Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan mini-larva Hermetia illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL. Tabung. Alat. Gambar 1 Cara memberi makan imago. terakhir berhasil hingga sempurna (telurlarva-pupa-imago-telur).

MANAJEMEN PENGEMBANGAN MAGGOT MENUJU KAWASAN PAKAN MINA MANDIRI

POTENSI MAGGOT UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN STATUS KESEHATAN IKAN

POTENSI MAGGOT SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PROTEIN PAKAN IKAN

EFEKTIFITAS MEDIA PERTUMBUHAN MAGGOTS Hermetia illucens (Lalat Tentara Hitam) SEBAGAI SOLUSI PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Maggot merupakan larva lalat black soldier atau serangga bunga, memiliki

Biokonversi Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Trichoderma Sp. dan Larva Black Soldier Fly Menjadi Bahan Pakan Unggas

D120 - REDUKSI LIMBAH PALM KERNEL MEAL DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN LARVA HERMETIA ILLUCENS

Produksi dan Kandungan Protein Maggot (Hermetia illucens) Dengan Menggunakan Media Tumbuh Berbeda

PENGGUNAAN AMPAS TAHU dan KOTORAN AYAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MAGGOT (Hermetia illucens)

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.14 No.4 Tahun 2014

PERKEMBANGAN DAN FEKUNDITAS SERANGGA Hermetia illucens (STRATIOMYIDAE, DIPTERA) YANG DIBERI PAKAN BUNGKIL KELAPA SAWIT YANG DIPERKAYA DESI ARDIANTI

bio.unsoed.ac.id HEWAN AVERTEBRATA SEBAGAI PAKAN IKAN LELE, Suatu Bahan Penyuluhan:" Pemanfaatan Belatung Ampas Tahu Sebagai Pakan PURWOKERTO

Perkembangan dan Kandungan Nutrisi Larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera: Stratiomyidae) pada Bungkil Kelapa Sawit

Penggunaan Bungkil Inti Kelapa Sawit Hasil Biokonversi sebagai Substrat Pertumbuhan Larva Hermetia illucens L (Maggot)

PENGAPLIKASIAN MAGGOT SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN PADA IKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PEMANFATAN MAGGOT YANG DIPERKAYA DENGAN ZAT PEMICU WARNA SEBAGAI PAKAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN HIAS RAINBOW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

Hormon Jantanisasi Ikan Untuk Sex Reversal Ikan Jantan dan Pelet Stimulan Pakan Ikan (SPI) Untuk Pembesaran Ikan

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 37 No. 2 : (Juli 2017) ISSN

PEMATANGAN GONAD IKAN PALMAS (Polypterus senegalus) DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN YANG BERBEDA

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

Studi Laju Umpan pada Proses Biokonversi Limbah Pengolahan Tuna...(Arif Rahman Hakim et al.)

Agustin Zarkani 1 *, Miswarti 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

Performa ikan hias rainbow kurumoi (Melanotaenia parva Allen, 1990) dengan pemberian maggot

PENGOLAHAN SAMPAH MELALUI PEMANFAATAN BIO KONVERSI LARVA LALAT TENTARA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

EKSISTENSI INDUSTRI TEPUNG IKAN DI KOTA TEGAL, JAWA TENGAH

UJI KUALITAS IMBANGAN LIMBAH INDUSTRI IKAN NILA DENGAN IKAN PORA PORA (Mystacoleucus padangensis) SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI MAGGOT DENGAN PAKAN BUATAN (PELET) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN SENDIRI, PABRIK DAN ALAMI TERHADAP BOBOT IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) SKRIPSI PAULINA AULIYA LUBIS

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC

Pertumbuhan Benih Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) dengan Pemberian Pakan Tambahan Berupa Maggot

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH UDANG DENGAN PENGOLAHAN FILTRAT AIR ABU SEKAM FERMENTASI EM-4 DAN KAPANG

STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS

I. P E N D A H U L U A N

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

PEMANFAATAN MANURE HASIL DEGRADASI LARVA LALAT HITAM (Hermetia illucens L) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN TERHADAP PENAMPILAN AYAM BURAS FASE GROWER

I. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan

PEMANFAATAN MAGGOT SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN PADA PAKAN IKAN NIL A (Oreochromis niloticus)

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA

BPTP Jakarta Bl ac k So l d i er Fl y

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH MAKAN UNTUK PAKAN IKAN LELE DI UPR MITRA CAMBAI PRABUMULIH

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

II. POTENSI PEMANFAATAN BLACK SOLDIER FLY, UNTUK PAKAN TERNAK. April Hari Wardana

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 37 No. 2 : (Juli 2017) ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Pemeliharaan Ikan Botia (Botia macracantha) dengan Pemberian Pakan Komersial dan Pakan Hidup (Pheretima sp.)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

Tingkat Densitas Populasi Maggot Pada Media Yang Berbeda

Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai Sumber Protein Alternatif untuk Pakan Ternak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

PENYULUHAN PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN SEBAGAI PAKAN LELE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.KUALITAS TELUR IKAN

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

Transkripsi:

PROS SEM NS MSY IODIV INDON Volume 1, Nomor 1, Maret 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 139-144 DOI: 10.13057/psnmbi/m010124 Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan mini-larva Hermetia illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan Optimization of bioconversion by using mini larvae Hermetia illucens to address aquafeeds shortage MELT RINI FHMI alai Penelitian dan Pengembangan udidaya Ikan Hias. Jl. Perikanan No 13 Pancoran Mas, Depok 16436, Jawa arat, Indonesia. Tel./Fax. +62-21- 7520482. email: meltarini.fahmi@kkp.go.id Manuskrip diterima: 9 Desember 2014. Revisi disetujui: 12 Januari 2015. bstrak. Fahmi MR. 2015. Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan mini-larva Hermetia illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. Pros Sem Nas Masy iodiv Indon 1 (1): 139-144. iokonversi merupakan sebuah proses alami yang melibatkan larva serangga untuk menyerap nutrient dari limbah-limbah organic menjadi biomasa larva serangga. Larva ini akan menjadi sumber protein dan lemak hewani untuk kebutuhan budidaya ikan. Dalam proses biokonversi banyak menggunaka larva serangga Hermetia illucens (Famili; Stratiomidae, Ordo; Diptera) karena merupakan agen biodegradasi. