METODE PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN BENTUK AGREGAT TERHADAP LARUTAN NATRIUM SULFAT DAN MAGNESIUM SULFAT

dokumen-dokumen yang mirip
Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

METODE PENGUJIAN GUMPALAN LEMPUNG DAN BUTIR-BUTIR MUDAH PECAH DALAM AGREGAT

METODE PENGUJIAN JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT YANG LOLOS SARINGAN NO. 200 (0,075 MM)

METODE PENGUJIAN PARTIKEL RINGAN DALAM AGREGAT

BAB 1 PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

BAB IV PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO.200

METODE PENGUJIAN KADAR BERASPAL DENGAN CARA EKSTRAKSI MENGGUNAKAN ALAT SOKLET

Paving Block. Construction s Materials Technology

METODE PENGUJIAN TEBAL DAN PANJANG RATA-RATA AGREGAT

Cara uji sifat tahan lekang batu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Struktrur Dan Bahan Kontruksi

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS NYATA CAMPURAN BERASPAL DIPADATKAN MENGGUNAKAN BENDA UJI KERING PERMUKAAN JENUH

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

UKURAN BUTIRAN TANAH DENGAN HIDROMETER (ASTM D )

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN

Cara uji berat jenis tanah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. SNI Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA. 2. ASTM C Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate.

BAB IV METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB IV METODE PENELITIAN

Metode pengujian kadar semen portland dalam Beton keras yang memakai semen hidrolik

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. A. Umum

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS PASIR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

SNI SNI Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran dengan bahan dasar semen. Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Berat Tertahan (gram)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN Pemeriksaan J 10 UJI BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT ( PB ) ( AASHTO T ) ( ASTM D )

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

LAPORAN PRAKTIKUM ASPAL MODUL J-08 ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

BAB IV METODE PENELITIAN

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Bagan Alir penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

BAB III LANDASAN TEORI

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

BAB IV METODE PENELITIAN A.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

: Pengujian Bahan Perekat Hidrolis. Materi : Uji Berat Jenis SSD dan Penyerapan Air Agregat Halus dan Kasar REFERENSI

Cara uji kelarutan aspal

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

METODE PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN BENTUK AGREGAT TERHADAP LARUTAN NATRIUM SULFAT DAN MAGNESIUM SULFAT BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian-pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat kekekalan batu terhadap proses pelarutan dengan cara perendaman di daerah larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat. 1.1.2 Tujuan Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh index ketangguhan batu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan pada bangunan air. 1.2 Ruang Lingkup Metode ini membahas tentang : persyaratan, ketentuan-ketentuan, cara uji dan laporan uji. 1.3 Pengertian Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode ini adalah : 1) index kekekalan batu adalah nilai kekekalan batu terhadap, proses pelarutan, disintegrasi oleh sebab perendaman di dalam larutan megnesium sulfat dan natrium, sulfat; 2) batu bersifat kekal adalah batu segar, yang terbentuk oleh mineral keras dengan ikatan kuat antar mineral dan sangat sedikit atau tidak bereaksi dan atau disintegrasi terhadap magnesium sulfat dan natriurn sulfat; 3) benda uji adalah bagian dari contoh yang sudah siap untuk diuji; 4) berat asal benda uji adalah berat benda uji dalam keadaan kering sebelum pengujian; 5) benda berat uji tertahan ayakan adalah berat benda uji yang tertahan ayakan tertentu dalam keadaan kering; 6) berat bagian benda uji yang hilang adalah selisih berat benda uji awal dengan berat benda uji tertahan ayakan. 1

