BAB IV. PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diajukan simpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL KOTA SEMARANG. Diversi : Alternatif Proses Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang

Perbandingan Penghukuman Terhadap Anak dengan Minimal yang Disebut sebagai Anak

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hal tersebut ditegaskan di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dikenal dengan Restorative Justice,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme Mediasi Penal Pada Tahap Penyidikan : mediasi penal dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

I. PENDAHULUAN. ini dibutuhkan agar masyarakat memiliki kesadaran agar tertib dalam berlalu

PENGATURAN DIVERSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPENTINGAN TERBAIK ANAK

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VII PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penulisan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. maka dapat dibuat beberapa kesimpulan diantaranya:

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tujuan studi ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan praktik pemberian maaf dalam proses penyelesaian perkara pidana di Indonesia;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2008 NOMOR 6

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

Al Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 28 Februari 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA. A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepolisian negara lainnya, namun secara universal terdapat adanya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hj. D.S. DEWI, SH.MH Wakil Ketua PN Bale Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB IV PENUTUP. Tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemicu konflik pada pemilihan Kepala Desa di Desa Jatimulyo Tahun

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DARI BUPATI KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL. Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 271/KMK.06/2011

RESTORATIVE JUSTICE SEBAGAI MODEL PEMIDANAAN MODERN BAGI ANAK Oleh :

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana Undang-

BAB I PENDAHULUAN. proses evolusi kapasitas selaku insan manusia, tidak semestinya tumbuh sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap masyarakat dengan karakteristiknya masing-masing, mungkin

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan

Konsep Pemidanaan Anak Dalam RKUHP. Purnianti Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyidik Polri diberi kewenangan yang bersifat personal, berdasarkan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan terkait dengan fokus

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

Transkripsi:

128 BAB IV. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diajukan simpulan sebagai berikut: 1. Penyebab terjadinya penyerobotan lahan perkebunan pada PT Gwang-Ju Palm Indonesia adalah faktor sosial, ekonomi, dan politik masyarakat. Faktor sosial penyebab masuknya warga perambah lebih karena peniruan dari pusaran kasus serupa di Kabupaten Way Kanan dan munculnya kecemburuan masyarakat terhadap pengadaan atau pembagian tanah eks pelepasan HPK Giham Tahmi. Sementara faktor ekonomi yang menjadi penyebab penyerobotan lahan adalah karena nilai ekonomi dari lahan eks pelepasan HPK Giham Tahmi dan karena tidak ditertibkannya kelompok spekulan yang melakukan klaim dan gangguan keamanan ke perusahaan-perusahaan di Kabupaten Way Kanan. Faktor politik yang menyebabkan penyerobotan lahan, dilatarbelakangi oleh janji kampanye pada era pemilihan umum (Pemilu) secara langsung. Faktor penyebab terjadinya penyerobotan lahan PT Gwang-Ju Palm Indonesia dari aspek penguasaan dan pemilikan lahan adalah karena lahannya masih belum bersertifikat HGU sehingga melemahkan aspek legalitas atas lahan PT Gwang-Ju Palm Indonesia.dan penyebab masuknya warga perambah, khususnya dari Kecamatan Rebang Tangkas adalah karena sengketa batas tanah antara Kecamatan Blambangan Umpu dengan Kecamatan Rebang Tangkas yang hingga kini belum selesai.

129 Penyelesaian perkara pada sistem peradilan di Indonesia berbelit, memerlukan waktu penyelesaian yang lama dan biaya tinggi, sebagai contoh kasus yang sedang dihadapi oleh PT Gwang-Ju Palm Indonesia, sejak laporan disampaikan pada akhir tahun 2013, hingga kini masih jauh dari penyelesaian perkaranya. Oleh karenanya dibutuhkan diskresi dengan semangat restorative justice dengan pengalihan sebagian perkara di luar pengadilan dengan melalui mediasi penal. 2. Terjadinya hambatan pada penegakan hukum pidana terhadap penyerobotan lahan perkebunan pada PT Gwang-Ju Palm Indonesia karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal dalam hal kasus PT Gwang-Ju Palm Indonesia karena kekosongan hukum yang mengakibatkan kurangnya perlindungan terhadap kegiatan usaha perkebunan, bergesernya kualitas pendekatan keilmuan dengan pendekatan atau orientasi lain dalam penegakan, kekhawatiran perihal keterbatasan jumlah anggota polisi yang menangani berbagai kasus kriminal atau yang dapat diperbantukan melakukan pengamanan terkait perkara tanah, dan kurang memadainya sarana dan prasarana khususnya di Polres Way Kanan. Sedangkan faktor eksternal adalah berupa tekanan dari kekuatan politik yang justru mempertanyakan aparat yang bertindak tegas di lapangan pada saat meredakan suatu perbuatan melawan hukum yang turut membahayakan jiwa dari aparat yang bertugas, kurangnya ketegasan dan proaktif positif dari Pemda Way Kanan sejak awal permasalahan bergulir karena tersanderanya kewenangan pemerintah daerah untuk suara simpatisan dan adanya oknum yang turut bermain dengan motif

