BAB 1 PENDAHULUAN. tangga (masyarakatnya) sendiri. Pengelolaan keuangan yang transparan merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 25 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN PADA LINGKUP PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKAMARA

Ditetapkan di Malili pada tanggal 29 April 2015 BUPATI LUWU TIMUR, ANDI HATTA M.

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARAA BARAT

PERATURAN BUPATI NATUNA

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, peraturan perundang-undangan, pengelolaan keuangan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dalam penelitian ini:

KEPALA DESA PEJAMBON KABUPATEN/KOTA BOJONEGORO PERATURAN KEPALA DESA PEJAMBON NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-DESA) TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN KEPENGHULUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HILIR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pada penyelenggaraan pemerintahan desa banyak mengalami. kendala khususnya dalam hal keuangan. Untuk mengatasi perihal tersebut

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

PERATURAN DESA KERTAK EMPAT KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan tingkat pemerintahan yang langsung berhubungan dengan masyakarat. Pembangunan desa mempunyai peranan yang sangat vital dalam peningkatan pembangunan nasional dan pembangunan daerah sebab desa mempunyai kewenangan, tugas, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga (masyarakatnya) sendiri. Pengelolaan keuangan yang transparan merupakan tuntutan para stakeholders baik di pusat maupun daerah dalam rangka mewujudkan kemakmuran masyarakat yang berkeadilan. Pemerintah desa yang akuntabel dalam pengelolaan keuangannya berartimampu menyajikan informasi penyelenggaran pemerintah secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat, mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional, mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan, dan pemerintahan serta adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah, sehingga akuntabilitas pengelolaan keuangan desa sangat penting dalam tercapainya good governance di tingkat pemerintah desa. Masalah yang terkait mengenai akuntabilitas desa beberapa Tahun terakhir ini cukup banyak diantaranya adalah perlunya peningkatan transparansi pengelolaan keuangan dan aset daerah yaitu belum tercapainya target menekan laju inflasi dari tahun-tahun sebelumnya dan masih cukup banyak LHP oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang memberikan opini wajar dengan pengecualian, perlunya peningkatkan pendapatan daerah karena cukup banyak desa yang masih bergantung pada subsidi pemerintah pusat, perlunya peningkatan program kapasitas dan profesionalitas

aparatur pemerintah desa karena kurang pahamnya Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya tentang pengelolaan keuangan desa dan belum tertibnya proses administrasi pengelolaan keuangan desa, dan belum optimalnya pengelolaan dana dari pemerintah pusat yang digunakan untuk kegiatan operasional maupun kegiatan pembangunan infrastruktur desa juga merupakan permasalahan yang dihadapi setiap desa (LAKIP Kabupaten Wonogiri Tahun 2013 dan 2014). Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Selanjutnya disingkat APBDes) merupakan suatu rencana keuangan Tahunan desa yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa yang mengandung prakiraan sumber pendapatan dan belanja untuk mendukung kebutuhan program pembangunan desa yang bersangkutan (Sumpeno,2011:213). Rancangan APBDes dibahas melalui musyawarah perencanaan desa. Alokasi Dana Desa (Selanjutnya disingkat ADD) merupakan salah satu komponen pendapatan dalam APBDes. ADD merupakan salah satu sumber pendapatan desa yang pada umumnya masih menjadi sumber pendapatan utama yang digunakan dalam penyelenggaran pemerintah desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 pasal 96 menyebutkan bahwa ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/ kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangu dana alokasi khusus. ADD dari Kabupaten diberikan langsung kepada Desa untuk dikelola oleh Pemerintah Desa, dengan ketentuan 30 % ( tiga puluh per seratus) digunakan untuk biaya operasional Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa ( Selanjutnya disingkat BPD ) dan 70% (tujuh puluh perseratus) digunakan untuk kegiatan pemberdayaan Masyarakat. Sebagaimana tercantum ketentuan penggunaan pendapatan desa pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 pasal 100