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, pertama yaitu mempelajari siklus hidup serangga H. illucens untuk mendapatkan larva serangga atau dikenal dengan istilah maggot; tahap kedua yaitu pemanfaatan maggot dalam mendegradasi limbah organik dan tahap ketiga aplikasi maggot sebagai bahan baku pakan ikan gurame (60 g). Hasil penelitian menunjukkan telur H. illucens akan menetas setelah 3 hingga 6 hari, fase larva terjadi selama 3 hingga 4 pekan, fase pre-pupa akan meninggalkan sumber makanan dan menuju tempat yang lebih kering dan pupa akan menetas setelah satu pekan, lama hidup serangga dewasa yaitu 1-2 pekan. Magot memiliki kemampuan yang baik dalam mendegradasi limbah organik, kandungan nutrisinya mencapai 45-50% dan 24-30% masing-masing untuk protein dan lemak. Ikan gurame yang digunakan pada penelitian ini mencapai bobot 300-400 g selama lima bulan pemeliharaan. Kata kunci: iokonversi, Hermetia illucens, maggot, limbah organik dan pakan ikan bstract. Fahmi MR. 2015. Optimization of bioconversion by using mini larvae Hermetia illucens to address aquafeeds shortage. Pros Sem Nas Masy iodiv Indon 1 (1): 139-144. The bioconversion is a natural process consisting of extracting nutrient residue from byproducts being converted into biomass of insect larvae. This is a new source of animal proteins and fats for aquaculture. The insect in the bioconversion process ( Hermetia illucens, F. Stratiomyidae, O. Diptera) or lack Soldier Fly (SF) is well known as the best biodegradation agents. The study consisted of three steps, (i) investigating the biology and life-cycle of H. illucens to collect its minilarvae (maggot), (ii) bioconversion of organic wastes such Palm Kernel Meal () using maggot, and (iii) the use of maggot a s a basic source for feeding Red Gourami (Osphronemus gouramy) (±60 g). The eggs of H. illucens hatched within 3 to 6 days, the larvae stage spent 3 to 4 weeks, the pre-pupae leaved feeding site to drier place, the pupae reached adult stage in about 1 weeks and the adults longevity ranged from 1 to 2 weeks. The maggot showed good ability to degrade organic waste; indicated by the nutrient content of the larvae, which contributes 45-50% and 24-30% for protein and fat respectively. The fish used in this study gained weight 300 to 400 g within five months. Key words: ioconversion, Hermetia illucens, maggot, organic waste and fish feed PENDHULUN Semenjak paten internasional produksi maggot keluar dengan nomor publikasi WIPO: WO/2009/136057 dan nomor aplikasi PT/FR2009/050592 dan paten di Thailand (Thailande nomor 0901001753) tahun 2009, hingga saat ini kegiatan produksi magot sebagai agen biokonversi hampir tidak pernah terpublikasi lagi. Pada awalnya kegiatan biokonversi diarahkan pada pengolahan limbah pabrik minyak inti sawit (PKO) berupa bungkil kelapa sawit () untuk pemenuhan kebutuhan pakan ikan. Namun seiring perkembangan waktu tidak diklasifikasikan sebagai limbah karena memiliki nilai ekomonis untuk beberapa tujuan diantaranya sebagai bahan pakan ternak dan bahan bakar (desehinwa 2007). Produksi maggot ukuran kecil ( mini larvae) akhirnya menjadi solusi ketergantungan proses biokonversi dari pemanfaatan menjadi limbah organik lainnya (Hem 2011). Dengan adanya teknologi baru pada proses biokonversi sangat diharapkan dapat memberi solusi pada krisis sumber protein pakan ikan. Perkembangan akuakultur selama 15 tahun terakhir (dari tahun 1984 hingga tahun 2000) terus mengalami kemajuan yang pesat, produksinya meningkat dari 13 hingga 36 juta ton (FO 2004). Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, akuakultur juga memacu

