KETERSEDIAAN KEBUTUHAN KEMAMPUAN. Kerangka Hubungan Lokasi Fasilitas, Gravitasi Fasilitas dan Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PW Dasar Dasar Infrastruktur II. Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota

Analisis Isu-Isu Strategis

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

Untuk menunjang proses pembangunan kesehatan, pemerintah & pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, baik dalam Jumlah, Jenis dan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL PUSKESMAS II DENPASAR UTARA

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN SEHAT TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

PENETAPAN KINERJA KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN

BAB III Visi dan Misi

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Bab VII RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 7.1 Penetapan Kawasan Perkotaan dan Kawasaan Pedesaan

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI, MISI DAN PROGRAM POKOK

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Dompu Tahun adalah : TERWUJUDNYA DOMPU YANG MANDIRI DAN RELIGIUS

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

PROFIL KABUPATEN / KOTA

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

Transkripsi:

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) SOSIAL INFRASTRUKTUR Fasilitas : Pendidikan,Kesehatan,Peribadatan, P ib d t Perdagangan 5 Oleh Dr.Ir.Rimadewi Supriharjo,MIP Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 1

FASILITAS PENDIDIKAN Prinsip Dasar Sarana Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan adalah sarana sosial yang mempunyai standar-standar untuk digunakan untuk pembangunan sumber daya manusia dan didirikan berdasarkan proporsi dan kebutuhan penduduk. Dalam mendirikan sarana dan prasarana sosial termasuk fasilitas pendidikan, pemerintah mempunyai pedoman umum dalam pelaksanaannya. Penyediaan fasilitas pendidikan sebagai kebutuhan sosial ekonomi masyarakat di pengaruhi oleh tingkat kebutuhan, pertumbuhan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat setempat. Penyediaan fasilitas pendidikan merupakan salah satu bentuk eksistensi pelayanan publik dalam menentukan orde atau hierarki dari perkembangan perkembangan wilayah. Dalam hal ini terjadi hubungan sangat erat antara pertumbuhan penduduk, penyediaan fasilitas pelayanan publik dan kompleksitas aktivitas ekonomi penduduk dalam suatu wilayah (Tarigan, 2005). 2

Aksesibilitas Penduduk Terhadap Fasilitas Pendidikan Aksesibiltas merupakan suatu konsep yang menggabungkan sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan infrastruktur penunjang yang menghubungkannya Dalam konteks layanan pendidikan, sistem tata guna lahan yang dimaksud adalah pengaturan pemanfaatan lahan suatu wilayah untuk kegiatan pendidikan beserta fasilitas dan sarana prasarana penunjang untuk mencapai fasilitas pendidikan. Aksesibilitas dapat dikatakan identik dengan ketersediaan, dimana ketersediaan suatu infrastruktur merupakan faktor yang menentukan tingkat aksesibilitas (Tarigan, 2005). Akses dan ketersediaan berhubungan erat dengan kesempatan untuk mendapatkan layanan suatu fasilitas (Frenk, 1992). Dalam konteks pendidikan, ketersediaan fasilitas pendidikan berupa sekolah memberikan kesempatan bagi individu untuk memperoleh layanan dari fasilitas yang tersedia sebagai bentuk dari pemenuhan kebutuhan akan pendidikan. 3

Aksesibilitas sebagai bentuk dari keterjangkauan dan ketersediaan fasilitas pelayanan publik termasuk pendidikan, pada dasarnya menganut asas-asas dasar penyediaan layanan publik blk (DPU, 1998). Asas-asas asas dasar penyediaan layanan publik tersebut diantaranya: (1) Kemudahan, (2) Kegunaan, (3) Keselamatan, dan (4) Kemandirian. Pada dasarnya untuk mencapai fasilitas layanan publik terdapat dua aksesibilitas yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aksesibilitas secara ekonomi dan aksesibilitas secara fisik.(ilham Ilham, 2004) Aksesibilitas ekonomi dapat diartikan sebagai kemampuan individu secara finansial (financial accesibility) ) untuk mendapatkan layanan publik yang tersedia, termasuk didalamnya kesediaan membayar untuk menjangkau fasilitas publik tersebut. Sedangkan aksesibilitas fisik merupakan aksesibilitas yang berkaitan dengan ketersediaan sarana parasarana dan alternatif angkutan untuk menjangkau fasilitas publik yang ada. 4

