Titiek Hidayati 1, Tika Nur Eka Pertiwi 2

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

Sri Wulandari : Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu 2017

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

With the Actions of Smoking within Students of 9 State High School Manado.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK DI KELURAHAN SAWAH BESAR RW VII. Manuscript

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NEONATUS DI PUSKESMAS II KARANGASEM BALI TAHUN 2013

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. impotensi, emfisema, dan gangguan kehamilan (Pergub DIY, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB IV METODE PENELITIAN

cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja (adolescence) dalam bahasa inggris,

Leni Armayati. [Diterima Juli 2014; Disetujui Agustus 2014]

Interactive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP Kelas IX Husni Thamrin Medan tentang Bahaya Rokok terhadap Timbulnya Penyakit Paru.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI PUSKESMAS INDUK KOTA SEMARANG

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

Identifikasi Masalah. Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

Transkripsi:

Relation Between Family s APGAR Score and Level of Knowledge of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta s Students with The Response of Rector s Decree about No Smoking Areas Implementation 1 Hubungan Skor APGAR Keluarga dan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan Respon Surat Keputusan Rektor tentang Kawasan Tanpa Rokok Titiek Hidayati 1, Tika Nur Eka Pertiwi 2 1 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT Smoking until now still being a national problem that needs to be continuously effective mitigation. Indonesia health research in 2010 showed that the prevalence of smokers in Indonesia are 34.7% of the population. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) has a implementation about no smoking areas in SK No. 164/SK-UMY/XII/2011. Knowledge is one of the factors of compliance with regulations. Teenage smoker usually comes from households that less happy. The function of family can be measured by APGAR s score. This study aimed to determine the coprelation between family s APGAR score and level of knowledge of UMY s students with the response of rector s decree about no smoking areas implementation. The design of the reearch is observasional analytic cross-sectional study. The population is students of UMY, and there are 100 samples taken by purposive sampling. Data is taken by quetsionaire and the research is done for 3 months. The research s data is analysed by chi-square. The results of bivariate analysis found that there is a positive correlation between family s APGAR score (PR=2,3; p=0,084; CI=0,9-5,8) and level of knowledge (PR=3,3; p=0,009; CI=1,3-8,3) of UMY s students with response of rector s decree about no smoking areas implementation. It can be concluded that good knowledge level and family s APGAR score of UMY s students will improve the response of rector s decree about no smoking areas implementation. Key word: no smoking areas, level of knowledge, family s APGAR score, rector s decree

2 Intisari Merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terusmenerus diupayakan penanggulangannya. Hasil riset kesehatan Indonesia tahun 2010 memperlihatkan prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,7% dari jumlah penduduk. Peraturan kampus yaitu SK No. 164/SK-UMY/XII/2011 merupakan suatu implementasi dari kawasan tanpa rokok (KTR). Pengetahuan adalah salah satu faktor kepatuhan terhadap peraturan. Perokok remaja cendrung berasal dari lingkungan rumah tangga kurang bahagia. Fungsi keluarga diukur dengan APGAR keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa UMY dan skor APGAR keluarga dengan respon surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok. Disain penelitian ini adalah observasional analytic-cross sectional. Populasi yang digunakan adalah mahasiswa UMY. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Subjek dipilih secara purposive sampling dan diambil 100 mahasiswa UMY. Penelitian dilakukan selama 3 bulan. Data penelitian ini dianalisis dengan chi-square. Hasil penelitian pada analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara skor APGAR keluarga (PR=2,3; p=0,084; CI=0,9-5,8) dan tingkat pengetahuan (PR=3,3; p=0,009; CI=1,3-8,3) mahasiswa UMY dengan respon terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan skor APGAR keluarga mahasiswa UMY yang baik akan meningkatkan respon untuk melaksanakan surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok. Kata Kunci: KTR, tingkat pengetahuan, skor APGAR keluarga, surat keputusan rektor

