MANFAAT SURFAKTAN DALAM PROSES PEWARNAAN TEKSTIL

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR GRAFIK... vii

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

A. Sifat Fisik Kimia Produk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan menggunakan media air.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

EFEK KONSENTRASI ZAT PENGEMBAN TERHADAP KETUAAN WARNA PADA PENCELUPAN SERAT POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI

Arnelli : Sublasi Surfaktan Dari Larutan Detergen Dan Larutan Detergen Sisa Cucian Serta Penggunaannya Kembali Sebagai Detergen

KONSENTRASI KRITIS MISEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan

4 Hasil dan Pembahasan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA)

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

PEMANFAATAN ECENG GONDOK SEBAGAI ZAT PENYERAP WARNA PADA INDUSTRI TEKSTIL SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN AIR

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR BAGAN...

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber

PEMBAHASAN. I. Definisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Foto karbon aktif menggunakan alat SEM pada pembesaran 4000x

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN

PADA BENANG POLIESTER UNTUK KAIN SONGKET PALEMBANG. Luftinor. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS

STUDI AWAL MENGENAI PEMBUATAN SURFAKTAN DARI AMPAS TEBU

PERBAIKAN MUTU FRAKSI KEROSIN MELALUI PROSES ADSORPSI OLEH KARBON AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur lingkungan hidup untuk kelangsungan hidupnya. Kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

STUDI EKSPERIMENTAL KETAHANAN LUNTUR WARNA KAIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

LAPORAN KIMIA PEMISAHAN BAB CAMPURAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Eksplorasi Teknik Heat Transfer Printing dengan Zat Warna Dispersi pada Kain Sintetis

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

LAPORAN PENELITIAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai derajat sarjana S-1. : Kurnia Andriati NIM :

Kelompok B Pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SURFACE TENSION ( Tegangan Permukaan )

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

BAB III METODE PENELITIAN

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, metode pengurasan minyak tahap lanjut

Transkripsi:

Arneli & Wahyu Widi N.:Manfaat Surfaktan dalam Proses Pewarnaan Tekstil MANFAAT SURFAKTAN DALAM PROSES PEWARNAAN TEKSTIL Arnelli, Wahyu Widi Nugraheni Laboratorium Kimia Fisik FMIPA UNDIP ABSTRAK ABS (Alkil Benzen Sulfonat) telah digunakan dalam proses pewarnaan serat poliester dengan zat warna dispersi. ABS berfungsi untuk membantu penyebaran zat warna pada serat sehingga dihasilkan warna yang merata pada kain. Prinsip yang digunakan pada proses ini adalah solubilisasi, surfaktan dapat melarutkan zat organik, pelarutan ini terjadi dalam misel, selanjutnya misel akan teradsorpsi pada permukaan kain dan zat warna dapat berpenetrasi pada kain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ABS lebih baik digunakan dalam proses pewarnaan dari zat pembantu standard DPLSN Kata kunci: Surfaktan, pewarnaan, solubilisasi ABSTRACT ABS (alkyl Benzene Sulfonic) has been used on polyester dyeing by dispers dyeing, The function of ABS was enhanced dyeing on fabric so the procceses gave well result The principle which was used are solubilisation. Surfactant can dilute organic compound in their mycelle then mycelle would be adsorp on textile surface and dye can penetrate on fiber. The Result of research showed that ABS better than DPLSN (the levelling agent standard) Key words: Surfactant, dying, solubilisation. PENDAHULUAN Surfaktan sangat banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam skop rumah tangga maupun dalam bidang industri, salah satu kegunaan dalam bidang industri adalah membantu dalam proses pewarnaan tekstil. Serat poli ester sangat baik dicelup dengan zaat warna disper tetapi zat warna tersebut kurang larut dalam air sehingga perlu adanya surfaktan. Surfaktan yang umum dipakai oleh pabrik tekstil adalah DPLSN sehingga dalam penelitian ini dicoba menggunakan ABS (Mudah didapat dan murah) dalam pencelupan tekstil sebagai alternatif lain penambahan zat pembantu pewarnaan, kemudian dibandingkan dengan kemampuan DPLSN. JSKA.Vol.VI.No.2.Tahun.2003

