PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2007 T E N T A N G KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI BENGKULU TENGAH

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2007 SERI E =================================================================

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2010 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN ALOKASI DANA PERIMBANGAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2006 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2000 SERI D NOMOR SERI 13

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2006

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2006 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang : a. Mengingat : 1.

disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 7

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DI WILAYAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI

KABUPATEN BUTON UTARA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat maka Pemerintahan Desa perlu mengelola Keuangan Desa; b. bahwa untuk mewujudkan keuangan desa menjadi kenyataan perlu ditempuh melalui pengelolaan keuangan desa; c. bahwa berdasarkan sebagaimana huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Keuangan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4548); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138); 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT dan BUPATI BANGKA BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Bangka Barat. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Barat. 5. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik desa yang berhubungan dengan pelaksanaan, hak dan kewajiban tersebut.

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD, adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasakan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Bealanja Daerah. 7. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan/penganggaran, pelaksanaan, termasuk penatausahaaan, pengawasan dan pertanggungjawaban serta pelaksanaan APB Desa. 8. Perimbangan Keuangan Kabupaten dan Desa adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBD yang dialokasikan kepada Desa. 9. Dana Alokasi Umum Desa, yang selanjutnya disingkat DAU Desa, adalah dana bantuan Pemerintah Kabupaten kepada Desa yang bersumber dari bagian perolehan Pajak Daerah, bagian perolehan Retribusi Daerah, bagian dari dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang diterima Pemerintah Kabupaten, yang dialokasikan dengan tujuan keadilan dan pemerataan kemampuan keuangan Desa untuk membiayai kebutuhanya. 10. Dana Alokasi Khusus Desa, yang selanjutnya disebut DAK Desa, adalah dana bantuan Pemerintah Kabupaten kepada Desa untuk membiayai kegiatan yang sudah ditentukan Pemerintah Kabupaten. 11. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah. 12. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 13. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintah Nasional dan berada di Kabupaten Bangka Barat. 14. Pemerintahan Desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. 15. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa. 16. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga legislasi, penyusunan peraturan Desa, anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan desa, serta Penampung dan pengatur aspirasi masyarakat. 17. Sumber Pendapatan Desa adalah sumber penerimaan Desa yang berasal dari Pendapatan asli Desa, bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, dan sumbangan dari Pihak Ketiga maupun Pinjaman Desa 18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDesa adalah anggaran tahunan dari program pemerintahan dan pembangunan Desa yang dijabarkan dan diterjemahkan dalam angka-angka Rupiah, yang mengandung perkiraan target pendapatan dan perkiraan batas tertinggi belanja Desa.

Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 2 Ruang Lingkup Keuangan Desa meliputi : a. hak desa untuk melakukan pungutan; b kewajiban desa untuk menyelenggarakan pemerintahan dengan melaksanakan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat; c. penerimaan desa; d. pengeluaran desa; e. kekayaan desa. Pasal 3 Pengelolaan Keuangan Desa yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi : a. asas umum pengelolaan keuangan desa; b asas umum dan struktur APB Desa; c. penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa; d. sumber-sumber pendapatan Desa; e. penyusunan dan penetapan APB Desa; f. pelaksanaan dan perubahan APB Desa; g. penatausahaan keuangan desa; h. pembinaan, pengawasan pengelolaan keuangan desa; i. pertanggung jawaban pelaksanaan APB Desa. Bagian Ketiga Asas Umum Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 4 (1) Keuangan Desa dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat bagi masyarakat. (2) Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APB Desa yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Desa. BAB II KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Bagian Pertama Pasal 5 (1) Kepala Desa selaku unsur penyelenggara pemerintah desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa. (2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan kepada perangkat desa. (3) Pelimpahan kekuasaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan Kepala desa.