3 Pendahuluan Survei remaja sekolah (Global Youth Tobacco Survey) di Jakarta tahun 2002 menunjukkan bahwa 83,5% remaja sekolah terpapar asap rokok di tempattempat umum. Walaupun 90% dari mereka setuju adanya pelarangan merokok di tempat umum, tetapi hanya 57% yang tahu bahaya rokok orang lain bagi kesehatan. Anak-anak yang terpapar secara tetap oleh asap tembakau lingkungan menunjukkan peningkatan kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan kronis, infeksi telinga bagian tengah, penurunan fungsi paru, asma, dan kematian mendadak pada bayi 1. Asap rokok mengandung lebih dari 4000 komponen kimia (misalnya: tar, nikotin, dan karbon monoksida) dan banyak dari komponen tersebut bersifat racun, mutagenik, dan karsinogenik 2. Tidak ada batas aman untuk asap rokok orang lain (AROL). Hasil survei menunjukkan bahwa jumlah perokok pasif perempuan di Indonesia 62 juta dan lakilaki 30 juta, dan yang paling menyedihkan adalah jumlah anak usia 0-4 tahun yang terpapar AROL sebesar 11,4 juta anak. Perokok pasif ini mempunyai risiko terkena penyakit kanker 30 % lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terpapar asap rokok, juga terkena penyakit jantung iskemik yang disebabkan oleh asap rokok 3. Menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) pada tahun 2011, 51,3% populasi di Indonesia terpapar asap rokok di lingkungan kerja, 78,4% terpapar asap rokok di rumah, dan 85,4% terpapar asap rokok di tempat makan umum 1. Delapanpuluh satu persen remaja terpapar asap rokok di tempat umum dan 65% terpapar asap rokok di rumah 4. Peraturan kampus bersih dan bebas asap rokok merupakan suatu penerapan atau implementasi dari kawasan tanpa rokok. Peraturan tersebut tercantum dalam SK No. 164/SK-UMY/XII/2011. Peraturan ini berlaku untuk semua pihak yang berada dalam lingkup Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, salah satunya adalah mahasiswa. Namun, masih banyak mahasiswa yang melanggar peraturan

4 tersebut dan akan berdampak terganggunya kenyamanan 5. Penelitian di Afrika Selatan pada tentang pedoman kawasan tanpa rokok sebagai upaya untuk mewujudkan Indonesia sehat dan untuk tahun 2006 menunjukkan bahwa 86% menyempurnakan peraturan-peraturan mahasiswa setuju dengan adanya kawasan tanpa rokok 6.Penelitian cross sectional oleh National Health Interview Survey di Amerika Serikat pada tahun 2010 menyebutkan bahwa ada hubungan yang positif antara anjuran berhenti merokok dengan perilaku berhenti merokok. Sekitar 68,8% orang berhenti merokok setelah menerima anjuran berhenti merokok oleh Health Care Providers 7. Pemerintah telah mengeluaran Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, pada pasal 115 disebutkan tentang penerapan kawasan tanpa rokok 8. Peraturan tentang penetapan kawasan tanpa rokok dikeluarkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/Menkes/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011 sebelumnya 3. Pemerintah provinsi DIY juga mengeluarkan Peraturan Daerah provinsi DIY nomor 5 tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pasal 11: Setiap orang dilarang merokok dikawasan dilarang merokok dan peraturan gubernur DIY nomor 42 tahun 2009 tentang kawasan dilarang merokok. Penelitian di Universitas Diponegoro menyebutkan bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang kawasan tanpa rokok memiliki kecenderungan untuk tidak mematuhi peraturan kawasan tanpa rokok 1,5 kali lebih besar dibanding dengan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik 9. Di dalam keluarga terjadi interaksi dan komunikasi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan. Remaja perokok adalah remaja yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan

5 memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok dibanding remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga bahagia 10. Pengukuran fungsi keluarga dengan menggunakan skor APGAR keluarga. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian tentang hubungan skor APGAR keluarga dan tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan respon surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok perlu dilakukan. Metode Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UMY. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi yaitu: 1) kriteria eksklusi yaitu mahasiswa yang mengisi kuesioner selama penelitian secara tidak lengkap. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta selama 3 bulan pada tahun 2013. Penelitian ini terbagi atas 2 variabel, yaitu variabel tergantung (tingkat pengetahuan, skor APGAR keluarga) dan variabel terikat (respon terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok, fungsi fisiologis keluarga dengan skor APGAR, respon terhadap surat keputusan tentang peraturan kawasan tanpa rokok. Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap, yakni tahap pra-penelitian, persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Tahap pra-penelitian berupa observasi dan studi pendahululuan di MTCC mahasiswa aktif UMY, 2) mahasiswa (Muhammadiyah Tobacco Control bersedia untuk menjadi responden, 3) mahasiswa mengerti maksud dan tujuan dari penelitian ini, sedangkan untuk Centre), mengurus perijinan ke pihak FKIK UMY. Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan di mana dimulai dengan

