DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mulia, berkepribadian, cerdas dan memiliki keterampilan hidup sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. negaranya, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

TREND DAN ESTIMASI ANGGARAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG PENDIDIKAN DI PROVINSI JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. bermutu menjadi salah satu faktor yang penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin sekolah tapi terbentur dengan biaya. Anak-anak banyak yang menjadi

REFLEKSI PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MAN 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dirumuskan bahwa fakir miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nurdaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agent of change masyarakat bahkan

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR DI KOTA SALATIGA TAHUN 2011/2012. Donald Samuel Slamet Santosa

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Program Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) adalah

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan di Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar Negara. sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

Penerapan Contextual Teaching and Learning terhadap pembelajaran praktek konstruksi kayu bagi guru SMK di Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini turut mempercepat laju

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

PARADIGMA PEMBELAJARAN EKONOMI. Sosialisasi KTSP 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989.

I. PENDAHULUAN. Amandemen 2001) Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (Studi Situs Di SD Negeri Batursari 6 Mranggen Demak) TESIS

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I. I PENDAHULUAN

Transkripsi:

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Manajemen Pendidikan oleh SYAM SUNIARTI Q100080114 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam pengembangan potensi diri dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berbudaya, berakhlak mulia, berkepribadian, cerdas dan memiliki keterampilan hidup sejahtera (spiritual-knowledged based society). Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis (Miraje, 2007: 1). Sekolah sebagai lembaga pelayanan dibidang pendidikan diharapkan dapat menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia, karena itulah kualitas pembelajaran di sekolah harus selalu ditingkatkan guna memberi jawaban 1

2 kongkrit dari kebutuhan masyarakat modern tersebut. Disamping itu bahwa pendidikan yang dipandang masyarakat merupakan investasi jangka panjang, maka diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi kehidupan gobal, kompetitif, dan inovatif. Upaya pemerintah dalam peningkatan mutu diwujudkan dalam peningkatan sarana belajar, inovasi kurikulum hingga peningkatan mutu guru melalui pelatihan-pelatihan. Pada tahun 2007 juga telah dilaksanakan sertifikasi bagi guru meningkatkan kualitasnya. Karena guru yang berkualitas diharapkan dapat mendongkrak mutu pendidikan pada proporsi yang diharapkan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan juga telah diatur dalam berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah antara lain Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Dalam hal penuntasan wajib belajar 9 tahun, Pemerintah telah berupaya menyelenggarakan wajib belajar dan mengatur sistem pendidikan

3 nasional agar mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan. Namun saat ini mutu pendidikan di Indonesia masih belum dapat bersaing dengan negara lain, terlebih pada saat ini Indonesia belum berhasil sepenuhnya keluar dari krisis multidimensi. Menurut Miraje (2007: 2), realisasi program pemerintah dalam meningkatkan harkat masyarakat di bidang pendidikan melalui penyelenggaraan wajib belajar 9 tahun pada tahun 2007 baru mencapai 92 %. Salah satu masalah dalam merealisasi tujuan tersebut adalah adanya kesenjangan antara partisipasi pendidikan bagi penduduk kaya dan penduduk miskin. Data tersebut diperkuat oleh fakta data dari Liputan 6 tanggal 14/04/2010 15:31 sebagai berikut. Nasib anak-anak putus sekolah teramat mengkuatirkan. Mereka yang seharusnya bisa mengecap ilmu pengetahuan malah mesti terpuruk lantaran miskin. 78 anak tidak melanjutkan pendidikan. Selain itu, puluhan kepala keluarga mengaku tidak mampu membiayai anak mereka. Kompas, Selasa, 12 Agustus 2008 memberitakan mengenai angka putus sekolah yang masih tinggi: Angka putus SD/MI sekitar 2,90 persen, sedangkan total murid SD/MI sekitar 28,1 juta. Lebih lanjut diungkapkan oleh Mudjito (Direktur Pembina TK dan SD Departemen Pendidikan Nasiona) mengungkapkan, penyebab siswa putus sekolah antara lain karena persoalan ekonomi, sosiokultural, dan letak geografis yang sulit. berikut. Berita yang dilansir dari harian sore Wawasan memberitakan sebagai Meski digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2006, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ternyata belum dinikmati oleh seluruh siswa dari keluarga tidak mampu. Hal ini diungkapkan Staf Subdin