140 PROS SEM NS MSY IODIV INDON 1 (1): 139-144, Maret 2015 potensinya untuk terus berkembang dalam upaya memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Peningkatan produksi akuakultur secara otomatis meningkatkan kebutuhan akan pakan ikan. Namun disisi lain tepung ikan sebagai salah satu sumber protein penting dalam formulasi pakan ikan, mulai mengalami fase stagnan semenjak tahun 90-an. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang cukup besar bagi pertumbuhan budidaya perikanan. Untuk menghadapi masalah tersebut maka dilakukan upaya untuk mencari pengganti tepung ikan ( fishmeal replacement). eberapa penelitian telah berhasil menemukan bahan-bahan pengganti tepung ikan, seperti penggunaan tepung keong, bulu ayam, kedele dan bungkil kelapa sawit ( Palm Kernel Meal; ). Namun pada tahap aplikasi umunya bahanbahan tersebut mengalami kendala yaitu ketersediaan yang masih terbatas dan sebagian bahan baku juga digunakan oleh manusia sebagai sumber protein seperti tepung kedele (IRD 2004). Oleh karena itu dibutuhkan sumber protein yang tersedia dalam jumlah melimpah dan tidak bersaing dengan manusia dalam pemanfaatannya (Fahmi et al. 2009), seperti limbah organik. Namun sebagian besar limbah organik atau limbah organik yang tersedia dalam jumlah berlimpah umumnya berasal dari tumbuhan (nabati), sehingga pemberian limbah organik secara langsung kepada ikan sebagai hewan monogastrik tidak dapat dilakukan (Warburton dan Hallman 2002; Hem et al. 2008). Sehingga dibutuhkan sebuah proses tramsformasi dari protein nabati menjadi hewani yaitu melalui proses biokonversi. iokonversi merupakan proses perombakan limbah organik menjadi sumber energi metan melalui proses fermentasi yang melibatkan microorganisme hidup seperti bakteri, jamur dan larva serangga (family: haliforidae, Mucidae, Stratiomydae) (Newton et al. 2005, Warburton dan Hallman 2002). iomas agen biokonversi selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pakan ikan. Hingga saat ini bahan baku pakan ikan sebagian besar diperoleh dari import terutama sumber protein (tepung ikan). Untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung ikan maka perlu diupayakan pengganti tepung ikan dengan kriteria sebagai berikut dapat diproduksi dalam jumlah masal, mudah didapatkan dan memiliki kandungan nutrisi yang baik (Fahmi et al. 2009). Larva serangga Hermetia illucens (famili: Stratiomydae, Genus: Hermetia) banyak di temukan pada limbah-limbah organik dan tidak dilaporkan sebagai agen penyebar penyakit ( Newton et al. 2005). Salah satu kunci keberhasilan proses biokonversi dengan menggunakan magot adalah kemampuan memproduksi magot kecil dalam jumlah banyak dan selanjutnya digunakan sebagai agen perombak berbagai limbah organik ( WIPO: WO/2009/136057; Fahmi et al. 2007; Tomberlin et al. 2009). Penelitian ini dilakukan untuk mengevalusi paten produksi mini-larve dalam mendekomposisi berbagai limbah organik dan sebagai pakan ikan alternatif HN DN METODE Pengamatan siklus hidup serangga Hermetia illucense dilakukan di ruang terkontrol (Gambar 1), meliputi jumlah telur per induk betina, siklus hidup dan proses metamorfosa /moulting serangga, pertumbuhan magot dan jumlah telur serangga yang dihasilkan setiap pekan selama sepuluh bulan pengamatan. Proses biokonversi dengan menggunakan magot dilakukan terhadap beberapa lim bah organik diantaranya ampas tahu, ampas kelapa, limbah pasar dan bungkil kelapa sawit (). Perlakuan yang diberikan sebagai berikut (i), (ii) limbah pasar + limbah ikan +, (iii) ampas tahu, (iv) ampas tahu + fermentasi, (v) ampas kelapa dan ( vi) ampas kelapa + fermentasi. Pengamatan meliputi bobot tubuh dan kandungan nutrisi Uji coba magot sebagai pakan ikan dilakukan terhadap hewan uji yaitu ikan gurame padang ( Osphronemous gourame) ukuran 50-58 g. Magot diberikan dua kali sehari sebanyak 3% bobot tubuh dalam bentuk kering. Magot yang diberikan terdiri dari dua jenis yaitu magot yang ditumbuhkan pada media dan magot yang ditumbuhkan pada media +limbah pasar +limbah ikan. Gambar 1. Ruang terkontrol (insectariums) untuk koleksi telur serangga.

