BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan sesuatu maka pembelajaran berarti menunjuki seseorang tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Implementasinya berkait erat dengan lembaga, pendidik,

BAB I PENDAHULUAN. yang berujung pada maslahat hidup pada hakekatnya merupakan gambaran dari

BAB I PENDAHULUAN. Shalat fardhu merupakan salah satu ibadah dalam Islam. 1 Ia menempati rukun

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Manakala pembelajaran merujuk kepada kegiatan mengajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan kitab suci dan pedoman utama ajaran Islam. Ia berisi

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar pada dasarnya adalah upaya peningkatan pengetahuan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai interaksi antara guru dan anak didik. Interaksi yang edukatif ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara bertanggung jawab dan mandiri. 3

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. kefitrahan menuju penunaian tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara

BAB I PENDAHULUAN. pada tingkat Sekolah Dasar, secara substansial memiliki kontribusi dalam

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidik bisa dibagi menurut perspektif kelembagaan, yang tersimpul dalam Tri

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. konteks pendidikan agama, kegiatan dimaksud menitik-beratkan pada peningkatan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan motivasi kepada anak untuk memahami, mencintai, mendalami dan

BAB I PENDAHULUAN. kelembagaan sekolah dasar. Sebagaimana dijelaskan dalam Kurikulum 1994, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci yang berisi tuntunan dan hidayah yang

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila guru

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Nuryani Y Rustama, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (tt.p: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembukaan UUD Berdasarkan kurikulum yang ada, Quran Hadis

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional 1, maka Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

SKRIPSI Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: Rita Kusumawardani A

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Kemampuan Menghafal Surah-Surah Pendek

BAB I PENDAHULUAN. persoalan pendidikan bangsa pada saat ini adalah mengenai kompetensi mengajar

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat. mengerti dan untuk dapat memecahkan suatu masalah.

BAB I PENDAHULUAN. logis, dan sikap kemandirian dalam diri peserta didik. Proses pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan anak didik dalam praktek ibadah sangat di tuntut,

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari sekolah, selain mengembangkan pribadinya. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Menyelesaikan soal cerita matematika merupakan keterampilan yang. matematika SD, SMP, SMA dan sederajat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yg tertulis (dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan dimiliki peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi permasalahan-permasalahan dan tantangan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah upaya menjadikan seseorang untuk mengikuti proses belajar guna memperoleh keterampilan dan kecakapan dalam penguasaan suatu ilmu. 1 Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia untuk mengetahui sesuatu dengan belajar. Kegiatan ini terarah agar siswa (terdidik) dapat mempelajari materi, menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien. 2 Penguasaan siswa terhadap materi ilmu yang dibelajarkan secara relative harus bersifat menetap (permanent), tidak hanya yang saat ini nampak (immediate behavior), tetapi kemampuan yang mungkin tetap ada di masa mendatang (potential behavior). 3 Ketepatan teknik pembelajaran diharapkan dapat menumbuhkan interaksi timbal balik antara terdidik dengan informasi dan lingkungan belajar sehingga tujuan belajar dapat terpenuhi. 4 Kesesuaian materi pembelajaran dengan teknik membelajarkan akan menentukan pencapaian tujuan belajar siswa secara optimal. 1 Departemen Agama RI, Instructional Material; Pelatihan Supervisi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, (Bandung: IRIS-BEP, 2001), h. 69. 2 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV Citra Media, 1996), h. 99. 3 Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial; Suatu Teori Pendidikan. (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1987), h. 6-11. 4 Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2000), h. 23.

2 Pemaknaan yang luas terhadap hasil belajar, menempatkan penilaian bukan saja terarah kepada kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kesanggupan menghafalkan materi pembelajaran. Dengannya hasil belajar akan merujuk kepada nilai (prestasi belajar) sekaligus kemampuan mendeskripsikan ataupun mengucapkan kembali di luar kepala materi yang dibelajarkan pada saat diperlukan. Kemampuan ini menuntut agar siswa mampu menghafalkannya dengan baik. Sebagai langkah menuju kemampuan menghafal, keterampilan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kemampuan kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan melalui penuturan yang tepat. 5 Pembelajaran menghafalkan tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk mengingat, namun agar bahan pelajaran bersifat fungsional yang terinternalisasi dalam jiwa dan diamalkannya dalam segenap aspek kehidupannya. Sejalan dengan peningkatan kemampuan menghafal sebagai hasil belajar, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) tahun 2006 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menetapkan siswa kelas V Sekolah Dasar dituntut mampu menghafalkan surah Al-Lahab dan Al-Kafirun dengan lancar. Kemampuan menghafal kedua surah ini menuntut kesanggupan mengingat kembali ayat-ayat di dalamnya secara berurutan, tanpa tertukar dan mengucapkannya di luar kepala, tanpa melihat kepada teks. 1991), h. 1014. 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