Surfaktan adalah zat aktif permukaan yang terdiri dari dua gugus yang berlawanan yaitu gugus hidrofil dan gugus hidrofob oleh karena itu surfaktan banyak digunakan pada proses permukaan dan antarmuka. Surfaktan mempunyai beberapa sifat yaitu larutannya berbentuk koloid, terkonsentrasi pada antar muka, menurunkan tegangan permukaan air, emulgator, dapat mempengaruhi proses pembasahan, dapat melarutkan zat organik (solubilisasi). Penggunaan surfaktan dalam proses pencelupan didasarkan pada sifat yang terakhir yaitu solubilisasi. Solubilisasi adalah proses pelarutan zat organik oleh surfaktan, proses ini terjadi didalam misel. Misel adalah bentuk penggabungan surfaktan, penggabungan molekul-molekul surfaktan ini terjadi pada konsentrasi tertentu. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat struktur ABS, simbol molekul surfaktan dan sturktur misel. R C 6 H 5 SO 3 -Na + Alkil benzen sulfonat Hidrofob Hidrofil (ABS) Struktur Misel surfaktan Pelarutan zat organik didalam misel surfaktan dapat terjadi pada tempat yang berbeda-beda yang dinamakan lokus. Lokus ini ada lima posisi yaitu pada permukaan misel, diantara kepala-kepala hidrofilik, antara gugus hidrofob dengan atom C pertama hidrofil (lapisan palisade), lebih dalam dari lapisan palisade dan dalam pusat misel. Lokus ini tergantung pada sifat zat organik yang akan tersolubilisasi sebagai contoh zat organik yang polar tersolubilisasi pada permukaan misel atau antara kepala-kepala hidrofilik, makin non polar zat organik tersebut semakin dalam posisi solubilisasinya dan zat organik yang non polar akan tersolubilisasi pada pusat misel. Ukuran misel dipengaruhi oleh panjang rantai alkil pada surfaktan sehingga jari-jari misel diramalkan sama dengan panjang rantai alkil surfaktan. Proses penting dalam industri tekstil adalah proses pewarnaan serat, proses yang terjadi pada pewarnaan dapat dikatakan sebagai proses adsorpsi atau absorpsi sehingga untuk tidak membingungkan maka pewarnaan tekstil ini terjadi melalui proses sorpsi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pewarnaan serat tidak berhasil yaitu proses yang sangat cepat karena zat warna yang telah terserap didalam pori dan menutupi pori dan akan menghalangi masuknya molekul-molekul lain dan zat warna yang cepat terserap akan mudah terlepas kembali.

Dampak yang lebih jauh lagi yang dapat menyebabkan hasil pewarnaan kurang baik adalah daya penerimaan zat warna oleh serat berbeda-beda. Kedua kesulitan ini dapat diatasi dengan menambahkan zat aktif permukaan yang sesuai yang bertindak sebagai perata warna (levelling agent), surfaktan ini dapat memperbaiki distribusi zat warna pada serat tekstil dan dapat menurunkan laju penyerapan zat warna tersebut Zat warna dispersi adalah zat warna non ionik yang terdiri dari inti kromofor azo dan antrakuinon dan zar warna kuning mengandung difenilamin contoh zat warna dispersi adalah zat warna biru antrakuinon, zat warna merah azo dan zat warna kuning difenilamin. Zat warna dispersi dugunakan untuk memcelup serat sintetik seperti poliamida, selulosa asetat, poliakrilat dan poliester, khususnya poliester hanya dapat dicelup memakai zat warna dispersi. Metodologi Bahan : Alkil benzen sulfonat (ABS), zat pewarna dispersol NavyBlue-C2G, DPLSN, kain poli ester. Alat: mesin celup zeltex, mesin pengering Wernest Mathis AGPT 100, Spektrofotometer UV-Vis dan Spektro Flash SF 600. Cara Kerja: Larutan ABS dibuat dengan berbagai konsentrasi, larutan zat warna dicampurkan dengan larutan ABS dan ditambahkan buffer, campuran ini dimasukkan kedalam tabung celup. Kain poli ester dengan ukuran tertentu digulung dalam suatu tabung dan dimasukkan kedalam tabung pencelup, dilakukan proses pencelupan pada suhu dan waktu tertentu. Kain dikeringkan dengan alat pengering dan lakukan analisa harga DE kain (bandingkan dengan proses yang dilakukan dengan menggunakan DPLSN). Disamping itu dilakukan juga analisa sifat perata warna, kain berwarna dijahitkan ke kain putih dengan berat dan ukuran sama, dimasukkan kedalam tabung celup, dikeringkan dan diukur nilai DE kain. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil: Tabel 1. Nilai DE Kain Berwarna Konsentrasi ABS (%) Nilai DE keputusan 1,0 0,949 Pass 1,5 0,826 Pass 2,0 0,556 Pass 2,5 0,640 Pass 3,0 0,691 Pass Keterangan: DE: Perbandingan warna kain sampel dan standard dengan faktor toleransi 1,0 Keputusan: Pass, dapat diterima

