GUBERNUR PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA. PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 30 TAHUN 2012ATahunHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI PAPUA TAHUN 2013

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN JABATAN BIRO BINA MENTAL SPIRITUAL SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI PAPUA

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

B U P A T I W O N O S O B O PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA PADANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Walikota Tasikmalaya

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG DANA RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG (RESPEK)

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 04 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 8 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BENGKULU, PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU

GUBERNUR PAPUA UBERNUR PRORRRRRRRRRRRI PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) PAPUA GRACIA AIRLINES

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA

BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 6 TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMASNOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 4 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 4 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BANK BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BOYOLALI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 03 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

Transkripsi:

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI PAPUA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN INDUK MILIK DAERAH PT. RAKYAT PAPUA SEJAHTERA HOLDING COMPANY DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindaklanjut dari Pasal 31 ayat (4) Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Perseroan, Perusahaan Induk Milik Daerah PT. Rakyat Papua Sejahtera (Holding Company), perlu dilakukan penyertaan modal Pemerintah Provinsi Papua ke dalam modal saham Perusahaan Induk Milik Daerah PT. Rakyat Papua Sejahtera Holding Company; b. bahwa penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada huruf a, disediakan dalam bentuk uang yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013, dan dalam bentuk barang berupa 1 (satu) unit Kapal Penumpang Perintis yang bernama KM Papua Baru dengan Tanda Selar 1322 No. 1244 / D Da, isi kotor 1.322 GT, yang berasal dari pengalihan barang milik daerah pada Dinas Perhubungan Provinsi Papua, pengadaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Papua Tahun Anggaran 2008-2009 yang dibuat Tahun 2008 pada galangan PT. Mariana Bahagia Palembang dan 1 (satu) persil tanah berikut bangunan gedung percetakan yang terletak di Jalan Percetakan Negara Jayapura beserta peralatan/mesin serta personil; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, penyertaan modal daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Provinsi Papua tentang Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Papua Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Induk Milik Daerah PT. Rakyat Papua Sejahtera Holding Company; Mengingat.../2

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan.../3

- 3-12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); 14. Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Perseroan, Perusahaan Induk Milik Daerah PT. Rakyat Papua Sejahtera (Holding Company) (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 12); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PAPUA dan GUBERNUR PAPUA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI PAPUA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN INDUK MILIK DAERAH PT. RAKYAT PAPUA SEJAHTERA HOLDING COMPANY. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Papua yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Papua. 3. Gubernur ialah Gubernur Papua. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Papua, yang selanjutnya disebut DPRP adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Papua sebagai badan legislatif daerah Provinsi Papua. 5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. 6. Perusahaan daerah adalah badan usaha milik daerah yang modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan milik daerah yang dipisahkan. 7. Penyertaan modal adalah setiap usaha dalam menyertakan modal daerah pada suatu usaha bersama atau pemanfaatan modal daerah oleh pihak ketiga yang dananya bersumber dari APBD dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. 8. Perseroan Terbatas.../4

- 4-8. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya. 9. Perusahaan Induk Milik Daerah PT. Rakyat Papua Sejahtera (Holding Company), yang selanjutnya disebut PT. Rakyat Papua Sejahtera HC adalah Perusahaan Perseroan Milik Pemerintah Provinsi Papua. BAB II PENYERTAAN MODAL DAERAH Pasal 2 Pemerintah Daerah melakukan penyertaan modal ke dalam saham PT. Rakyat Papua Sejahtera HC yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Perseroan, Perusahaan Induk Milik Daerah PT. Rakyat Papua Sejahtera Holding Company. Pasal 3 (1) Penyertaan modal Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya 70% (tujuh puluh per seratus) dari modal dasar PT. Rakyat Papua Sejahtera HC sebesar Rp. 500.000.000.000,- (lima ratus milyar rupiah) atau sekurang-kurangnya Rp. 350.000.000.000,- (tiga ratus lima puluh milyar rupiah) merupakan kewajiban Pemerintah Daerah dalam pendirian PT. Rakyat Papua Sejahtera HC. (2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan dalam bentuk : a. uang tunai, yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua Tahun 2012 dan Tahun 2013; b. barang/asset, berupa 1 (satu) unit kapal yang diberi nama KM. Papua Baru dengan Tanda Selar 1322 No. 1244 / D Da berasal dari pengalihan barang milik daerah pada Dinas Perhubungan, yang pengadaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua Tahun Anggaran 2008-2009; dan c. barang/asset berupa tanah berikut bangunan gedung percetakan yang terletak di jalan percetakan negara beserta peralatan/mesin dan personil. Pasal 4 (1) Jumlah penyertaan modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam bentuk uang tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a sebesar Rp.125.000.000.000,00 (seratus dua puluh lima milyar rupiah). (2) Jumlah penyertaan modal dalam bentuk uang tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disisihkan dari APBD selama 2 (dua) tahun anggaran berturut-turut dengan alokasi yang disediakan sebagai berikut : a. Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 75.000.000.000,00 (tujuh puluh lima milyar rupiah); b. Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). (3) Jumlah.../5