BAB II PERSYARATAN 2.1 Benda Uji Benda uji ketangguhan harus memenuhi syarat sebagai berikut 1) benda uji harus diberi label dan nomor; 2) benda uji dideskripsi sebelum diuji; 3) benda uji dapat diperoleh secara alamiah atau dibuat dengan cara memecah mecah batu : (1) benda uji alamiah, diambil sudah berupa fraksi halus atau kasar; (2) benda uji dibuat men ggunakan pemecahan batu, diambil berupa massa batuan yang sangat besar kemudian dipecah-pecah menggunakan alat pemecah batu sehingga berukuran fraksi-fraksi halus dan kasar. 2.2 Penanggung Jawab Hasil Uji Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengujian adalah 1) Nama petugas, pengawas, dan penanggung jawab hasil pengujian harus dibubuhi tanda tangan serta tanggal yang jelas; 2) nama penanggung jawab hasil pengujian harus jelas; 3) instalasi yang melaksanakan pengujian harus jelas. 2

BAB III KETENTUAN-KETENTUAN 3.1 Peralatan dan Bahan 3.1.1 Ayakan Ayakan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) ayakan fraksi halus : Ukuran Lubang Ayakan No. Ayakan 150 mikron 100 300 mikron 50 600 mikron 30 1,20 mm 16 2,40 mm 8 4,00 mm 5 4,75 mm 4 2) ayakan fraksi kasar : ukuran lubang ayakan no. ayakan 4,75 mm 4 9,50 mm - 12,50 mm - 16,00 mm - 19,00 mm - 25,00 mm _ 31,00 mm - 37,50 mm - 50,00 mm - 63,00 mm - 3.1.2 Wadah Wadah yang digunakan merendam contoh : 1) wadah harus terbuat dari bahan yang berlubang-lubang, sehingga cairan perendam dapat dengan mudah meniris dari wadah tanpa membawa serta contoh yang hancur; 2) wadah tahan terhadap larutan magnesium atau natrium sulfat, dengan lubang saringan yang sesuai untuk butiran contoh yang diuji. 3.1.3 Timbangan Timbangan terdiri dari: 1) timbangan untuk fraksi halus perlu ketelitian 0,1 grarn. 2) timbangan untuk fraksi kasar perlu ketelitian 1 gram. timbangan ini perlu dikalibrasi minimum 3 tahun satu kali. 3

3.1.4 Oven Oven digunakan untuk mengeringkan benda uji setelah satu siklus pengujian selesai pada temperatur (110 ± 5 ) C. 3.1.5 Hidrometer Hidrometer untuk mengukur berat jenis cairan dengan ketelitian ± 0,00 1 gr. 3.1.6 Larutan Larutan natrium sulfat atau larutan magnesium sulfat dengan ketentuan sebagai berikut: 1) larutan natrium sulfat, dibuat dengan cara melarutkan Na 2 S0 4 10H 2 O kristal ke dalam air pada suhu antara 25-30 C sehingga jenuh dengan berat jenis antara 1,151-1,174, dibuat 48 jam sebelum digunakan; 2) larutan magnesium sulfat, dibuat dengan cara melarutkan MgS0 4 7H 2 O kristal ke dalam air pada suhu antara 25-30 C sehingga jenuh dengan berat jenis antara 1,295-1,308, dibuat 48 jam sebelum digunakan. 3.2 Benda Uji Benda uji harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1) fraksi halus harus menembus ayakan berukuran 9,5 mm, berat masing-masing fraksi (100± 5) -r, susunan fraksi halus adalah sebagai berikut : lewat ayakan tertinggal diatas ayakan Ukuran Nomor Ukuran ayakan No. ayakan 9,50 mm - 4,75 mm 4 4,75 mm 4 2,36 mm 8 2,36 mm 8 1, 18 mm 16 0,60 mm 30 0,30 mm 50 2) fraksi kasar harus lebih besac dari 4,75 mm, jumlah masing-masing fraksi tidak boleh kurang dari 15% keadaan aslinya, susunan masing-masing fraksi adalah. sebagai berikut : Ukuran fraksi antara ayakan ukuran Berat fraksi 4,75 mm 9,50 mm (300 + 5) gram 9,50 mm 12,50 mm (330 + 5) gram 12,50 mm 19,50 mm (670 + 10) gram 19,50 mm 25,00 mm (500 + 30) gram 25,00 mm 37,50 mm (1000 + 50) gram 37,50 mm 50,00 mm (2000 + 200) gram 50,00 mm 63,00 mm (3000 + 300) gram fraksi > 63,00 mm (7000 + 1000) gram berturut-turut meningkat 25,00 mm tiap fraksi 4

