap selanjutnya dilakukan penempelan mata okulasi pada batang bawah dengan membuka jendela okulasi dan menempelkan mata okulasi. Selanjutnya dilakukan pembalutan dengan pita plastik okulasi agar telindung dari air dan kotoran. Untuk bukaan dari atas pembalutan dilakukan dari atas dan begitu juga sebaliknya untuk bukaan dari bawah. Pembukaan okulasi dilakukan setelah 2 3 minggu untuk melihat keberhasilannya. Balutan dibuka dengan cara mengiris plastik okulasi dari bawah ke atas. Selanjutnya jendela okulasi dibuka dengan cara memotong lidah jendela okukasi. Keberhasilan okulasi diketahui dengan cara membuat cukilan pada perisai mata okulasi diluar matanya. Adanya cukilan berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil. Selanjutnya okulasi yang sudah berhasil ini diberi tanda dengan mengikatkan bekas potongan plastik okulasi pada bagian batang. 9

V. PRODUKSI BAHAN TANAMAN Bibit okulasi yang digunakan sebagai bahan tanaman terdiri dari beberapa macam yaitu : stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag dan stum tinggi. Stum mata tidur adalah bibit okulasi yang mata okulasinya belum tumbuh. Sutm ini mempunyia kelebihan lebih mudah, cepat dan harganya relatif murah, hanya saja persentase kematian cukup tinggi (15 20%). Stum mata tidur yang baik, yaitu memilik akar tunggang lurus dengan panjang minimal 35 cm. Apabila akarnya bercabang dua atau tiga maka satu/dua akar yang kecil dipotong dan diolesi TB 192. Pencabutan bibit hasil okukasi untuk dijadikan stum mata tidur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan cangkul dan alat dongkrak bibit. Stum mini adalah bibit hasil okulasi yang ditumbuhkan di pembibitan selama 6-8 bulan sebelum dibongkar. Bibit ini batangnya memiliki diameter 2 cm dan sudah berwarna coklat minimal 50 cm. Pemotongan dilakukan diatas karangan mata atau bekas tangkai daun. Stum mini memiliki mata lebih banyak dari stum mata tidur. Bibit dalam polibeg adalah stum mata tidur yang ditumbuhkan dalam polibeg sampai memiliki satu atau dua payung daun. Stum ini dapat dibuat dari batang bawah yang ditumbuhkan dan diokulasi dalam polybag. Keuntungan bibit okulasi dalam polybag antara lain prosentase kematian rendah, pertumbuhan seragam dan masa TBM lebih singkat dibanding stum mata tidur. Persiapan bibit dalam polybag disamping dilakukan dengan menggunakan mata tidur, dapat juga dilakukan dengan menggunakan bibit dalam polybag hasil okulasi langsung. 10

Stum tinggi adalah bibit hasil okulasi yang ditumbuhkan di pembibitan selama 2 3 tahun sebelum pembongkaran. Stum tinggi biasanya digunakan untuk penyulaman dan jarang diusahakan secara komersial. Tabel 2. Rekomendasi Pemupukan di Pembibitan Waktu pemupukan (bulan setelah ditanam di lapangan) Dosis pemupukan (kg/ha) Urea SP 36 KCl Kieserit 1 90 45 45 45 2 225 90 90 90 3 225 90 90 90 4 225 90 90 90 Selanjutnya setiap bulan 450 180 280 180 sampai 1 bulan sebelum okulasi hijau dan sampai 3 bulan sebelum okulasi coklat Sumber : Balit Sembawa (2006) VI. APLIKASI PEMBIBITAN KLON KARET UNGGUL MELALUI MP3MI Pembibitan karet klon unggul pada kegiatan m-p3mi telah dilaksanakan dengan menerapkan Pembangunan batang bawah, kebun entres dan okulasi. Demplot percontohan karet okulasi dilakukan pada lahan seluas 2 ha yang terdiri dari ; 1) aplikasi pemupukan karet seluas 1 ha dan 2) penanaman batang bawah dan entres seluas 1 ha. Biji karet untuk dijadikan benih pada batang bawah yang digunakan berasal dari Balit Sembawa dengan menggunakan klon anjuran yaitu Pb 260. Perlakukan biji dilakukan pemilihan biji dengan merendam di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka benih tersebut dianggap baik. Dari hasil pembibitan dengan okulasi ini telah dihasilkan bibit karet klon unggul yang bermutu. 11

VII. PENUTUP Upaya untuk meningkatkan mutu karet rakyat di Provinsi Jambi saat ini antara lain dengan penggunaan bibit bermutu dari jenis klon unggul. Pada kegiatan m-p3mi dilakukan penerapan pembibitan karet klon anjuran yang sudah direkomendasikan oleh Balai Penelitian Karet Sembawa. Pembibitan karet klon unggul meliputi pembangunan batang bawah, kebun entres dan okulasi untuk memproduksi bahan tanaman karet unggul. Batang bawah yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik dapat diperoleh dengan membangun pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan lahan, penanganan banih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman pembibitan. Klon klon anjuran untuk batang bawah seperti GT1, PR 300, PR 228, AVROS 2037, LCB 1320, PB 260, RRIC 100 dan BPM 24. Bahan tanaman yang digunakan untuk entres dapat berupa stum tidur, stum mini atau bibit dalam polibeg. Pemanenan entres pertama dilakukan pada ketinggian 30 cm dari pertautan okulasi dengan cara dipotong serong. Okulasi dilakuan melalui serangkaian tahap seperti: penyiapan batang bawah, pembuatan jendela okulasi, penyiapan perisai mata okulasi, penempelan perisai mata okulasi, pembalutan dan pembukaan hasil okulasi. Pada setiap tahap okulasi dilakukan dengan baik sesuai syarat teknis yang sudah ditentukan agar hasil okulasi menghasilkan bahan tanaman berkualitas. Pembibitan karet dengan menggunakan klon unggul anjuran sudah diaplikasikan pada lokasi kegiatan m-p3mi di Kabupaten Batang Hari. Biji 12

karet untuk dijadikan benih pada batang bawah yang digunakan berasal dari Balit Sembawa dengan menggunakan klon anjuran PB 260. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Sembawa. 2005. Pengelolaan Bahan Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. 2006. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2006. Prospek Dan Potensi Komoditi Karet di Provinsi Jambi. Makalah disampaikan pada seminar Pengembangan Perkebunan Karet Sebagai Komoditi Unggulan Ekspor Provinsi Jambi. Tanggal 14 Desember 2006. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2012. Statistik Tanaman Perkebunan Dians Perkebunan Provinsi Jambi. 13