4 Perencanaan dan Pengembangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dinas P dan K) Provinsi Jateng, Indiarto Edi saat rapat kerja dengan Komisi E DPRD Jateng, Selasa (18/9). Padahal, alokasi dana BOS Provinsi Jateng tahun 2007 adalah sebesar Rp 1.317.678.768.000 dan BOS buku Rp 80.102.- 132.000. Sementara hingga kini dana BOS yang telah terealisasi yakni sebesar Rp 963.288.- 774.000 (73,10 persen) dan BOS Buku sebesar Rp 64.400.- 952.000 (80,40 persen). Edi mengungkapkan, untuk tingkat Sekolah Dasar, hasil monitoring yang dilakukan terhadap 500 sekolah di Jateng yang menerima dana BOS, menunjukkan hanya 44 persen sekolah dasar (SD) yang membebaskan biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin yang ada. Sementara untuk tingkat SMP, hanya 2 persen yang memberikan pendidikan gratis bagi seluruh siswa miskin. Data yang dihimpun berdasarkan berbagai sumber di atas bahwa alasan yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pendidikan adalah kemiskinan. Disamping itu tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung antara lain meliputi iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis, sementara biaya tidak langsung meliputi antara lain biaya transportasi, kursus, uang saku dan biaya lain-lain. Sejak Juli 2005 Pemerintah telah meluncurkan program BOS untuk semua sekolah setingkat SD dan SMP di Indonesia untuk meringankan atau menggratiskan biaya pendidikan yang ditanggung masyarakat. Program ini diharapkan dapat mempercepat penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dalam bentuk pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah-daerah konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat. Program Bantuan Operasional Sekolah bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang

5 lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun. Dalam konteks tersebut pemerintah berkewajiban untuk menyediakan pendidikan gratis dan bermutu kepada setiap warga negara sesuai dalam Pasal 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) menyatakan, Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Amanat konstitusi diperkuat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ayat (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar belajar minimal jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya dan ayat (3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Program Bantuan Operasional Sekolah merupakan bantuan pemerintah pusat kepada seluruh siswa SD/MI dan SMP/MTs se-indonesia baik negeri maupun swasta atas pengurangan subsidi BBM. Bantuan ini diberikan kepada siswa melalui sekolah yang langsung ditransfer ke rekening sekolah masingmasing. Bantuan dana BOS diharapkan dapat mengurangi atau bahkan menghapus biaya pendidikan yang selama ini dibebankan kepada masyarakat. Harapan dan keinginan pemerintah meringankan atau bahkan menghilangkan beban masyarakat atas biaya pendidikan sangatlah mulia dan ideal. Namun, realitas di lapangan terkadang tidak sesuai harapan. Hal ini seperti yang diberitakan oleh Pos Kupang (2008) sebagai berikut.

6 Realistiskah dengan Rp 27.000-an per siswa per bulan lantas biaya pendidikan tertutupi, sementara masyarakat menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan? Jumlah tersebut tentu jauh dari memadai untuk menutup unit cost per siswa yang rata-rata mencapai Rp 80.000-Rp 90.000-an. Pemerintah pun dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa bantuan operasional sekolah hanya meng-cover 30 persen dari unit cost siswa. Keadaan demikian bagi sekolah bagaikan buah simalakama. Sekolah ingin mengajak masyarakat berpartisipasi membiayai pendidikan, tetapi masyarakat menyandarkan pada BOS secara berlebihan. Sementara jika sekolah membebaskan seluruh biaya pendidikan kepada masyarakat, Bos ternyata jauh dari dapat untuk menutup kebutuhan sekolah. Realita ini diperparah dengan kakunya juknis dari pemerintah yang mengatur pemanfaatan dana BOS. Padahal dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan secara jelas bahwa pembiayaan pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Permasalahan mungkin muncul pada setiap satuan pendidikan, antara lain sekolah tetap menarik iuran bagi siswa miskin, penggelembungan APBS, proses balajar mengajar tetap kurang efektif sampai dengan terjadinya kesalahan dalam penggunaan dana BOS tersebut. Kepala sekolah kurang transparan dalam pengelolaan dana BOS, ketidakpahaman orang tua murid tentang dana BOS dan lain-lain. Sehingga tujuan dari pemberian beasiswa tersebut tidak tepat sasaran. Dampak lain yang dapat terjadi adalah penyelenggaraan sekolah yang tidak sehat, proses belajar mengajar kurang optimal, dan pada akhirnya mutu pendidikan akan terus menurun. Berdasarkan hal tersebut, pembebasan atau subsidi biaya pendidikan kepada siswa mampu dengan dalih keringanan biaya pendidikan justru akan