Bagian Kedua Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran Pasal 6 (1) Kepala Desa mengangkat Bendahara Penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka melaksanakan anggaran pendapatan Desa. (2) Kepala Desa mengangkat Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Belanja Desa (3) Bendahara penerimaan dan Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala Desa. BAB III ASAS UMUM DAN STRUKTUR APB Desa Bagian Pertama Asas Umum APB Desa Pasal 7 (1) APB Desa disusun sesuai dengan kemampuan pendapatan desa. (2) Penyusunan APB Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat. (3) APB Desa, perubahan APB Desa dan pertanggung jawaban pelaksanaan APB Desa setiap tahun ditetapkan dengan peraturan Desa. Pasal 8 (1) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB Desa. Pasal 9 (1) Seluruh pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan desa dianggarkan secara bruto dalam APB Desa (2) Pendapatan Desa yang dianggarkan dalam APB Desa harus berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Pasal 10 Tahun Angggaran APB Desa meliputi masa 1 (satu) tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Bagian Kedua Sumber Pendapatan Desa Pasal 11 (1) Sumber Pendapatan Desa terdiri atas : a. pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lainlain pendapatan asli desa yang sah. b. bagi hasil pajak daerah Kabupaten paling sedikit 10 % (sepuluh persen) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten sebagian diperuntukan bagi Desa. c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten untuk desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa; d. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; (2) Untuk terlaksananya asas keadilan dan pemerataan sehubungan ayat (1) di atas, maka Pemerintah Kabupaten menentukan bagian desa dari APBD yang merupakan Alokasi Dana Desa. (3) Alokasi Dana Desa sebagaimana tersebut pada ayat (2) di atas ditetapkan dalam Peraturan Bupati setiap tahun. Pasal 12 Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf a terdiri atas : a. tanah kas desa; b. pasar desa; c. pasar hewan; d. tambatan perahu; e. bangunan desa; f. pelelangan ikan yang dikelola oleh desa; dan g. lain-lain kekayaan desa. Pasal 13 Desa tidak dibenarkan memungut pajak dan retribusi daerah, yang sudah dipungut oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten yang ada di Desa. (1) APB Desa terdiri atas : a. pendapatan desa; b. belanja desa; dan c. pembiayaan desa. Bagian Ketiga Struktur APB Desa Pasal 14 (2) Pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi semua penerimaan uang melalui kas desa yang merupakan hak desa dalam 1 tahun yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

(3) Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi semua pengeluaran dan kas desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 tahun, yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. (4) Pembiayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pasal 15 Pembiayaan desa sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (4) terdiri atas : a. Sumber pembiayaan yang merupakan penerimaan desa dapat berupa : 1) sisa perhitungan anggaran tahun lalu; 2) transfer dari dana cadangan; 3) penerimaan pinjaman; 4) hasil penjualan asset desa; 5) pencairan dana cadangan; 6) penerimaan lainnya. b. Sumber pembiayaan yang merupakan pengeluaran desa dapat berupa : 1) penyertaan modal pemerintah desa; 2) pembentukan/transfer ke dana cadangan; 3) pembayaran pinjaman yang jatuh tempo; 4) sisa perhitungan anggaran tahun berjalan; dan 5) pengeluaran lainnya. Pasal 16 (1) Pemerintah desa dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. (2) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (1) ditetapkan melalui Peraturan Desa. Bagian Keempat Rencana Kerja Pembangunan Desa Pasal 17 (1) Rencana Kerja Pembangunan Desa di singkat RKPD disusun setiap tahun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa berpedoman pada Peraturan Daerah. (2) RKPD disusun selambat-lambatnya akhir bulan Desember tahun anggaran sebelumnya. (3) RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Desember tahun anggaran sebelumnya. (4) RKPD sebagai landasan penyusunan RAP Desa.

BAB IV PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APB DESA Bagian Pertama Prinsip Dasar Penyusunan APBD Desa Pasal 18 (1) APBD Desa disusun dengan pendekatan kinerja berdasarkan RKPD dan atau dokumen perencanaan lainnya. (2) Dalam menyusun APB Desa, penganggaran belanja harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. (3) Penganggaran pendapatan dalam APB Desa merupakan perkiraan terendah yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Bagian Kedua Penyusunan Rancangan APB Desa Pasal 19 (1) Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa sekitar bulan Maret tahun anggaran sebelumnya, berdasarkan usulan Kepala Desa, BPD dan Tokoh masyarakat menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (2) Dalam menyusun bahan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Kepala Desa dan BPD mengadakan rapat Desa untuk menampung aspirasi dan keinginan masyarakat dalam bidang pemerintahan dan pembangunan desa. (3) Dalam pelaksanaan rapat Desa sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (2) Kepala desa dan BPD harus menghadirkan tokoh masyarakat yang terdiri dari ketua RT, RW, Pengurus lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang pembangunan dan dihadiri pula oleh perangkat desa. (4) Menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (1) harus terarah kepada sasaran yang telah ditetapkan serta memperhatikan secara praktis potensi pokok yang dimiliki oleh desa, yaitu Pendapatan Asli Desa, jumlah penduduk, sosial ekonomi, budaya maupun perilaku masyarakat. (5) Bupati membuat dan menyampaikan petunjuk operasional penyusunan Rancangan APBDesa kepada Kepala Desa. Pasal 20 APB Desa berisi tentang : a. realisasi pendapatan dan belanja tahun yang lalu; b. pengeluaran belanja modal dan bukan belanja modal; c. sumber potensi yang dimiliki desa; d. rencana kerja pembangunan desa; e. aspirasi masyarakat yang berkembang; dan f. dokumen lainnya. Pasal 21 (1) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dipersiapkan oleh Kepala Desa.

