BAB I PENDAHULUAN. Press, 2010, hlm Doantarayasa, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab. 3 Penyampaian pelajaran pada peserta didik di sekolah akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Asemrowo Surabaya untuk mengamati berbagai kendala yang

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

Oleh: ROHAYATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB I PENDAHULUAN. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB II PEMBELAJARANA MODEL JIGSAW DAN MATERI QURBAN

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm Haryono, Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2009), hlm Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 29

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan. hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2005.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULAN !"#$% &'(! -.(/"#0 7!"18 9 $18 :;<;=

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

íóñúýóúö Çááøóåõ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ ãöäúßõãú æóçáøóðöíäó ÃõæÊõæÇ ÇáúÚöáúãó ÏóÑóÌóÇÊò. 2

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. dengan Tuhannya. Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang menyenangkan, duduk berjam-jam mendengarkan guru menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB. I PENDAHULUAN. pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. I,

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 417

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

B. KETERBATASAN PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan pasal 3 menyebutkan, bahwa: 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 1 Keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus sisap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompokknya yang lain. Meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. 2 Sementara model Jigsaw dipilih karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah lebih mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi dari berbagai sumber belajar untuk dipresentasikan di depan kelas. 3 Mengembangkan kemampuan dapat dipahami bahwa pendidikan nasional menganut aliran konstruktivisme, yang mempercayai bahwa peserta didik adalah manusia yang potenisal dan 1 Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Yuma Pustaka Press, 2010, hlm. 37 2 Doantarayasa, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, http://ipotes.wordpress.com/ 2008/05/15 diakses tanggal 13 Juli 2009. 3 Amir Syarifudin, Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar, Jurnal. Vol VI No. 2008, hlm. 13 12 1

dapat dikembangkan secara optimal melalui proses pendidikan. Artinya bahwa setiap layanan pendidikan di Indonesia harus dipersepsi secara sama bahwa bahwa peserta didik memiliki potensi yang luar biasa dan perlu difasilitasi melalui proses pendidikan untuk mengembangkan potensinya. Lahirnya era globalisasi di penghujung melenia kedua ini, telah membuka wawasan dan kesadaran masyarakat yang diikuti dengan munculnya harapan dan kecemasan. Harapan dan kecemasan tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya perubahan nilai, identitas, keperibadian, pola pikir, serta kepentingan dan keyakinan sebagai wujud terakumulasi dan teradaptasi budaya heteroginitas secara global tanpa adanya sekatsekat (diding pemisah). 4 Terjadinya akselerasi perubahan pada era globalisasi ini, setidaknya mampu membuka mata untuk melihat fenomena kemandegan dunia pendiidkan secara umum dan pendidikan Islam khususnya dalam kerangka mengantarkan dan membentuk manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. 5 Dalam konteks ini, dunia menyisakan sejumlah tantangan bagi setiap bangsa, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Kegagalan sekolah atau madrasah dalam membentuk siswa yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik ini, menyebabkan banyak anak kurang memiliki kesantunan di lingkungan rumah, 4 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta. CV Misaka Ghaliza 2003) cet II, hlm: 1 5 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam PAIKEM (Semarang, Rasail Media Group 2011), cet VI, hlm: 1 2 11

1. Manfaat Teoritis Melalui hasil penelitian tindakan ini dapat memberi masukan/informasi (referensi) dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran Fiqih dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di MI Walisongo Rajek. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pengajaran sekolah. b. Bagi guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan guru dapat lebih mengetahui secara tepat pembelajaran cooperatif learning dengan model jigsaw pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran Fiqih. c. Bagi siswa Siswa sebagai subyek dari penelitian ini, yang langsung dikenai tindakan, seharusnya ada perubahan-perubahan dalam diri siswa baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor dan kebiasaan belajar efektif sehingga penelitian sangat menguntungkan bagi siswa. sekolah dan masyarakat, bahkan sering terlibat dalam berbagai tindak kekerasan massal dan perilaku yang cenderung menyimpang. Menanggapi permasalahan ini, seorang pakar keislaman Amin Abdullah mengatakan bahwa pendidikan agama kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa melalui berbagai cara, media dan forum. 6 Perubahan kurikulum di Indonesia pada tahun 2006 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sebentar lagi akan diganti dengan kurikulum 2013, perubahan kurikulum ini harus diikuti oleh perubahan paradigma dalam proses pembelajaran. Selama ini yang terjadi dalam proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru (teacher center), harus berubah menjadi proses pembelajaran yang banyak melibatkan siswa (student center), sehingga potensi siswa dapat berkembang dan menuntut aktivitas siswa lebih banyak, bahkan akan lebih baik lagi jika siswa lebih banyak aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian tujuh pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO dapat tercapai, yakni belajar untuk mengetahui (learning to know), learn how to learn (belajar bagaimana belajar) learning how to do (belajar berbuat), learning how to life together (belajar bagaimana hidup dalam kebersamaan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri), learning how to have a mastery of local (belajar menyesuaikan diri dengan kebutuhan lokal) learning how to understand a nature (God made) (belajar memahami lingkungan 6 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam PAIKEM, hlm: 2 10 3