FHMI Optimalisasi biokonversi menggunakan larva serangga 141 HSIL DN PEMHSN Siklus hidup Hermetia illucense Secara alami serangga Hermetia illucense betina meletakkan telurnya disekitar sumber makanan, seperti di sekitar peternakan ayam, tumpukan limbah bungkil sawit, disekitar kotoran hewan. erdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan maka di dalam kandang kulur serangga ditempatkan bungkil kelapa sawit yang telah difermentasi dengan menggunakan air, selanjutnya disekitar bungkil fermentasi ditempatkan daun pisang yang telah kering sebagai tempat untuk meletakkan telur serangga seperti Gambar 2. telur serangga H. illucense berwarna putih dan bulat lonjong Telur serangga H. illucense menetas setelah 3-6 hari, hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakuan oleh Myers et al. (2008), Tomberlin et al. (2002), Sheppard et al. (2002). Selama 10 bulan pengamatan jumlah rata-rata telur yang dihasilkan dari kandang serangga mencapai 1 kg perbulan seperti pada grafik Gambar 3. ngka ini diperoleh dari telur yang berhasil dikoleksi ditempat yang telah disediakan sedangkan pada kenyataanya serangga H. illucense juga meletakkan telur-telur disela-sela tembok atau wadah-wadah lainnya. Hasil penelitian menunjukkan jumlah telur yang dihasilkan oleh seranga betina berkisar antara 400 hingga 1200 butir. Telur yang telah dikoleksi selanjutnya dipelihara hingga dewasa untuk melihat table kehidupannya yang meliputi larva, prepupa, pupa dan serangga dewasa. Larva serangga H. illucense lebih dikenal dengan istilah maggot (Fahmi et al. 2009), merupakan fase yang paling lama dalam siklus hidupnya. Hal ini berbeda dengan serangga domestic seperti halliforidae dan Mucidae yang memilliki fase larva lebih pendek dibandingkan dengan fase dewasa (fly) snil (2006). Fenomena ini yang banyak dijadikan sebagai landasan untuk mengelompokkan larva H. illucense (maggot) sebagai agen biokonversi karena sebagian besar fase hidupnya berperan sebagai decomposer (larva). Fase dewasa serangga H. illucense merupakan fase dengan yang cukup pendek yaitu 6-8 hari, jika dibandingkan dengan fase dewasa serangga domestic yang memiliki fase dewasa selama 2 hingga 3 bulan, fenomena ini menunjukan larva H. illucense tidak terindikasi sebagai agen penyebaran penyakit (snil 2009; Tomberlin et al. 2002). Tabel 1. Pertumbuhan bobot maggot pada media pemeliharaan yang berbeda Limbah pasar + Limbah ikan + mpas tahu mpas tahu + ferment asi mpas kelapa mpangs kelapa + fermentasi iomas 10 10 10 10 10 10 awal (g) iomas 120,5 150,5 104,3 125,1 26,3 48,1 setelah 7 hari (g) iomas setelah 21 hari (g) 1764, 7 2108,8 885,9 1864,6 400,5 503,8 Selama fase larva (maggot) akan terus makan hingga mendekati fase prepupa, selama fase prepupa serangga tidak makan dan akan meninggalkan sumber makanan, selanjutnya akan mencari tempat untuk bernaung hingga memasuki fase pupa (Hem 2011). Fase pupa akan berlangsung selama 6-7 hari dan setelah itu serangga akan bermetamorfosa menjadi serangga dewasa. Uji coba maggot sebagai agen biokonversi telah dicoba pada beberapa limbah organik dengan diantaranya, limbah pasar, limbah pasar ikan, ampas tahu dan ampas kelapa. Untuk ampas tahu dan ampas kelapa diberi dua perlakuan yaitu ditambahkan yang telah terfermentasi dan yang tidak. Hal ini dilakukan karena tekstur ampas tahu dan ampas kelapa sangat padat atau memiliki rongga udara yang kecils, untuk memperluas proses aerasi dalam media maka ditambahkan. Hasil pengamatan pertumbuhan bobot maggot disajikan pada Tabel 1. erdasarkan Tabel 1 terlihat peran bungkil kelapa sawit () sangat berpengaruh pada media pertumbuhan maggot, dimana pemberian memberikan efek pertumbuhan positif bagi maggot. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Newton et al. (2005) Sheppard et al. (2002) dengan menggunakan kotoran ayam dan kotoran babi memberikan kandungan nutrisi protein 42%, lemak 35% pada kandungan air sebesar 8%. Magot sebagai pakan ikan gurame erdasarkan hasil pengamatan maggot sebagai agen biokonversi diketahui bahwa media yang baik untuk pertumbuhan maggot adalah dan kombinasi, limbah pasar dan limbah ikan. Magot yang diperoleh dari kedua media tersebut selanjutnya digunakan sebagai pakan ikan gurame. Penelitian pemberian maggot sebagai pakan ikan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya nanta (200 7) pemberian maggot sebagai pakan benih ikan otia di tiga jenis pakan yang digunakan yaitu cacing tanah, cacing darah dan maggot, menunjukan pertumbuhan ikan botia yang diberi maggot lebih cepat dua kali dibandingkan dengan cacing tanah dan 1,5 kali cacing darah. Pemberian maggot sebagai pakan ikan dalam bentuk segar ( fresh) juga dilakukan oleh Fahmi et al. (2009) terhadap benih ikan balashark yang memberikan efek pertumbuhan 3 kali lebih cepat dibandingkan dengan pakan komersial. Pemberian maggot dalam bentuk segar juga dilakukan terhadap induk ikan balashak oleh humaidi et al. (200 7) yang menunjukan bahwa pemberian maggot memberikan efek positif terhadap beberapa aspek reproduksi diantanya jumlah induk yang matang gonad, presentasi pembuahan, dan nilai fekunditas. Tabel 2. nalisa proximat maggot yang tumbuh di media dan +imbah pasar+limbah ikan Proksimat Magot Magot + Limbah pasar + limbah ikan Protein 58,62 60,56 Lemak 13 13,56 Kadar air 2,6 3,2 Kadar abu 7,46 6,26 n-6 0,05 1,73 n-3 0,13 6,77