3) bila benda uji terdiri dari fraksi halus dan kasar dengan gradasi > 10% berat butiran lebih besar 9,50 mm dan > 10% berat butiran lebih kecil dari 4,75 mm, pengujiannya sesuai dengan pengujian fraksi halus dan fraksi kasar; 4) bila benda uji ternyata jumlahnya kurang dari 5% keseluruhan, tidak perlu diuji; 5) butiran yang lebih kecil dari 0,30 mm tidak diuji dianggap bagian yang hilang = 0, karena biasanya terdiri dari mineral-mineral yang tahan. 3.3 Keselamatan Kerja 1) ruang asam, digunakan untuk membuat larutan garam, sulfat; 2) sarung tangan dari karet atau bahan lain yang tahanterhadap pengaruh asam 3) jas laboratorium. 3.4 Rumus Perhitungan Rumus yang digunakan dalam metode pengujian ini: C = A B A 100 % Keterangan : C = Index ketangguhan benda uji dalam persen berat A = Jumlah berat awal seluruh fraksi benda uji B = Jumlah berat benda uji yang tertahan pada ayakan tertentu Klasifikasi ketangguhan batu adalah sebagai berikut : batts tangguh bila diuji dengan menggunakan larutan natrium sulfat diperoleh index kekekalan < 10% atau bila diuji menggunakan Iarutan magnesium sulfat diperoleh index kekekalan < 12%. 5

BAB IV CARA UJI Prosedur kerja yang harus dilakukan pada waktu pengujian adalah_ 1) Kerjakan persiapan metode uji ini sebagai berikut : (1) periksa kesiapan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian; (2) siapkan formulir untuk mencatat data pengujian; (3) cucilah benda uji sampai bersih kemudian dikeringkan hingga berat tetap pada suhu (110± 5) C; (4) periksa kembali benda uji catat kondisi litologi, tingkat pelapukan, untuk fraksi besar catat pula jumlah butirnya; (5) ayak benda uji untuk fraksi halus menggunakan ayakan sesuai dengan tabel di 3.1.1) sedangkan untuk fraksi kasar sesuai dengan tabel di 3.1.2); (6) timbang masing-masing fraksi, untuk fraksi halus diperlukan (100 ± 5)gram, untuk fraksi kasar sesuai dengan tabel 3.1.2). 2) Kerjakan tahapan uji dengan urutan sebagai berikut (1) rendam benda uji di dalam larutan natrium sulfat atau megnesium sulfat yang sudah disiarkan menggunakan wadah tertutup selama 16 hingga 18 jam, dengan tinggi larutan 1 cm di atas benda uji; (2) angkat benda uji dari dalam larutan lalu biarkan dulu meniris (15 ± 5) menit, setelah itu keringkan di dalam oven pada suhu (110 ± 5) C sampai berat tetap, berat benda uji dianggap tetap apabila setelah 4 jam kehilangan beratnya tidak lebih dari 0,19 gram; (3) dinginkan sampai mencapai suhu ruangan, kemudian siapkan untuk direndam pada siklus berikutnya; (4) ulangi siklus perendaman dan pengeringan 5 kali; (5) cuci masing-masing fraksi sehingga bersih dari garam sulfat menggunakan, larutan BaCl2 atau menggunakan air panas bersuhu ± 40-50 C, sehingga larutan atau air tetap jernih; (6) hindari terjadinya goncangan yang mengakibatkan butiran-butiran benda uji pecah pada waktu melakukan pencucian; (7) keringkan, kemudian dinginkan dan diayak, untuk fraksi halus menggunakan ayakan yang dipergunakan untuk mempersiapkan contoh 3.3 1), untukfraksi kasar gunakan ayakan sebagai berikut; Untuk fraksi Ayakan yang digunakan (63,00) 37,00 mm 31,50 mm (37,50) 19,00 mm 16,00 mm (19,00) 9,50 mm 8,00 mm (9,50) 4,75 mm 4,00 mm (8) jangan lakukan paksaan butiran menembus ayakan pada waktu melakukan pengayakan; 6