Distribusi Fasilitas dan Pemanfaatan Sarana Prasarana Pendidikan DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN KETERSEDIAAN KEBUTUHAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA WILAYAH Sumber Daya Manusia Daya Tampung Fasilitas Pendidikan Sarana Prasarana Transportasi KARAKTERISTIK WILAYAH Jumlah Penduduk Usia Sekolah Struktur Geografis Wilayah Persebaran Permukiman Kepadatan Penduduk KONDISI FASILITAS PENUNJANG Jarak Kondisi Jalan Penghubung Transportasi Menuju Fasilitas Gravitasi Lokasi: Daya Tarik Fasilitas Pendidikan oleh Obyek Pendidikan Kerangka Hubungan Lokasi Fasilitas, Gravitasi Fasilitas dan Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan 5

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi fasilitas umum DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN FAKTOR INTERNAL -Komposisi Penduduk -Aktivitas Penduduk -Kondisi Sosial Ekonomi -Tingkat pendidikan Penduduk -Sistem Jaringan Transportasi FAKTOR EKSTERNAL -Potensi Wilayah -Karakteristik Wilayah -Ukuran Wilayah Tujuan Penyediaan Fasilitas Pendidikan: Pemerataan Layanan Fasilitas, Pemerataan Kesempatan Pemanfaatan dan Pemerataan Pemenuhan Kbth Kebutuhan Masyarakat kt Kerangka Hubungan Distribusi Fasilitas dengan Penyediaan Fasilitas Pendidikan 6

Jenis fasilitas pendidikan yang terdapat t di kota pada umumnya terdiri atas : Play Group & Sekolah Taman Kanak-kanak kanak Sekolah Dasar Sekolah menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Khusus Akademi Perguruan Tinggi Jenis fasilitas pendidikan Kebutuhan jenis fasilitas pendidikan berbeda antara satu kota dengan kota lainnya,aspek yang terkait: Ukuran Kota Jumlah Penduduk Komposisi penduduk Status administrasi kota 7

lanjutan Jumlah fasilitas pendidikan Dapat diperkirakan dari struktur umur penduduk, berkaitan dengan usia untuk memasuki jenjang pendidikan tertentu,aspek yang terkait : Komposisi penduduk menurut kondisi sosial ekonomi Tingkat pendidikan Besaran fasilitas pendidikan Secara umum besaran fasilitas pendidikan diwujudkan dalam satuan jumlah kelas atau jumlah siswa. Ditentukan oleh efisiensi tingkat pelayanan (makin efisien makin tinggi besaran fasilitas, dan memperkecil jumlah fasilitas) Distribusi fasilitas pendidikan Pola distribusi terkait dengan jenjang fasilitas pendidikan, makin tinggi jenjang makin besar ukuran ruang dan ukuran penduduk yang dilayani 8

Kebutuhan Sarana Prasarana Pembelajaran pada Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Baku Mutu dan Jenis Sekolah Tingkat Pendidikan Tipe Sekolah Rombongan Belajar (Kelas) Peserta Didik (Siswa) Luas Ruang Minimum (m 2 ) Luas Lahan Minimum (m 2 ) Tipe A 12 480 1.000 3.000 SD/MI Tipe B 9 360 633 2.000 Tipe C 6 240 251 1.000 Tipe A 27 1.080 3.077 9.000 SLTP/MTs Tipe B 18 720 2282 2.282 9000 9.000 Tipe C Tipe A 9 27 360 1.080 1.502 5.233 6.000 1 lantai: 15.000 2 lantai: 9.500 SMU/MA/SMK 3 lantai: 7.000 1 lantai: 12.500 Tipe B 18 720 3.835 2 lantai: 8.000 3 lantai: 5.000 Tipe C 9 360 2.692 10.000 Sumber: Acuan SNI 03-1733-2004 (BSN, 2004). 9