(2) Hasil penyusunan Rancangan APB Desa dan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa disampaikan kepada BPD untuk dimusyawarahkan dan ditetapkan dalam Peraturan Desa. Bagian Ketiga Penetapan APB Desa Pasal 22 (1) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat untuk dievaluasi. (2) Hasil evaluasi Bupati terhadap Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari kepada Kepala Desa. (3) Apabila hasil evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa. (4) Waktu penetapan APBDesa dengan peraturan desa dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan setelah penetapan APBD. BAB V PELAKSANAAN DAN PERUBAHAN APB Desa Bagian Pertama Pelaksanaan APB Desa Pasal 23 (1) APBDesa dilaksanakan oleh Pemerintahan Desa. (2) Untuk melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal 23 Kepala Desa membuat Peraturan Kepala Desa. Pasal 24 (1) Dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud pada pasal 23 ayat (1), Kepala Desa agar memperhatikan prinsip anggaran yaitu : a. Hemat : artinya setiap pengeluaran yang dibiayai dari anggaran Desa harus diusahakan sehemat mungkin dalam arti tidak boros dan atau wajar. b. Terarah : artinya setiap pengeluaran harus diupayakan terarah kepada tujuan yang telah direncanakan di dalam anggaran Desa. c. Terkendali : artinya setiap pengeluaran harus diupayakan tidak melebihi dari anggaran yang telah ditetapkan. (2) Batas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa : a. pengeluaran tidak dapat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa jika dananya tidak ada;

b. kepala desa dilarang menjanjikan pengeluaran atas selain dari pada yang telah ditetapkan; c. setiap pengeluaran keuangan Desa harus mendapat persetujuan dari Kepala Desa. Bagian Kedua Perubahan APB Desa Pasal 25 (1) Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dilaksanakan apabila terjadi perubahan penerimaan dan atau pengeluaran dari APB Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. (2) Perubahan anggaran sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan yang waktunya setelah ditetapkannya perubahan anggaran pendapatan dan belanja kabupaten. (3) Dasar penyusunan perubahan anggaran dimaksud ayat (1) pasal ini karena adanya : a. sisa perhitungan tahun yang lalu; b. adanya penambahan/penurunan pendapatan desa; c. pertunjuk/ketentuan-ketentuan dari instansi yang tinggi (Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten); d. pergeseran belanja. Bagian Ketiga Penatausahaan Keuangan Desa Pasal 26 (1) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran melakukan pencatatan secara tertib transaksi-transaksi dalam buku-buku sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran membuat laporan realisasi penerimaan dan pengeluaran sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali. (3) Laporan realisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Kepala Desa. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Pasal 27 Pemerintah Kabupaten melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan desa. Pasal 28 Kewenangan pembinaan dan pengawasan dapat dilimpahkan oleh Bupati kepada camat.