142 PROS SEM NS MSY IODIV INDON 1 (1): 139-144, Maret 2015 Gambar 3. Jumlah telur serangga H. illucense yang dihasilkan selama 10 bulan pengamatan di insectarium Gambar 8. Pertumbuhan ikan gurame yang diberi pakan maggot setelah 3 bulan pemeliharaan D Gambar 2. Koleksi telur serangga (a) media fermentasi yang ditutup dengan serasah daun pisang kering (b) serangga betina menempatkan telur dan (c) telur serangga di sela-sela daun pisang kering dan (d) telur yang telah dikoleksi

FHMI Optimalisasi biokonversi menggunakan larva serangga 143 D Gambar 5. Perkembangan larva serangga (maggot) H. illucense (a) larva setelah menetas, (b) larva setelah 48 jam menetas (c) larva umur 7 hari dan (d) larva umur 21 hari. Gambar 6. (a) fase prepupa (b) fase pupa dan (c) serangga Hermetia illucense dewasa. Gambar 7. Perkembangan maggot setelah 2 hari menetas hingga menjadi larva (a) larva 1-7 hari, (b) larva hingga 21 hari dan (c) larva hingga prepupa. Garis = 2 cm. Pertumbuhan ikan gurame yang diberi pakan maggot yang berasal dari media, lembah pasar dan limbah ikan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan maggot yang tumbuh di media saja. Hal ini disebabkan oleh kelengkapan kandungan nutrisi maggot yang berasal dari media kombinasi lebih lengkap dibandingkan dengan maggot yang tumbuh di media saja, data analisa proximat dan omega 3 dan omega 6 magot disajikan pada Tabel 2.