FASILITAS KESEHATAN Jenis Fasilitas Kesehatan di Kota adalah: Jenis Fasilitas Secara garis besar dibagi 4 pembagian : Sarana Medik Utama: Rumah Sakit Umum Rumah sakit Khusus (spesialis) Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Bersalin Sarana Medik Dasar: Praktik berkelompok (Poliklinik): perawat-bidan-fisiotherapis-dokter umum-dokter gigi-balai pengobatan-balai balai kesehatan Ibu dan Anak(BKIA)-rumah bersalin,posyandu.puskesmas. Puskesmas Sarana Penunjang Medik Spesialis: Praktik berkelompok : dokter spesialis (kandungan-penyakit dalam-bedah-syaraf-gigi-mata dlsb) Sarana Penunjang Medik: Laboratorium klinik Laboratorium Kesehatan Masyarakat Apotek Toko Obat Optikal Toko Pest Control Toko Alat Kesehatan 10

FUNGSI DAN TUJUAN FASILITAS KESEHATAN Fungsi Utama : memberikan pelayanan kesehatan, memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan kepada masyarakat Fungsi Khusus: penyembuhan pencegahan pengobatan Tujuan Utama: Menyelesaikan segala permasalahan kesehatan yang dihadapi seluruh golongan masyarakat Menyediakan semua fasilitas kesehatan yang diperlukan Tujuan Khusus : penanggulangan penyakit dan wabah Penanganan masalah Gizi-Gizi buruk untuk ibu dan anak Penanganan masalah obat-obatan obatan 11

PERAN FASILITAS KESEHATAN TERHADAP PERMASALAHAN KOTA Beberapa permasalahan kesehatan di Perkotaan : Terjadinya bencana Alam Penyakit masyarakat (kelompok masyarakat khusus:pekerja sex,anak jalanan,pekerja j sektor informal) Dampak kegiatan (Polusi) : Industri-transportasi-pencemaran pencemaran air Permasalahan kesehatan karena kemiskinan dan lingkungan : Rendahnya pengetahuan Rendahnya ekonomi Lingkungan perumahan di daerah marginal Kendala pembangunan kesehatan masyarakat: Tingginya disparitas status kesehatan ( antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, antar perkotaan, antar pedesaan) Rendahnya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan Rendahnya pemerataan serta keterjangkauan pelayanan kesehatan Terbatasnya tenaga kesehatan Kinerja pelayanan dan peralatan yang tidak optimal Perilaku masyarakat yang salah, yang berakibat pada kesehatan 12

Berdasar pola pemenuhan kebutuhan Fas Kesehatan yang ada maka kebutuhannya terkait pada 5 aspek yaitu : Jenjang fasilitas kesehatan Didasarkan atas ukuran kota dan jumlah penduduk Jenis fasilitas kesehatan Keragaman jenis fasilitas kesehatan maka perlu ditinjau esensi dari eksistensinya, disesuaikan dengan kualifikasi fasilitas kesehatan Jumlah fasilitas kesehatan Jumlah sulit ditetapkan karena menyangkut variabel sulit yaitu frekwensi sakit tiap orang. Dapat menggunakan standar yang ada dari negara lain, atau berdasarakan kebutuhan wilayah dan masyarakat Besaran fasilitas kesehatan Diperkirakan dari tingkat efisiensi pelayanan dan pola penjenjangannya, serta fenomena/trend masyarakat a a Distribusi fasilitas kesehatan Pola distribusi ditentukan dari pola penjenjangan, karena berkaitan dengan besaran ruang dan besaran penduduk 13

FASILITAS PERIBADATAN KEBUTUHAN : Kebutuhan fasilitas peribadatan bergantung pada corak kehidupan religius penduduk kota Setiap kota fasilitas peribadatannya akan berbeda Pola pelayanan bersifat umum Kebutuhan didasarkan atas sifat universal (jenis seragam tiap kota/wilayah) FUNGSI : Sebagai tempat ibadah, sarana tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Sebagai tempat pendidikan agama,juga pendidikan yang lain (kesosial- masyarakatan, umum, pengetahuan dan teknologi) Sebagai tempat bersilaturachmi, sarana komunikasi antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia PERAN : Memajukan nilai keagamaan di tengah masyarakat Menunjukan identitas umat beragama Meningkatkan pemahaman beragama untuk terciptanya masyarakat yang bermoral dan bermartabat 14