6 pembagian kuesioner dan diakhiri dengan pengisian kuesioner oleh reponden. Tahap terakhir, yakni tahap penyelesaian berupa editing, coding, tabulasi, pengolahan, dan 35% Baik 65% Kurang analisis data menggunakan program komputer. Pengolahan data untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel dengan menggunakan crosstab. Hasil Penelitian Responden penelitian ini berjumlah 100 mahasiswa UMY. Pada gambar 1 dapat diketahui usia responden, rata-rata usia responden adalah antara 18-21 tahun Gambar 2. Distribusi responden menurut karakteristik tingkat pengetahuan Fungsi keluarga responden dapat diketahui dari kuesioner fungsi keluarga APGAR dari gambar 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden memiliki fungsi keluarga yang baik (71%) dibandingkan dengan fungsi keluarga cukup-kurang. (92%). 7% 1% 92% < 18 18-21 > 21 14% 15% 71% Baik Cukup Kurang Gambar 1. Distribusi responden menurut karakteristik usia. Untuk tingkat pengetahuan, dapat diketahui dari gambar 2 bahwa sebagian besar responden (65%) memiliki tingkat Gambar 3. Distribusi responden menurut karakteristik skor APGAR keluarga Sebagian besar responden adalah mahasiswa fakultas kesehatan (73%) hal tersebut bisa dilihat dari gambar 4. pengetahuan yang baik tentang peraturan surat keputusan resktor tentang kawasan tanpa rokok.

7 27% Kesehatan 27% Melaksana kan 73% Non Kesehatan 73% Belum Melaksana kan Gambar 4. Distribusi responden menurut karakteristik fakultas responden Responden yang perokok lebih sedikit dibandinga dengan responden yang bukan perokok. Responden yang perokok ada 26% dari total responden. Hal tersebut bisa diketahui dari gambar 5. Gambar 6. Distribusi responden berdasrkan karakteristik respon terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok Hubungan antara tingkat pengetahuan dan respon terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok, digambarkan dalam histogram berikut: 74% 26% Perokok Non Perokok % 40 20 0 39 34 12 15 19 tahun 51 49 > 19 tahun Belum Total RR=0,7; p=0,425; CI=0,3-1,7 Gambar 5. Distribusi responden menurut karakteristik status perokok Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa responden sebagian besar (73%) sudah melaksanakan surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok. Hasil tersebut bisa dilihat dari gambar 6. Gambar 7. Grafik analisis bivariat karakteristik usia dengan respon terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok Pada gambar 7 ditunjukkan bahwa mahasiswa yang berusia 19 tahun (39%) dan > 19 tahun (34%) sebagian besar sudah melaksanakan peraturan kawasan tanpa rokok, namun hasil tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0,05).

8 % Gambar 8. Grafik analisis bivariat karakteristik status perokok dengan respon terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok Dari gambar 8 dapat diketahui bahwa mahasiswa yang bukan perokok (%) mempunyai kecenderungan untuk melaksanakan peraturan kawasan tanpa rokok dibadingkan mahasiswa perokok (13%), dan hasil tersebut bermakna secara statistik (p<0,05). % 80 40 20 0 80 40 20 0 26 13 13 14 Merokok Gambar 9. Grafik analisis bivariat karakteristik fakultas responden dengan respon terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok Pada gambar 9 dapat diketahui bahwa mahasiswa fakultas kesehatan (%) mempunyai kecenderungan untuk yang mematuhi peraturan kawasan tanpa rokok dibandingkan dengan mahasiswa 74 Tidak Merokok PR=4,3; p=0,002; CI=1,6-11,2 27 1314 13 73 Non Kesehatan Kesehatan Belum Total PR=5,0; p=0,001; CI=1,9-13,0 Belum Total non kesehatan (13%), dan hasilnya bermakna secara statistik (p<0,05). % Gambar 10. Grafik analisis bivariat karakteristik tingkat pengetahuan dengan respon terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok Dari hasil yang ada pada gambar 10 dapat diketahui bahwa mahasiswa dengan pengetahuan baik (53%) mempunyai kecenderungan untuk mematuhi peraturan dibandingkan dengan mahasiswa yang mempunyai pengetahuan kurang (20%), dan hasil tersebut bermakna secara statistik. % 80 40 20 0 80 40 20 0 53 35 20 15 12 Kurang Baik Gambar 11. Grafik analisis bivariat karakteristik skor APGAR keluarga dengan respon surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok Dari hasil gambar 11 dapat diketahui bahwa mahasiswa dengan skor 65 PR=3,3; p=0,009; CI=1,3-8,3 56 28 17 11 16 Kurang- Cukup Baik 72 Belum Total PR=2,3; p=0,084; CI=0,9-5,8 Belum Total