3 Berdasarkan observasi yang penulis lakukan terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu, kemampuan menghafalkan surah-surah dalam Alquran masih rendah. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menghafalkan urutan ayat secara tepat, tidak mampu menyambung ayat yang terputus dan ketidak mampuan mengingat ayat-ayat pada surah dimaksud, tertukarnya ayat yang satu dengan lainnya dan bahkan tertukarnya ayat pada surah yang dihafalkan dengan ayat pada surah lain. Kesalahan siswa dalam menghafal di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menghafal masih rendah. Oleh karena itu sebagai upaya reflektif, guru berupaya memperbaiki kemampuan siswa dengan menerapkan teknik pembelajaran yang inovatif sehingga dapat mempertinggi pencapaian kemampuan menghafal secara optimal. 6 Untuk tujuan dimaksud, diperlukan teknik pembelaran yang dapat membangkitkan semangat dan rangsangan kegiatan siswa dalam belajar. Menghafal berhubungan erat dengan kemampuan mengingat (remembering) yang melibatkan usaha menyimpan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan. Kemampuan ini diperoleh melalui cara pembelajaran yang terarah untuk melestarikannya dalam akal pikiran. Kemampuan ini merupakan suatu peristiwa mental yang mengindikasikan adanya kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu, mengingat kembali sesuatu yang dipelajari dan mengucapkannya kembali secara tepat, lancar dan mudah. 113. 6 Isnawi dan Nana Syaodeh, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Renika Cipta, 1996), h. 112-

4 Pembelajaran menggunakan teknik word square (kotak kata) yang berisi potongan teks secara terpisah, berhubungan antara satu dengan lainnya, akan dapat menjadi rangsangan dan petunjuk bagi siswa agar mampu memberikan respon yang diinginkan. Melalui pesan yang dirancang dan dikembangkan secara inovatif, kartu akan dapat menjadi sarana belajar yang interaktif. 7 Melalui media kartu, anak dibimbing untuk belajar secara aktif memahami isi pesan yang terdapat di dalamnya. Rangkaian isi bahan yang di susun dalam satu urutan logis atau mengandung petunjuk yang dapat menjelaskan teks yang diajarkan. Pada awal pembelajaran, guru dapat menanyakan tentang pesan apa yang ingin disampaikan dalam kartu tersebut, dan selanjutnya bimbingan terarah agar siswa mampu mencocokkan kartu dengan teks kalimat. Kartu-kartu yamg disusun akan berguna untuk meningkatkan kemampuan berpikir (thinking) akan diikuti kemampuan mengingat (remembering), dan menyebutkan, menuturkannya dengan lancar. 8 Guna mengkaji lebih mendalam tentang efektifitas eknik word square dalam meningkatkan kemampuan menghafal, penulis berusaha menuangkannya dalam karya tulis ilmiah berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research) dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Hafalan Melalui Teknik Word Square (Kotak Kata) Pada Materi Al-Quran Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo Kecamatan Mentewa Kabupaten Tanah Bumbu. 7 Rivai Sudjana, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algessindo, 1991), hal. 58. 8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2006), hal. 230-231.

5 B. Definisi Operasional Untuk memperjelas pemahaman terhadap maksud judul di atas, penulis merasa perlu untuk memberikan uraian sebagai berikut : 1. Upaya meningkatkan berarti usaha atau cara untuk mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu proses membelajarkan siswa dengan tujuan mempertinggi penguasaan siswa terhadap isi materi pembelajaran. 2. Kemampuan Hafalan. Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) untuk melakukan sesuatu. Kemampuan ini diperoleh melalui latihan untuk mengerjakan sesuatu sesuai ketentuan yang dipersyaratkan. Sedangkan hafalan berarti dapat mengucapkan di luar kepala. 9 Di dalamnya terdapat kesanggupan mengingat (remembering) yang melibatkan usaha menyimpan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan. 3. Word Square (Kotak Kata) Word Square adalah alat/media belajar berbentuk potongan-potongan kata yang berisi teks, atau tanda simbol yang digunakan untuk petunjuk dan rangsangan agar siswa memberikan respon yang diinginkan. Penggunaannya ini bertujuan agar siswa dapat melafalkan sambungan kata, mengenal salah susun kata ataupun mencocokkannya potongan kata dengan urutan yang benar sehingga surah dalam materi Alquran yang dihafalkan dapat diucapkan secara tepat dan lancar. 9 Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, Kamus lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Surabaya: Arkaloka, 1994), h. 174:

6 Berdasarkan beberapa uraian di atas maka yang dimaksudkan dalam judul penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru dalam merancang kegiatan dan memberi pengalaman belajar melalui potongan-potongan kata yang berisi teks surah. Kotak kata dapat berfungsi sebagai alat kontrol ketepatan hafalan sehingga siswa akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam sekaligus mengenal kekeliruan dalam melanjutkan sambungan ayat. C. Identifikasi Masalah Memperhatikan latar belakang masalah di atas, ada beberapa persoalan mendasar yang mengemuka sebagai akar masalah dalam penelitian ini : 1. Rendahnya kemampuan hafalan surah-surah pendek. Ketika diminta menghafalkan, terdapat banyak kekeliruan baik terukarnya urutan ayat maupun terulangnya ayat yang sama. Pada saat menghafalkan QS. Al-Kafirun misalnya, ayat ketiga و و ا و ن ت ما و ا ب ت ووا و ا و م ت تا dibaca berulang-ulang sehingga tidak ada kejelasan sambungan ayat, bahkan surah bersangkutan seakan tidak ada akhirnya. 2. Rendahnya motivasi dan semangat menghafal surah-surah pendek dalam Alquran. Siswa cendrung menganggap bahwa belajar merupakan suatu beban. Pembelajaran konvensional (ceramah) cenderung menjadikan siswa pasif yang berdampak pada rendahnya kemampuan menghafal dan prestasi belajar siswa.