Jenis ragam fasilitas peribadatan masyarakat kota di Indonesia : Islam Katolik Hindu Budha Konghucu Jenjang fasilitas peribadatan Tiap kota mempunyai jenjang yang berbeda, diutamakan pertimbangan kegiatan religi kemudian pertimbangan aspek pelayanan Jumlah Fasilitas Dapat diperkirakan berdasarkan komposisi pemeluk agama dan dikaitkan dengan besaran fasilitas pendidikan Indikator : Jumlah Pemeluk dalam satu wilayah/kawasan Karakteristik sosial masyarakat (homogen atau heterogen) 15

Besaran Fasilitas Tergantung dari kapasitas tiap jenis dan jenjang. Besaran dapat disesuaikan dengan besaran fasilitas kota yang lain Indikator : Jenjang yang akan dilayani ( tingkatan kelompok masayarakat) Luasan Lokasi yang akan didirikan fasilitas tersebut Jumlah Jama ah yang tercatat dalam kelompok masyarakat di kawasan tersebut Distribusi Fasilitas Berkaitan dengan jenjang fasilitas. Pola distribusi fasilitas peribadatan dapat disesuaikan dengan pola distribusi fasilitas kota yang lain Indikator : Pola distribusi permukiman dan perumahan Pola distribusi kegiatan pendidikan Pola disribusi kependudukan 16

FASILITAS PERDAGANGAN Pembangunan pada sektor perdagangan dan jasa merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang berperan sangat strategis Sektor perdagangan dan jasa sangat penting dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan Memberikan sumbangan yang berarti dalam menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan kota menginventarisasi fasilitas perdagangan g dan jasa sebagai berikut : Warung/kios Rumah makan/restoran Pertokoan ( termasuk Rumah Toko, rumah kantor) Pusat perbelanjaan ( mall, super market, hyper market) Pasar 17

FUNGSI FASILITAS PERDAGANGAN DAN JASA: Menyediakan dan mengembangkan sarana dan prasarana perdagangan untuk memperlancar distribusi produk Menyediakan barang2 konsumsi dan produksi (stock piling) Sebagai fasilitas pelengkap kota yang mendukung kegiatan industri, pariwisata dan budaya PERAN : Memperkuat dan meningkatkan kerjasama bidang ekonomi lokal-regional regional- nasional-internasionalinternasional Meningkatkan daya saing kegiatan perekonomian Meningkatkan pendapatan daerah dari kegiatan tersebut (pajak) KEBUTUHAN : Fasilitas perdagangan semakin kompleks, untuk memperkirakan kebutuhan diperlukan penelitian empirik yang bersifat global dengan mengkaitkan berbagai komponen kota yang relefan 18

Aspek yang perlu diperhatikan : Jenjang Fasilitas perdagangan Berdasarkan jenis komoditas dan komposisi penduduk, misal Bangunan Toko (kios,toko,ruko,pertokoan,pusat pertokoan,pusat perbelanjaan) Bangunan Pasar ( umum, induk, sayur, buah, hewan, barang elektronik, loak) Bangunan Mall, Plaza Jenis Fasilitas perdagangan Diperlukan penelitian induktif untuk menentukan kebutuhan Indikator : Karakteristik sosial-budaya-ekonomi masyarakat Trend perkembangan kegiatan ekonomi Jumlah Fasilitas perdagangan Penentuan tiap jenis dapat dilakukan secara induktif dengan mengikut sertakan beberapa komponen kota yang relefan Indikator : Jumlah Penduduk Pola struktur internal kota 19

Besaran Fasilitas perdagangan Terkait dengan efisiensi pola pelayanan, dan pertimbangan aspek finansial dan ekonomis Indikator : Jenis fasilitas yang diinginkan Masyarakat Lahan yang tersedia Investor yang akan menunjang Distribusi Fasilitas perdagangan Indikator Penentuan terkait dengan: komponen jumlah yang dibutuhkan besaran fasilitas perdagangan sesuai jenis pelayanan besaran ruang sesuai type jasa dan perdagangan g besaran penduduk yang dilayani Melihat struktur ruang kota yang ada 20