9 APGAR keluarga baik (56%) mempunyai kecenderungan untuk mematuhu peraturan kawasan tanpa rokok dibandingkan dengan mahasiswa dengan skor APGAR keluarga cukup-kurang (17%), namun hasil tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Tabel 1. Hasil Analisis Multivariat Hubungan Tingkat Pengetahuan, Skor APGAR Keluarga, Status Merokok, dan Fakultas Mahasiswa UMY dengan Respon terhadap Surat Keputusan Rektor tentang Kawasan Tanpa Rokok pada bulan Mei-Juli 2013 Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Variabel B SE P PR 95% CI APGAR 0,12 0,58 0,84 1,13 0,36-3,5 Fakultas -11,18 40192 1,00 0,00 0,00 Status Merokok 20,70 40192 1,00 1E+009 0,00 Pengetahuan -1,04 0,51 0,42 0,34 0,13-0,97 Konstanta 1,89 0,39 0,00 6,63 Fakultas -23,00 40192 1,00 0,00 0,00 Status Merokok 20,66 40192 1,00 9E+008 0,00 Pengetahuan -1,04 0,50 0,04 0,36 0,14-0,97 Konstanta 1,91 0,38 0,00 6,72 Fakultas -1,50 0,51 0,003 0,22 0,08-0,61 Pengetahuan -1,06 0,49 0,032 0,35 0,13-0,91 Konstanta 1,93 0,38 0,00 6,87 Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tergantung adalah fakultas dan tingkat pengetahuan (langkah 3). Tingkat pengetahuan memiliki kekuatan lebih besar (PR=0,35) dibandingkan dengan fakultas (PR=0,22) dan hasil tersebut bermakna secara statistik (p<0,05). Pembahasan Pengetahuan adalah domain yang penting untuk terbentuknya perilaku seseorang 11.Pengetahuan terhadap surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok telah tertuang dalam SK No. 164/SK-UMY/XII/2011 12. Gambar 10 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik akan melaksanakan peraturan surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok. Pada gambar 10 juga menunjukkan bahwa mahasiswa dengan pengetahuan kurang akan memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk tidak mematuhi peraturan surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok. Dari data yang sudah dianalisis secara bivariat menunjukkan hasil yang bermakna (p<0,05). Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah

10 pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya 11. Perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa mahasiswa dengan pengetahuan yang baik akan memiliki probabilitas untuk mematuhi peraturan sebesar 87%, sedangkan mahasiswa dengan tingkat pengetahuan kurang akan memiliki probabilitas untuk mematuhi peraturan sebesar 35%. Hasil penelitian Puswitasari (2012), menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna (p=0,007) antara tingkat pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok dengan kepatuhan terhadap peraturan kawasan tanpa rokok pada karyawan dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Gambar 9 menunjukkan bahwa responden dengan skor APGAR keluarga yang baik akan melaksanakan peraturan surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok. Pada gambar 9 juga menunjukkan bahwa mahasiswa dengan skor APGAR keluarga kurang-cukup akan memiliki peluang 2,3kali lebih besar untuk tidak mematuhi peraturan surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok, namun hasil tersebut tidak bermakna secara statistik. Dari penelitian Puswitasari (2012) tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap kawasan tanpa rokok pada mahasiswa antara lain adalah latar belakang perilaku merokok dan tingkat pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok, sedangkan tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok tidak berpengaruh kepada kepatuhan terhadap peraturan. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa orang denganlatar belakang perilaku merokok mempunyai risiko 1,6 kali untuk tidak patuh terhadap peraturan kawasan tanpa rokok. Pada orang yang tidak tahu tentang peraturan kawasan tanpa rokok mempunyai risiko 1,3 kali untuk tidak patuh terhadap kawasan tanpa rokok. Hasil penelitian lain di RSUP Kariadi Semarang, menunjukkan bahwa pengunjung RSUP yang berpengetahuan baik tentang kawasan tanpa rokok akan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan tersebut 13.