130 ekonomi, kesadaran hukum masyarakat yang justru semakin menurun pasca era reformasi. 3. Prospektif penegakan hukum pidana terhadap penyerobotan lahan perkebunan pada PT Gwang-Ju Palm Indonesia dapat dilaksanakan dengan mediasi penal dalam dua cara, yaitu melalui pemidanaan murni bagi pelaku yang telah memenuhi bukti-bukti melakukan tindak pidana penyerobotan lahan dan/atau yang menyertainya dan melalui diversi atau pengalihan perkara dengan musyawarah melalui diskresi kepolisian kepada pihak-pihak yang turut menjadi korban atau tanpa sengaja menjadi pelaku tindak pidana penyerobotan lahan perkebunan PT Gwang-Ju Palm Indonesia karena terbujuk membeli atau diberikan oleh pihak-pihak tertentu yang bukan berhak. Proses penegakan hukum dan/atau musyawarah harus berjalan bersamaan dengan kegiatan penguasaan lahan secara faktual di lapangan karena bilamana lahan kosong yang belum tertanam terus-menerus dibiarkan, maka akan menimbulkan potensi masuknya pelaku-pelaku baru yang akan memperkeruh keadaan dan bahkan dapat memicu permasalahan berlangsung tanpa akhir sehingga menjadi kerugian yang lebih besar bagi pihak perusahaan.

131 B. Saran Saran-saran yang dapat disampaikan, baik kepada penegak hukum, pemerintah dan instansi terkait, maupun PT Gwang-Ju Palm Indonesia, adalah sebagai berikut: 1. Penegak hukum seyogyanya terlebih dahulu memetakan dan mengklasifikasi akar permasalahan dari suatu tindak pidana, khususnya terkait masalah lahan perkebunan, dan lebih berani melakukan penegakan hukum secara tegas, baik secara murni untuk kasus-kasus tertentu, atau dengan mediasi penal melalui diskresi untuk kasus-kasus ringan atau yang dapat diselesaikan melalui musyawarah atau perdamaian, sesuai dengan semangat keadilan dalam perspektif restoratif; 2. Demi mengurangi unjuk rasa yang bukan penyampaian pendapat secara murni, namun hanya berpotensi mengacaukan stabilitas keamanan daerah, Polres Way Kanan seyogyanya membuat suatu aturan terutama bagi koordinator pengunjuk rasa yang wajib bertanggung jawab penuh dan siap menanggung sanksi hukum atas perbuatan melawan hukum yang terjadi saat unjuk rasa; 3. PT Gwang-Ju Palm indonesia harus segera meneruskan kegiatan usaha sesuai dengan perizinannya, di bawah pengawalan dan pengawasan dari aparat yang berwenang, untuk menghindari makin meluasnya lahan yang diserobot oleh masyarakat perambah, yang merupakan pelaksanaan salah satu dari butir rekomendasi yang disampaikan oleh Tim Khusus Penyelesaian Masalah Lahan PT Gwang-Ju Palm Indonesia dan harus segera mengkaji dan mendorong percepatan proses pendaftaran tanahnya dalam rangka

132 memperoleh Sertipikat HGU dan memperbaiki manajemen ketenagakerjaannya; 4. Masyarakat Kabupaten Way Kanan seyogyanya diupayakan menaati hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan sosialisasi dan pembinaan dari unsur pemerintah yang aktif dan persuasif, demi terwujudnya ketenteraman dan keadilan sosial di Kabupaten Way Kanan. 5. Masyarakat Kabupaten Way Kanan diupayakan lebih menaati hukum dan peraturan perundang-undangan yan berlaku, dengan sosialisasi dan pembinaan dari unsur pemerintah yang aktif dan persuasif, demi terwujudnya ketentraman dan keadilan sosial di Kabupaten Way Kanan.