sekitar). 7 Esensi Pendidikan Agama Islam di Indonesia terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa serta dapat tampil sebagai khalifatullah fi al-ard. Esensi ini menjadi acuan terhadap metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang maksimal. 8 Mengingat keragaman budaya, latar belakang dan karakteristik siswa, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dituntut harus fleksibel, menggunakan metode yang bervariasi, dan memenuhi standar mutu pendidikan. Dengan demikian, proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Untuk itu penelitian ini akan mempelajari mengenai konsep pembelajaran aktif dan metode pembelajaran aktif. Kurikulum Pendidikan Nasional 2013 merupakan revisi dari kurikulum 2006 yang akan mengarah kepada perkembangan karakter. Diharapkan dengan kurikulum ini nantinya akan membawa perubahan kearah yang positif bagi bangsa Indonesia khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Banyak orang salah dalam memaknai pendidikan karakter, diantara ketidaktepatan makna yang ada saat ini adalah: 1. Pendidikan karakter diartikan dengan mata pelajaran agama dan PKn 7 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam hlm: 39 8 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam PAIKEM, hlm: 3 C. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan penulis kaji dalam karya tulis ini adalah tentang upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran materi qurban kelas V MI Rajek Tahun Pelajaran 2012/2013 Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Penulis dapat menyajikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cooperatif lerning model jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar fiqih pada siswa Kelas V di MI Walisongo Rajek? 2. Bagaimana cooperatif lerning model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar fiqih pada siswa Kelas V di MI Walisongo Rajek? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan metode pembelajaran cooperatif learning dengan model jigsaw siswa kelas V pada semester I materi pokok materi qurban di MI Walisongo Rajek ; 2. Untuk memperoleh data sejauh mana metode pembelajaran cooperatif learning dengan model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa kelas V materi pokok materi qurban di MI Walisongo Rajek. Sedangkan manfaat dari penelitian yang penulis laksanakan adalah sebagai berikut: 4 9

pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan seharihari, serta Fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, qurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. 4. Pengertian Qurban Qurban menurut bahasa berarti mendekatkan atau pendekatan. Sedangkan qurban menurut istilah adalah usaha pendekatan diri seorang hamba kepada Allah SWT dengan jalan menyembelih binatang yang halal sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat yang telah di terima. 5. Pengertian Cooperatif Learning Jigsaw Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kondisi semacam ini diharapkan tercipta suasana saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya berasal dari guru dan buku saja melainkan teman sesama. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis ajukan sebuah penelitian dengan pembahasan tentang Upaya Meningkatan Prestasi Belajar Fiqih Materi Pokok Mengenal Ketentuan Qurban Dengan Menggunakan Pembelajaran Cooperatif Learning Model Jigsaw Pada Siswa Kelas V DI MI Walisongo Rajek Tahun Pelajaran 2012/2013 2. Pendidikan karakter disamakan dengan mata pelajaran budi pekerti 3. Pendidikan karakter disamakan sama dengan adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP. 9 Menurut Dharma Kusuma bahwa pendidikan karakter dalam setting kelas adalah pengajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Dengan menrujuk pada pengertian ini kiranya tepat sekali jika penulis memilih pembelajaran metode kooperatif learning model jigsaw pada penelitian kali ini. Karena pembelajaran metode kooperatif menitikberatkan pada kerjasama antar siswa yang nantinya akan mengembangkan karakter mereka untuk selalu bergotong-royong dalam kehidupan mereka. Kurikulum ini baru akan diberlakukan untuk tahun ajaran 2013/2014 mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi. Kurikulum Pendidikan Nasional 2013 juga menuntut adanya keaktifan dari siswa, sehingga kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Metode pembelajaran cooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Sekolah, hlm; 5 9 Dharma Kesuma dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktik Di 8 5

Sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib, Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialiasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat dan kelebihan masing-masing. 10 Dalam mengembangkan fitrah ini manusia tidak bisa dengan serta merta langsung tumbuh dan berkembangan menjadi makhluk yang istimewa, paling indah dan paling tinggi derajatnya tanpa adanya tindakan untuk berimplementasi belajar mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. B. Penegasan Istilah Untuk memperjelas judul dalam karya ilmiah ini, maka penulis menguraikan kata kunci, dengan tujuan untuk mengindari kesalahpahaman makna dari beberapa istilah, yakni: 1. Pengertian Prestasi Dalam kamus Bahasa Indonesia, prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). 11 10 Wahyu Widyaningsih, et.al., Cooperative Learning Sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika, http://tpcommunity05.blogspot.com, diakses tanggal 13 Januari 2013 11 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 768 Berdasarkan literatur tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa prestasi adalah kecakapan atau hasil yang telah dicapai pada saat atau periode tertentu oleh individu. 2. Pengertian Belajar Belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahamanpemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia sekeliling siswa 12. Pengertian belajar menurut Lee J. Cronbach dalam Oemar Hamalik: Learn is shown by a change in behavior as result of experience. 13 Artinya: Belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman. Dengan demikian yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah perubahan pada tingkah laku seseorang sebagai akibat dari latihan dan pengamalan yang di laksanakan secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan. 3. Pengertian Fiqih Ilmu Fikih menurut istilah syar i yaitu ilmu dengan hukumhukum syar i amaliah yang dipraktikkan dan dikemukakan secra mendetail. 14 Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara 12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm 92 13 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 231. 14 Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Rineka Cipta: 2005), cet. 5 hlm. 1. 6 7