11 Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja. Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui tranmisi dari generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertikal yaitu dari lingkungan keluarga, lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui tranmisi horisontal melalui lingkungan teman sebaya. Namun demikian, yang paling besar memberikan kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah merokok. Pertimbangan emosional lebih dominan dibandingkan dengan pertimbangan rasional bagi perokok 14. Hasil penelitian Adisaputo (2010) menyebutkan bahwa hubungan faktor keluarga terhadap perilaku merokok pada pelajar SMAN 1 Depok Yogyakarta tidak bermakna secara statistik (p = 0,469). Meskipun data tidak bermakna secara statistik, namun dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dengan faktor keluarga yang kurang-cukup mempunyai risiko 2,3 kali lebih besar untuk tidak mematuhi peraturan dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki fungsi keluarga baik. Simpulan 1. Tingkat pengetahuan dan fungsi keluarga (dengan skor APGAR keluarga) yang baik akan meningkatkan respon untuk melaksanakan peraturan surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok. 2. Terdapat hubungan antara skor APGAR keluarga mahasiswa UMY dengan respon surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok meskipun tidak bermakna secara statistik. 3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa UMY dengan respon surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok dan bermakna secara statistik. Saran 1. Dalam upaya untuk meningkatkan respon mahasiswa UMY terhadap surat keputusan rektor tentang

12 kawasan tanpa rokok dapat dilakukan sosialisasi yang bertahap supaya meningkatkan tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap peraturan tersebut. 2. Penelitian ini hanya melihat hubungan antara skor APGAR keluarga dan tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan respon surat keputusan rektor tentang kawasan tanpa rokok, diharapkan para peneliti selanjutnya dapat menghubungkan dengan variabel lain, misalnya dengan kadar nikotin di dalam darah atau usia sejak mulai merokok. Daftar Pustaka 1. Nurkania, Nia. 2007. Pengaruh Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah terhadap Sikap dan Perilaku Berhenti Merokok di Kalangan Siswa SMA di Bogor. Karya Tulis Ilmiah Strata dua, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2. Rikara, D. 2006. Meminimalkan Resiko Perokok Pasif. Diakses 8 Januari 2008, dari http://www.pikiranrakyat.com/cetak/ 3. Depkes. 2011. Permenkes No. 188/Menkes/PB/I/2011 No. 7 tahun 2011 tentang pedoman kawasan tanpa rokok. Jakarta 4. Pardono, K. 2002. Passive Smokers, The Forgotten Disaster. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI 5. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2011. Implementasi Surat Keputusan Rektor tentang Kawasan Bersih dan Bebas Asap Rokok. Yogyakarta: UMY 6. Awotedu, A.A., Jordaan E.R., Ndukwana O.Z.B., Flpaza N.O., Martinez J., Foyaca, H. 2006. The smoking habits, attitudes towards smokingand knowledge regarding anti-smoking legislation of students in institutions of higher learning in the Eastern Cape Province of South Africa. 48 (9). 14 7. CDC. 2012. Health Care Providers Advice to Quit Smoking, National Health Interview Survey, 2000, 2005, and 2010. 9, 1-7 8. Depkes. 2009. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009. Jakarta 9. Puswitasari, Amalia. 2012. Faktor Kepatuhan Mahasiswa dan Karyawan terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: FK UNDIP 10. Priyatin, Bibit., Marsito., Sarwono. 2009. Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Perilaku Merokok Remaja di Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 5 (1), 11-25. 11. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 12. UMY. 2011. Implementasi Surat Keputusan Rektor SK No. 164/SK- UMY/XII/2011 tentang Kawasan Bersih dan Bebas Asap Rokok. Yogyakarta: UMY 13. Solicha, Rizkia Amalia. 2012. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pengunjung di Lingkungan RSUP

dr. Kariadi tentang Kawasan Tanpa Rokok. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: FK UNDIP 14. Komalasari, Dian & Helmi, Avin Fadilla. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press 13