Pasal 29 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervis, konsultasi, pendidikan, pelatihan serta penelitian dan pengembangan. Pasal 30 (1) Pengawasan Melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Desa terhadap pengelolaan Administrasi keuangan desa yang dilaksanakan bendaharawan desa baik penerimaan maupun pengeluaran yang waktunya paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali dan di buat berita acara pemeriksaan. (2) Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh pejabat diluar organisasi (misalnya oleh Inspektorat Wilayah Daerah terhadap pelaksanaan pengelolaan Keuangan Desa untuk hal-hal tertentu). Pasal 31 BPD melakukan pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Desa tentang APB Desa. BAB VII PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APB Desa Pasal 32 (1) Pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan dari semua yang telah dianggarkan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, baik untuk penerimaan maupun pengeluaran berdasarkan APB Desa yang telah ditetapkan. (2) Batas waktu pelaksanaan pertanggungjawaban APBDesa penetapannya dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Pasal 33 (1) Kepala Desa beserta perangkat desa dan bendahara desa baik pengeluaran maupun penerimaan setelah tahun anggaran berakhir menyusun Rancangan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa. (2) Penyusunan rancangan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah realisasi pendapatan, belanja serta pergeseran anggaran sesuai dengan RKPD. (3) Rancangan peraturan desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa yang telah disusun, selanjutnya diajukan kepada BPD untuk kemudian dibahas dan ditetapkan menjadi Peraturan Desa. (4) Penetapan Peraturan Desa tetang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

Pasal 34 (1) Pada dasarnya kepala desa bertanggung jawab kepada rakyat desa. (2) Pertanggungjawaban kepala desa disampaikan kepada Bupati melalui Camat. (3) Kepala Desa memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban secara tertuliskepada BPD. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 35 Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa ini sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan masih tetap berlaku. Pasal 36 Pemerintah Desa yang belum menetapkan RPJMD maka dokumen perancangan desa lainnya dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan RKPD. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Pasal 38 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah Kabupaten Bangka Barat. Diundangkan di Muntok pada tanggal 26 Desember 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT, dto RAMLI NGADJUM Ditetapkan di Muntok pada tanggal 21 Desember 2006 BUPATI BANGKA BARAT, dto H.PARHAN ALI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI A

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA I. UMUM Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 212 ayat (5) dan ketentuan pasal 76 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pada prinsipnya mengatur bahwa pengelolaan keuangan Desa dilakukan oleh kepala Desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa. Seiring dengan semangat Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, bahwa adanya Otonomi yang dimiliki oleh Desa yang merupakan hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri pengelolaan keuangan desa, yang ditetapkan oleh Bupati dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Agar terciptanya transparansi dan kelancaran pengelolaan keuangan desa dan kepastian pertanggungjawaban pelaksanaannya, dibutuhkan Peraturan Daerah yang mengatur pengelolaan keuangan desa yang bertujuan : 1. Memberikan kewenangan kepada Desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya sendiri dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku ; 2. Dalam rangka untuk mensejahterakan masyarakat desa. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik desa yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Ayat (2) Ayat (3)

Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan bendahara penerimaan adalah petugas yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Desa. Ayat (2) Yang dimaksud dengan bendara pengeluaran adalah petugas yang ditunjuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Belanja Desa. Ayat (3) Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (1) Huruf a Huruf b Dari bagi hasil pajak daerah Kabupaten paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) diberikan langsung kepada Desa. Dari retribusi Kabupaten sebagian diperuntukan bagi desa yang dialokasikan secara proporsional. Huruf c Yang dimaksud dengan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah terdiri dari dana bagi hasil pajak dan sumberdaya alam ditambah dana alokasi umum setelah dikurangi belanja pegawai. Dana dari Kabupaten diberikan langsung kepada Desa untuk dikelola oleh Pemerintah Desa, dengan ketentuan 30% (tiga puluh per seratus) digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD dan 70% (tujuh puluh per seratus) digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Huruf d Bantuan dari Pemerintah diutamakan untuk tunjangan penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa. Bantuan dari Propinsi dan Kabupaten digunakan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan Desa. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 12 Pasal 13 Yang dimaksud dengan desa tidak dibenarkan memungut pajak dan retribusi daerah adalah dalam pemungutan pajak tidak boleh dipungut dua kali. Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Yang dimaksud Rencana Kerja Pembangunan Desa adalah Desa harus membuat Rencana Kerja Pembangunan Jangka Menengah yang ditungkan dalam keputusan kepala Desa yang berpedoman pada Peraturan Daerah. Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30

Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Yang dimaksud dengan ketentuan lebih lanjut adalah hal-hal yang mengatur mengenai pelaksanaannya. Pasal 38 TAMBAHAN LEMBARAN DARAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11