7 menjadikan mutu pendidikan tidak bermutu. Hal ini bertentangan dengan konsep Manajemen Berbasis Sekoah (MBS) yang menuntut keterlibatan orang tua dan masyarakat terutama dalam hal pendanaan. Hal lainnya bahwa regulasi dari Dinas Pendidikan Nasional terutama dalam hal petunjuk pelaksana (juklak) program BOS sangat menyulitkan pihak sekah, dan hal jelas bertentangan dengan otonomi sekolah dan MBS. Pada kajian ini peneliti ingin mendapat gambaran yang jelas tentang efektivitas penggunaan dana BOS kepada satuan pendidikan dasar (SD) terhadap penyelenggaraan pendidikan dan dampaknya terhadap beban orang tua murid. Transparansi pengelolaan dana BOS kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada stekaholder di pusat dan di daerah untuk dapat memberikan fungsi kontrol dan layanan yang baik guna peningkatan pelaksanaan program BOS ke depan. B. Fokus Penelitian Penelitian ini adalah Bagaimana daya dukung Bantuan operasional Sekolah (BOS) di SD Negeri Wonotingal 04 Kecamatan Candisari Kota Semarang? Fokus dalam penelitian ini dijabarkan menjadi 3 subfokus. 1. Bagaimanakah daya dukung dana BOS bagi siswa dalam memotivasi belajar di SD Negeri Wonotingal 04 Kecamatan Candisari Kota Semarang?

8 2. Bagaimana daya dukung dana BOS bagi orang tua dalam pembiayaan pendidikan di SD Negeri Wonotingal 04 Kecamatan Candisari Kota Semarang? 3. Bagaimana daya dukung dana BOS dalam kegiatan operasional sekolah di SD Negeri Wonotingal 04 Kecamatan Candisari Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian Penelitian secara umum ini bertujuan untuk mendeskripsikan daya dukung Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SD Negeri Wonotingal 04 Kecamatan Candisari Kota Semarang. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan daya dukung dana BOS bagi siswa dalam memotivasi belajar di SD Negeri Wonotingal 04 Kecamatan Candisari Kota Semarang. 2. Mendeskripsikan daya dukung dana BOS bagi orang tua dalam pembiayaan pendidikan di SD Negeri Wonotingal 04 Kecamatan Candisari Kota Semarang. 3. Mendeskripsikan daya dukung dana BOS dalam kegiatan operasional sekolah di SD Negeri Wonotingal 04 Kecamatan Candisari Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritik a. Memberikan konstribusi terhadap pelaksanaan program BOS.

9 b. Menambah khasanah penelitian sosial terutama penelitian sosial terapan tentang evaluasi efektifitas program. 2. Praktis a. Bagi kepala sekolah, yaitu sebagai bahan masukan dan motivasi guna meningkatkan efektifitas pelaksanaan program BOS dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dasar 9 tahun. b. Bagi Masyarakat, yaitu sebagai bahan evluasi dan penilaian kepada pihak sekolah yang memberikan pelayanan aksesibilitas pendidikan guna kepuasan masyarakat penerima program, c. Bagi Dinas Penidikan yaitu, sebagai bahan masukan dan pertimbangan para pengambil keputusan serta sebagai referensi bagi pihak lain yang tertarik dalam penelitian dengan topik yang sama pada penelitian selanjutnya. E. Definisi Istilah 1. Daya dukung: kemampuan untuk memberi suatu dukungan terhadap suatu program yang akan dan sedang berjalan. 2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang berasal dari realokasi dana subsidi BBM (PKPS-BBM) di bidang pendidikan. Program ini bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan bagi siswa lain. Dengan BOS diharapkan siswa dapat memperoleh layanan pendidikan dasar yang

10 lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar Sembilan tahun. 3. Daya dukung dana BOS dalam memotivasi siswa adalah manfaat yang dirasakan siswa secara langsung maupun tidak langsung mengenai keberlangsungan pendidikan mereka. 4. Daya dukung dana BOS bagi orang tua dalam pembiayaan pendidikan adalah manfaat yang dirasakan orang tua siswa dalam menanggung beban biaya pendidikan anak-anak mereka. 5. Daya dukung dana BOS dalam kegiatan operasional sekolah adalah manfaat yang dirasakan sekolah dalam operasional pendidikan.