disebutkan bahwa Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan ketentuan: 1. Paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksananaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa; dan 2. Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk : a. Penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa. b. Operasional Pemerintah Desa. c. Tunjangan dan operasional BPD. d. Insentif rukun tetangga (Selanjutnya disingkat RT ) dan rukun warga ( Selanjutnya disingkat RW ). Pada beberapa penelitian sebelumnya mengenai akuntabilitas keuangan desa khususnya pengelolaan ADD masih muncul beberapa faktor penghambat kegiatan ADD. Pada penelitian yang dilakukan oleh Meta Dewi Rahmayani (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Governance dalam Pelaksananaan Program ADD Studi Kasus Di Desa Kagokan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo, adanya kendala dalam penerapan akuntabilitas dalam pelaksananaan ADD yaitu kurangnya keterbukaan akses informasi terhadap masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan ADD oleh pemerintah desa serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam menjalankan kegiatan ADD yang dikarenakan kemampuan berpartisipasi masyarakat yang terbatas, keinginan berpartisipasi yang rendah, kualitas sumber daya manusia yang sangat terbatas, dan sumber daya keuangan yang tidak memadai di tingkat lokal.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Atika Wulan Ompi (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Kebijakan ADD dalam Meningkatkan Pembangunan desa (Studi di Desa Pangu Kec. Ratahan Kab.Minahasa Tenggara) dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan ADD dalam upaya meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan desa di Desa Pangu yaitu faktor disposisi, faktor komunikasi, faktor struktur birokrasi dan faktor sumber daya yang belum dilakukan secara maksimal. Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( Selanjutnya disingkat LAKIP ) Kabupaten Wonogiri pada Tahun 2014 masalah akuntanbilitas keuangan desa masih banyak ditemukan, salah satunya terkait pengelolaan sumber pendapatan dari pemerintah daerah kepada pemerintah desa yang belum optimal. Penelitian akuntabilitas keuangan desa khususnya evaluasi pengelolaan ADD ini dilakukan di Kabupaten wonogiri dengan meneliti sebanyak 27 desa yang tersebar dalam 5 kecamatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas penelitian yaitu pembanding hasil evaluasi pengelolaan ADD dari beberapa desa dan kecamatan. Hal ini dilakukan karena pada penelitian-penelitian sebelumnya pada umunya mengambil sampel studi kasus hanya pada satu desa maupun beberapa desa dalam satu kecamatan. Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan evaluasi pengelolaan salah satu sumber pendapatan desa yang ada di Kabupaten Wonogiri yaitu ADD yang merupakan salah satu sumber bantuan dari pemerintah Kabupaten. Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah otonom yang ada di Jawa Tengah yang berusaha mengoptimalkan potensi desa demi terwujudnya Good Governance. Kabupaten Wonogiri terus berupaya meningkatkan ADD kepada desa

sebagai salah satu item pendapatan desa yang dapat dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahannya sendiri. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2007 tentang keuangan desa menjelaskan aturan penggunaan ADD agar didasarkan pada skala prioritas tingkat desa yang merupakan hasil musrenbangdes, sehingga tidak dibagikan langsung kepada tinggat RT/RW/dusun setempat. Penggunaan ADD setiap desa harus Setiap laporan pertanggungjawaban ini diperiksa dan dievaluasi oleh tim pemerentah desa di Kabupaten Wonogiri, sehingga jika terdapat laporan pertanggungjawaban yang belum sesuai ketentuan yang telah ditetapkan akan dikembalikan kepada desa yang bersangkutan, hal ini juga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas informasi administrasi ditingkat pemerintah desa. Sedangkan pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban pelaksananaan APBDes sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Keuangan Desa pemerintah Kabupaten Wongiri. Data pembagian ADD setiap Kecamatan Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran 1(tabel 1.1). Jumlah ADD Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 sebesar Rp 34.966.685.000,- yang disalurkan kepada 261 desa yang terbagi atas 25 Kecamatan. Dengan memperhatikan luas wilayah Kabupaten Wonogiri dan medan yang sulit, peneliti mengambil sampel penelitian sejumlah 27 Desa yang tersebar pada 5 Kecamatan. Data pembagian ADD di 27 Desa Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran 2 (tabel 1.2). Penelitian evaluasi pengelolaan ADD Kabupaten Wonogiri ini dititik beratkan pada penerapan prinsip akuntabilitas yang dilaksanakan oleh Tim Pelaksanana setiap desa. Prinsip akuntabilitas yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan penerapan dari awal kegiatan perencanaan, pelaksananaan kegiatan, tahap pelaporan kegiatan