Jenis lampu: D65/10 (sinar alam siang hari) Standard: Pencelupan kain dengan zat pembantu DPLSN 2% Alat spektro flash mempunyai prinsip yang sama dengan spektrofotometer UV-Vis, perbedaannya hanya terletak pada jenis sampel. Spektrofometer UV-Vis digunakan untuk sampel yang berbentuk cairan sedangkan spektro flash digunakan untuk sampel padatan. Dari tabel 1 dapat dilihat pengaruh konsentrasi ABS terhadap pencelupan, dengan konsentrasi ABS (1 3 % w) yang digunakan memberikan keputusan yang dapat diterima (pass) tetapi hasil yang optimum adalah data nomor 3 karena memberikan nilai DE minimum yaitu 0,556 Tabel 2. Nilai DE kain (Analisa sifat perata warna) SISTEM DE A 17,275 B 15,621 C 15,173 D 15,512 Keterangan: Sistem A : Kain dalam tabung celup berisi air Sistem B : Kain dalam tabung celup berisi air dan buffer Sistem C : Kain dalam tabung celup berisi air, buffer dan ABS Sistem D : Kain dalam tabung celup berisi air buffer dan DPLSN Standard : kain berwarna dijahitkan ke kain putih Pengujian sifat perata warna dari ABS tertera pada tabel 2. Jumlah zat warna yang berpindah pada kain putih lebih banyak hal ini ditunjukkan dengan harga DE minimum 15,173. Ini berarti ABS memiliki kemampuan meratakan zat warna keseluruh permukaan kain poliester. Harga DE minimum diberikan oleh sistem C yaitu sistem yang terdiri dari kain, air, buffer dan ABS. Bila dibandingkan dengan sistem D yang terdiri dari kain, air, buffer dan DPLSN, maka sistem C memberikan hasil yang lebih baik dengan demikian pemakaian ABS lebih baik dari DPLSN (biasa digunakan sebagai leveling agent) Tabel 3. Jumlah zat warna yang terserap oleh serat dengan bantuan surfaktan Surfaktan Zat warna terserap (%) ABS 79,5 DPLSN 76,38

Kemampuan ABS sebagai leveling agent juga dimonitor dengan cara mengukur jumlah zat warna yang terserap oleh serat. Dari tabel 3 terlihat bahwa kemampuan ABS lebih besar dari DPLSN, data ini memperkuat ABS ( ekonomis dan mudah didapat) dapat menggantikan fungsi DPLSN. Proses pewarnaan tekstil meliputi beberapa tahap, tahap pertama adalah tahap migrasi yaitu berpindahnya molekul zat warna dari larutan ke permukaan serat, surfaktan berperan pada tahap ini dengan gugus hidrofob mengikat zat warna dan gugus hidrofil mengarah ke air. Sistem ini selanjutnya menempel pada serat melalui tahap kedua yaitu adsorpsi, surfaktan akan mendorong molekul zat warna terserap maksimal pada serat. Tahap selanjutnya adalah difusi yaitu proses perpindahan molekul zat warna dari permukaan ke dalam serat, pada tahap ini diperlukan suhu tinggi (130 o C). Energi panas yang diberikan menyebabkan terjadinya gerakan makro molekul yang cepat sehingga terbentuk ruang antara molekul yang memungkinkan zar warna terdifusi ke dalam serat sedangkan surfaktan akan terlepas kembali. Kesimpulan 1. Konsentrasi ABS optimum digunakan untuk membantu pewarnaan adalah 2 % 2. Sistem yang mengandung ABS baik duigunakan pada proses pewarnaan 3. Jumlah zat warna yang terserap oleh kain lebih tinggi dengan adanya ABS dari pada dengan adanya DPLSN Daftar pustaka: 1. Saptoraharjo, Asmuwahyu dkk, 1993, Pengaruh Surfaktan Terhadap Fenomena Zat Warna Azo, Institut Teknologi Indonesia. 2. Isminingsih dan Djufri,Rasyid, 1982, Pengantar Kimia Zat Warna, Institut Teknologi Tekstil, Bandung 3. Rosen J.M., 1978, Surfactant and Interfacial Phenomena, John Willey and Sons, Inc, Toronto, Canada 4. Moiliet J.L and B.Collie, 1951, Surface Activity, E & F.N.Spon,Ltd, London.