(9) timbang butiran-butiran yang tertinggal di atas ayakan; (10) timbang butiran yang lewat ayakan tertentu; (11) perhitungkan butiran yang terselip pada lubang ayakan sebagai butiran menembus lubang ayakan; (12) catat butiran-butiran yang mengalami perubahan bentuk misalnya : retak, pecah, belah, hancur dan lain sebagainya bagi benda uji fraksi kasar. BAB V LAPORAN HASIL UJI Laporan hasil pengujian dibuat dalam bentuk formulir dan tabel, harus memuat: 1) pemberian benda uji dan lokasi pengambilan contoh harus jelas; 2) jenis larutan garam yang digunakan; 3) berat tiap fraksi sebelum dan sesudah diuji; 4) berat setiap fraksi yang tentahan di ayakan; 5) berat setiap bagian fraksi yang hilang; 6) untuk fraksi kasar harus dilaporkan jumlah butirannya sebelum pengujian dan setelah pengujian, retakan, pecah, belah, hancur dan lain sebagainya. LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH Ayakan : Sieve Fraksi : Fractions Kekekalan : Soundness Persen berat : Weight percent 7

LAMPIRAN B Contoh laporan kuantitatif hasil pengujian sifat kekekalan terhadap pengaruh garam Natrium atau Magnesium sulfat. Lokasi : Batu Bokah Tanggal uji : 2 Juli 1991 No. benda uji : Ф Bb 2 Diuji oleh : Said, BSc Jenis batuan : Pasir kerakal Diperiksa oleh : Ir. Tatang Sutardjo Uji kekekalan fraksi halus menggunakan larutan Natrium Sulfat. Ukuran lubang ayakan Berat contoh asli (Kg) Susunan butir dalam % berat dari contoh asli Berat benda uji awal (gr) Berat benda uji tertahan ayakan (gr) Berat bagian benda uji yang hilang (gr) Lewat 150 mikron 0,64 5,0* Tak diuji Tak diuji 0 (No.100) antara 300 mikron 1,44 11,44* Tak diuji Tak diuji 0 150 mm antara 600 mikron - 3,29 26,0 100 94,71 5,29 300 mikron antara 1,2 mm 3,19 25,2 100 93,99 6,01 600 mikron antara 2,4 mm 2,15 17,0 100 90,64 9,36 1,2 mm antara 4,75 mm - 1,37 10,8 100 87,59 12,41 2,4 mm antara 9,5 mm 0,58 4,6** Tak diuji 87,59 12,41 4,75 mm Jumlah 12,66 100,0 700,00 654,52 45,48 (A) (B) (A-B) * Tak diuji dianggap bagian yang hilang ** Jumlah kurang dari 5% berat asal, tidak diuji, berat yang hilang dianggap sama dengan fraksi terdekat. 45,48 C = 100% = 6,5% 700 (kekal) 8

Uji kekekalan fraksi kasar menggunakan larutan Natrium Sulfat Ukuran lubang ayakan Berat contoh asli (Kg) Susunan butir dalam % berat dari contoh asli Berat benda uji awal (gr) Berat benda uji tertahan ayakan (gr) Berat bagian benda uji yang hilang (gr) 63,00 50,00 6,18 20 4783 4780,13 2,87 50,00 37,50 5,08 37,50 25,00 14,27 25,00 19,00 11,06 45 1505 1499,36 5,64 19,00 12,50 7,42 12,50 9,50 5,53 23 1008 996,01 11,99 9,50 4,75 6,76 12 298 285,30 12,70 Jumlah 7594 7560,80 33,20 (A) (B) (A-B) Catatan : jumlah butir tetap, tidak mengalami cacat 33,20 C = 100% = 0,44 7594 (kekal) 9

10 SNI 03-3407-1994