hingga proses pengawasan yang dilakukan oleh otoritas di atasnya sehingga dana yang terserap dapat dipertanggungjawabkan sesuai aturan yang berlaku. 1.2. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah pengelolaan ADD dalam kegiatan operasional dan pemberdayaan masyarakat desa, yang terdiri dari: 1. Perencanaan ADD 2. Mekanisme penyaluran dan pencairan ADD 3. Penggunaan ADD 4. Pengawasan ADD 5. Pertanggungjawaban ADD 1.3. Rumusan Masalah Pemerintahan desa merupakan pemerintahan paling bawah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat atas pengelolaan pemerintah desa sangat dibutuhkan. Tidak hanya dari masyarakat, kepercayaan juga sangat dibutuhkan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi lagi yaitu perintah daerah dan pusat, karena dari pemerintahlah sebagian dana disalurkan ke desa, salah satunya adalah ADD sumber keuangan dari ADD adalah merupakan dana dari perimbangan daerah yang cukup signifikan jumlahnya, sehingga perlu adanya penanganan yang khusus baik dalam pengelolaan maupun pencatatannya. Dengan pengelolaan yang baik diharapkan dana yang berasal dari ADD bisa menunjang program desa sehingga tujuan pemerintah tercapai. Selain itu diperlukan kesiapan aparat pemerintah desa sebagai tim pelaksana di lapangan sehingga

diperlukan sistem pertanggungjawaban pengelolaan ADD yang disusun harus memenuhi prinsip akuntabilitas keuangan desa. Berikut ini merupakan beberapa pertanyaan penelitian yang muncul berdasarkan perumusan masalah di atas yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimanakah mekanisme perencanaan ADD, mekanisme penyaluran dan pencairan ADD, proses penggunaan ADD,proses pengawasan ADD, dan proses pertanggungjawaban ADD di Kabupaten Wonogiri Tahun 2014? 2. Apakah mekanisme pengelolaan ADD sudah sesuai dengan aturan yang berlaku? 3. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan ADD di Kabupaten Wonogiri Tahun 2014? 4. Solusi apakah yang diusulkan untuk mengurangi hambatan dalam pengelolaan ADD di Kabupaten Wonogiri Tahun 2014? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan mekanisme perencanaan ADD, mekanisme penyaluran dan pencairan ADD, proses penggunaan ADD, proses pengawasan ADD, dan proses pertanggungjawaban ADD di Kabupaten Wonogiri Tahun 2014. 2. Mengetahui mekanisme pengelolaan ADD sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. 3. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan ADD di Kabupaten Wonogiri Tahun 2014. 4. Memberikan solusi yang diusulkan untuk mengurangi hambatan dalam pengelolaan ADD di Kabupaten Wonogiri Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian Harapan penelitian ini dapat berguna bagi kalangan akademisi dan praktisi, yaitu antara lain: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian terdahulu pada akuntansi sektor publik dalam hal yang berkaitan tentang akuntabilitas keuangan desa khususnya dalam evaluasi pengelolaan ADD agar digunakan sesuai proposi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien sehingga menjadi bahan stimulasi agar desa-desa berkembang menjadi kategori desa swasembada. 2. Bagi Regulator Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam peninjauan kebijakan Pemerintah terkait Akuntanbilitas Keuangan Desa terutama pada pengevaluasian pengelolaan ADD di Kabupaten Wonogiri sehingga proporsi penggunaannya dapat terserap dengan optimal. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan akuntabilitas keuangan desa khususnya pengelolaan ADD dengan sampel dan wilayah yang lebih heterogen. 4. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Penelitian ini dapat menambah referensi dan masukan bagi pihak penyusun kurikulum jurusan akuntansi dalam menambah konten penyusunan silabi yang berkaitan dengan Akuntabilitas Keuangan Desa khususnya dalam pengelolaan ADD.

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Skripsi ini terbagi dalam lima bab dan setiap bab terbagi dalam sub bab-sub bab dengan urutan pembahasan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan yang menggambarkan garis besar / pokok-pokok pembahasan secara menyeluruh. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis terlebih dahulu menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas yang diambil dari literatur-literatur dan bacaan-bacaan yang penulis anggap relevan serta penelitian sebelumnya dan kerangka pemikiran. BAB 3 METODA PENELITIAN Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan beserta alasannya, lokasi penelitian, instrumen penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan pengujian keabsahan data. BAB 4 HASIL PENELITIAN Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam bab II dan bab III, penulis akan melakukan deskripsi atas data-data yang digunakan dalam penelirian. Data ini meliputi deskripsi wilayah penelitian dan evaluasi pengelolaan ADDdi wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir ini penulis mengambil kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta mencoba untuk memberikan saransaran perbaikan yang penulis pandang perlu.