144 PROS SEM NS MSY IODIV INDON 1 (1): 139-144, Maret 2015 Produksi telur serangga Hermetia illucense dalam jumlah masal menjadi kunci sukses pemanfaatan maggot dalam proses biokonversi, sehingga dibutuhkan penerapan paten produksi mini-larve dalam skala industri. Produksi telur dapat dilakukan dalam kondisi terkontrol dengan media peletakan telur yaitu bungkil kelapa sawit () yang telah difermentasi. Telur serangga yang dihasilkan dapat mengkonversi berbagai limbah organik seperti sampah organik pasar, limbah produks pengolahan ikan, ampas tahu, ampas kelapa dan yang paling umum digunakan dalam produksi maggot adalah. Magot memiliki potensi sebagai pakan alternative. DFTR PUSTK desehinwa OK. 2007. Utilization of palm kernel cake as a replacement for maize in diets of growing pigs: effects on performance, serum metabolites, nutrient digestibility and cost of feed conversion. ulgarian J gric Sci 13: 593-600. nanta S 2007. Pertumbuhan benih ikan botia ( hromobotia macracanthus leeker) yang diberi pakan alami maggot, cacing darah dan cacing tanah. Skripsi. Fakultas Matenatika dan Ilmu Pengetahuan lam. Universitas Negeri Jakarta. snil H. 2006. Tabel kehidupan lalat hijau genus hrysomya (Ordo Diptera: Fam. halliporidae) di laboratorium. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan lam. Universitas Indonesia. 50 halaman humaidi, Priyadi, Subagja J, Hem S. Pematangan gonad ikan alashark alantiocheilus melanopterus. In humaidi, Setyani D, Sudarto (editor) Teknik pembenihan ikan alashark alantiocheilus melanopterus. alai Riset Ikan Hias. alitbang Kelautan dan Perikanan Fahmi MR, Hem S dan Subamia IW. 2009. Potensi maggot untuk peningkatan pertumbuhan dan status kesehatan ikan. Jurnal Riset kuakultur 4 (2): 221-232. Fahmi MR, Hem S, Subamiya, IW. 2007. Potensi Maggot Sebagai Sumber Protein lternatif. Prosiding Seminar Nasional Perikanan II. UGM. Yogyakarta. FO. 2004. The State of World Fisheries and quaculture. FO Fisheries Departement. Rome. Hem S, Toure S, Sagbla, Legendre M. 2008. ioconversion of palm kernel meal for aquaculture: Experiences from the forest region (Republic of Guinea). frican J iotechnol 7 (8): 1192-1198. Hem S, Fahmi MR, humaidi, Maskur, Hadadi, Supriyadi, Ediwarman, Larue M, Pouyoud L. 2008. Valorization of palm kernel meal via bioconversion: Indonesia s initiative to address aquafeeds shortage. Fish for the People vol. 6 (2): SEFDE. angkok Thailand. Hem S. 2011. Final report Project FISH-DIV: Maggot-bioconversion research program in Indonesia concept of new food resources results and applications 2005-2011. entre for quaculture Research and Development. Jakarta IRD. 2004. Prospective work result & plans for feature program of bioconversi prossecing by product from argo industries in Indonesia & the valorization via aquaculture: pplication with palm kernel meal. nnual report. IRD, Jakarta Newton L, Sheppard, Watson DW, urtle G, Dove R. 2005. Using the black soldier fly, Hermetia illucens, as a value- added tool for the management of swine manure. Report for The nimal and Poultry waste Management enter. North arolina State University Raleigh. Myers HM, Tomberlin JK, Lambert D, Kattes D. 2008. Development of black soldier fly (Diptera:Stratiomyidae) larvae fed dairy manure. Environ Entomol 37: 11-15. Sheppard, Tomberlin JK, Joyce J, Kiser, Sumner SM. 2002. Rearing Methods for the lack Soldier Fly (Diptera: Stratiomyidae). J Med Entomol 39: 695-698 Tomberlin JK, Sheppard D, Joyce J. 2002. Selected life-history traits of black soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) reared on three artificial diets. nn Entomol Soc m 95: 379-386. Tomberlin JK, dler PH, Myers HM. 2009. Development of the black soldier fly (Diptera: Stratiomyidae) in Relation to Temperature. Environ Entomol 38: 930-934. Warburton K, Hallman V. 2002. Processing of material by the soldier fly, Hermetia illucens. In: Warburton K, McGarry UP, Ramage D. 2002. Integrated iosystem for Sustainable Development. RIRD Publication. Queensland.