- 5 - (3) Jumlah penyertaan modal dalam bentuk barang/asset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b berupa 1 (satu) unit kapal penumpang yang bernama KM Papua Baru senilai Rp. 35.058.019.650,- (tiga puluh lima milyar lima puluh delapan juta sembilan belas ribu enam ratus lima puluh rupiah). (4) Jumlah penyertaan modal dalam bentuk barang/asset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c berupa tanah berikut bangunan gedung percetakan beserta peralatan/mesin dan personil senilai Rp. 102.884.850.150,- (seratus dua milyar delapan ratus delapan puluh empat juta delapan ratus lima puluh ribu seratus lima puluh rupiah). Pasal 5 (1) Sisa penyertaan modal sebanyak Rp. 87.057.130.200,- (delapan puluh tujuh milyar lima puluh tujuh juta seratus tiga puluh ribu dua ratus rupiah) yang harus ditempatkan dan disetor penuh sebagai kewajiban Pemerintah Daerah disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah yang tersedia pada tahun anggaran berkenaan. (2) Pencairan besaran alokasi penyediaan dana penyertaan modal dilakukan berdasarkan hasil evaluasi terhadap usulan rencana kegiatan PT. Rakyat Papua Sejahtera HC dalam tahun anggaran berkenaan. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Gubernur. Pasal 6 (1) Kapal Penumpang Perintis KM. Papua Baru utamanya diperuntukan bagi pelayanan kepada masyarakat dalam negeri khususnya angkutan laut perintis dalam rangka memenuhi kebutuhan transportasi untuk menunjang pertumbuhan ekonomi rakyat di Papua. (2) Kapal Penumpang Perintis KM Papua Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dipergunakan sebagai angkutan laut niaga dan charter. (3) Kapal Penumpang Perintis KM Papua Baru diserahkan sepenuhnya oleh PT. Rakyat Papua Sejahtera HC kepada PT. Papua Lintas Nusantara yang didirikan berdasarkan Akta Notaris tanggal 14 Desember 2010 Nomor 15, yang dibuat di Jakarta dihadapan Notaris/PPAT : MUSA MUANARTA, SH, yang merupakan anak perusahaan dari PT. Rakyat Papua Sejahtera HC. (4) Tanah, bangunan gedung percetakan beserta peralatan/mesin dan personil diserahkan sepenuhnya oleh PT. Rakyat Papua Sejahtera HC kepada PT. Percetakan Rakyat Papua yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Tanggal 24 Agustus 2011 Nomor 45, yang dibuat dihadapan Notaris Musa Muanarta, SH, yang merupakan anak perusahaan dari PT. Rakyat Papua Sejahtera HC. BAB III PENGANGGARAN Pasal 7 Pengisian dana penyertaan modal setiap tahun anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dianggarkan dalam APBD Provinsi Papua pada pengeluaran pembiayaan daerah kode rekening 6.2.2 Penyertaan Modal-Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). BAB IV.../6

- 6 - BAB IV PELAPORAN Pasal 8 (1) Gubernur melaporkan perkembangan penyertaan modal setiap tahun anggaran kepada DPRP dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun anggaran berkenaan. (2) PT. Rakyat Papua Sejahtera HC wajib memberikan laporan perkembangan realisasi penggunaan dana penyertaan modal yang berasal dari Pemerintah Daerah kepada Gubernur setiap tahun. BAB V PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 9 Pengendalian atas penyertaan modal Pemerintah Daerah dilakukan oleh Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 10 Pengawasan dan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban penyertaan modal Pemerintah Provinsi Papua dilakukan oleh aparat pengawasan internal dan eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Papua. Diundangkan di Jayapura pada tanggal 20 April 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI PAPUA, CAP/TTD CONSTANT KARMA LEMBARAN DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2012 NOMOR 2 Untuk salinan yang sah sesuai dengan aslinya Plh. KEPALA BIRO HUKUM CAP/TTD YORGEMES D. HEGEMUR, SH., MH Ditetapkan di J a y a p u r a pada tanggal 19 April 2012 Pj. GUBERNUR PAPUA, CAP/TTD Dr.Drs. H. SYAMSUL ARIEF RIVAI, MS

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI PAPUA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN INDUK MILIK DAERAH PT. RAKYAT PAPUA SEJAHTERA HOLDING COMPANY I. UMUM Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Pasal 34 ayat (3) huruf e ditegaskan bahwa dana otonomi khusus yang dialokasikan 2% dari Dana Alokasi Umum (DAU) Nasional diprioritaskan mendanai pendidikan dan kesehatan dengan memberikan perhatian khusus pada daerah-daerah yang tertinggal, yang mengandung makna bahwa sumber dana dimaksud harus dikelola secara optimal guna peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, khususnya orang asli Papua. Berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan otonomi khusus Papua berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, perlu diupayakan langkah-langkah strategis, terpadu dan berkesinambungan melalui upaya-upaya peningkatan pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, untuk mendukung tercapainya peningkatan pendapatan asli daerah tersebut dibutuhkan intensifikasi maupun ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan asli daerah yang salah satunya berupa penyertaan modal daerah pada badan usaha milik daerah. Penyertaan modal daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini mencakup tujuan, besaran penyertaan modal, penganggaran, pelaporan, pengendalian dan pengawasan sesuai mekanisme APBD. Besarnya alokasi penyediaan dana penyertaan modal dalam APBD setiap tahun anggaran disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah yang tersedia pada tahun anggaran berkenaan. II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6.../2

- 2 - Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12