7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses penerapan teknik word square (kotak kata) dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PAI pada materi Alquran? 2. Apakah teknik word square (kotak kata) dapat meningkatkan kemampuan hafalan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo Kecamatan Mentewa Kabupaten Tanah Bumbu tahun pelajaran 2011/2012? E. Rencana Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dihadapi berkait dengan rendahnya kemampuan hafalan surah-surah pendek di dalam Alquran, tindakan reflektif perlu dilakukan. Penulis merencanakan upaya peningkatannya melalui kegiatan belajar menggunakan teknik word square (kotak kata). Selama proses tindakan kelas, pengamatan dilakukan terhadap aktifitas guru dan keaktifan belajar siswa. Pada akhir kegiatan pembelajaran dilakukan tes secara praktek untuk melihat sejauh mana perubahan yang dihasilkan setelah siswa mengikuti tahapan-tahapan penerapan teknik word square (kotak kata) yang dikembangkan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Pada akhir kegiatan pembelajaran dilakukan tes secara lisan dan tertulis untuk melihat peningkatan kemampuan membaca dan prestasi belajar siswa.

8 F. Hipotesis Tindakan Sebagai upaya terarah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca kalimat Alquran, diterapkannya media kartu berangkat dari jawaban yang sifatnya sementara terhadap efektivitasnya dalam mengatasi permasalahan penelitian. 10 Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikumpulkan, kegiatan tindakan kelas ini berkeyakinan bahwa : 1. Penerapan teknik word square (kotak kata) yang menekankan pada pembelajaran aktif (acive learning), di mana siswa dituntut mampu secara aktif memikirkan, mengingat dan menyebutkan bacaan sesuai teks akan dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil pembelajaran. Melalui proses belajar dengan cara memilih dan menghubungkan kartu sesuai teks, kemudian melafalkannya diyakini kemampuan siswa dalam menghafal akan mengalami peningkatan. 2. Penerapan teknik word square (kotak kata) sesuai dengan dunia belajar anak. Anak pada tingkatan sekolah dasar/sederajat memiliki karakteristik suka melakukan sesuatu secara langsung dan melakukan sendiri kegiatan belajar. Suasana kondusif, efektif dan menyenangkan akan memberikan kontribusi positif bagi tumbuh kembangnya motivasi dan semangat belajar. 10 Jawaban sementara terhadap penelitian dikenal dengan istilah hepotesis. Lihat lebih jauh dalam Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Renika Cipta, 1998), h.62.

9 G. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kualitas proses pembelajaran PAI dalam materi Alquran. Tindakan kelas yang dilakukan terarah pada upaya memperbaiki dan meningkatkan proses belajar anak. Dengannya diharapkan pembelajaran akan dapat mencapai hasil yang optimal. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui penerapan teknik word square (kotak kata) dalam mata pelajaran PAI pada materi Alquran. 2. Membuktikan efektivitas teknik word square (kotak kata) dalam meningkatkan kemampuan hafalan materi Alquran pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo Kecamatan Mentewa Kabupaten Tanah Bumbu tahun pelajaran 2011/2012. H. Signifikansi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaaan teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Secara teoritis a) Menjadi masukan dan informasi tentang upaya peningkatan kemampuan membaca kalimat Alquran menggunakan teknik word square (kotak kata). b) Menjadi bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran PAI, khususnya pembelajaran materi Alquran pada sekolah sederajat.

10 2. Secara praktis a) Peneliti 1) Menjadi bahan untuk meningkatkan pengetahuan tentang langkah proses pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research). 2) Menjadi bahan masukan untuk meningkatkan efektivitas penelitian dengan pengembangan teknik word square (kotak kata) pada aspek yang berbeda. b) Guru 1) Menjadi masukan dan informasi tentang langkah-langkah konstruktif bagi peningkatan kemampuan siswa dalam menghafalkan surah-surah pendek. 2) Menjadi masukan dan arahan untuk pembenahan atau perbaikan metode pembelajaran, melakukan berbagai inovasi teknik sesuai materi agar pembelajaran mampu mencapai hasil yang optimal. c) Siswa 1) Motivasi, kinerja belajar dan kreatifitas akan sangat menentukan bagi tercapainya penguasaan dan pemahaman terhadap materi pembelajaran 2) Melalui keaktifan dalam belajar, kedisiplinan dan pembiasaan yang kontinu, kemampuan membaca kaimat Alquran akan meningkat. d) Pengembangan Keilmuan Informasi awal bagi penelitian sejenis dengan pendekatan yang berbeda dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran menghafal surah-surah pendek.