UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT SEKRUP PADA KAYU

LAPORAN AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DAN RIGIDITAS RANGKA BATANG PAPAN KAYU

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

PENELITIAN EKSPERIMENTAL KUAT LELEH LENTUR (F yb ) BAUT

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

Perilaku Sambungan Komposit kayu-beton dengan Alat Sambung Sekrup Kunci terhadap Beban Lateral

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

Laboratorium Mekanika Rekayasa

STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN TEKAN SAMBUNGAN MORTISE-AND-TENON BERPENAMPANG LINGKARAN KAYU MERANTI

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

IDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rumah Kayu dari Norwegia yang Bergaya Klasik

ANALISA KEKUATAN TAHANAN LATERAL SAMBUNGAN KAYU-BETON

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

PERILAKU BALOK KAYU MERANTI SEBAGAI BAHAN BANGUNAN UTAMA RUMAH TRADISIONAL ACEH

HUBUNGAN ANTARA SUDUT PEMAKUAN DAN BEBAN TEKAN AKSIAL SEJAJAR SERAT PADA SAMBUNGAN BERHIMPIT PAPAN KAYU

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Metode pengujian lentur posisi tidur kayu dan bahan struktur bangunan berbasis kayu dengan pembebanan titik ke tiga

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

Tahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU


PENGARUH KADAR AIR DAN JARAK ANTAR PAKU TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN KAYU KELAPA

Kekuatan Tekan Sejajar Serat dan Tegak Lurus Serat Kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri)

KAJIAN SAMBUNGAN BATANG TEKAN DAN MOMEN LENTUR LAMINATED VENEER LUMBER (LVL) KAYU SENGON (PARASERIANTHES FALCATARIA) DENGAN ALAT PENGENCANG PAKU

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

PENGARUH DIAMETER DAN JUMLAH PAKU TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN GESER GANDA TIGA JENIS KAYU

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)

ABSTRAK. Kata kunci: kayu, paku, baut, sekrup, pasak, aplikasi, data. vii. Universitas Kristen Maranatha

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON

2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK KAYU DENGAN PENAMBAHAN PLAT BAJA PADA SISI SERAT TARIK

SNI Standar Nasional Indonesia

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL BALOK LAMINASI GLULAM I PRATEKAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU LENTUR PANEL LANTAI PLYWOOD MERANTI OSB PINUS

APPLICATION SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DESIGN OF MECHANICALLY TIMBER CONNECTIONS PENGEMBANGAN SOFTWARE APLIKASI UNTUK DESAIN SAMBUNGAN KAYU MEKANIS

Sifat Mekanik Kayu Keruing untuk Konstruksi Mechanics Characteristic of Keruing wood for Construction

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

Bab II STUDI PUSTAKA

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS SAMBUNGAN KAYU PADA MOMEN MAKSIMUM DENGAN BAUT BERVARIASI PADA BALOK SENDI ROL Muhammad Sadikin 1, Besman Surbakti 2 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M)

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Oleh : Reni Sulistyawati. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE

Karakteristik Kekuatan Leleh Lentur Baut Besi dengan Beberapa Variasi Diameter Baut

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL PERILAKU TEKUK KOLOM TUNGGAL KAYU PANGGOH Putri Nurul Hardhanti 1, Sanci Barus 2

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

N. Retno Setiati ABSTRAK

I. Perencanaan batang tarik

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

Daftar Isi. Daftar Isi... i. Prakata... ii. Pendahuluan... iii

PREDIKSI KEKUATAN LATERAL PANEL KAYU

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

TINJAUAN PANJANG LEKATAN ANTARA BETON NORMAL DENGAN TULANGAN AKIBAT BEBAN STATIK

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP NILAI CBR MATERIAL CRUSHED LIMESTONE ABSTRAK

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

USE OF CLAY EX. BENGALON AS AGGREGATE MADE AND SAND EX. MUARA BADAK IN MIXED CONCRETE METHOD STANDART NATIONAL INDONESIAN

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

SAMBUNGAN BATANG TEKAN DAN MOMEN LENTUR LAMINATED VENEER LUMBER (LVL) KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN ALAT PENGENCANG BAUT

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

Pengaruh Penambahan Serat Polypropylene Terhadap Sifat Mekanis Beton Normal

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

ANALISIS PENGUJIAN STRUKTUR BALOK LAMINASI KAYU SENGON DAN KAYU KELAPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

Transkripsi:

UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU Altho Sagara 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Indonesia ABSTRAK SNI 7973-2013 yang berjudul Spesfikasi Desain untuk Konstruksi Kayu, adalah peraturan yang digunakan dalam melakukan perancangan konstruksi kayu di Indonesia. Peraturan tersebut memberikan acuan yang baik dalam melakukan perhitungan struktur kayu, baik berupa elemen struktur maupun sambungan dari elemen struktur kayu. Salah satu kekurangan dari peraturan tersebut adalah tidak adanya rumusan / persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya kuat cabut pada alat pengencang mekanik seperti paku dan sekrup. Melalui percobaan pada penelitian ini, didapatkan persamaan yang dapat digunakan untuk mengetahui besar kuat cabut pada alat pengencang paku. Pengujian kuat cabut paku yang dilakukan mengikuti ketentuan ASTM D 1761 "Standard Test Methods for Mechanical Fasteners in Wood". Variasi pengujian yang dilakukan adalah 3 jenis kayu yang berbeda yaitu Sengon, Meranti, dan Akasia, serta variasi diameter paku yang digunakan yaitu diameter 1,8 mm; 2,2 mm; dan 3 mm. Pengujian tersebut menghasilkan korelasi antara kuat cabut paku terhadap berat jenis, kadar air, arah serat, dan diameter paku yang digunakan. Nilai kuat cabut paku yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 1,86-9,28 MPa. Kata kunci: Kuat Cabut Paku, Berat Jenis, Kadar Air, Arah Serat ABSTRACT SNI 7973-2013 "Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu" is a code that is used for wood construction design in Indonesia. The regulation provides a good reference in calculating the wooden structure, either structural elements and timber connection structural elements. The regulation doesn t provide any formula / equation that can be used to calculate withdrawal resistance on mechanical fasteners such as nails and screws. The experiment would produced proper equation to calculate withdrawal resistance. Withdrawal test follow ASTM D 1761 "Standard Test Methods for Mechanical Fasteners in Wood". The variation is 3 types of wood, Sengon, Meranti, and Akasia, then nail diameter, they are 1.8 mm, 2.2 mm, and 3 mm. As the result, the relation between the widthdrawal resistance and specific gravity, moisture content, fiber direction, and the diameter of the nails is obtained. Withdrawal resistance in this study ranged from 1.86-9.28 MPa. Keywords: Withdrawal resistance, specific gravity, moisture content, fiber direction 1 PENDAHULUAN Penggunaan sekrup dan paku sebagai alat pengencang seringkali digunakan pada konstruksi bangunan kayu. Pengencang sekrup dan paku yang menahan gaya tarik banyak ditemukan pada konstruksi bangunan kayu [2], sebagai salah satu contoh adalah aplikasinya pada dudukan / gantungan lampu pada lantai kayu, dudukan railing yang menggantung pada lantai kayu, dan masih banyak lagi. SNI 7973-2013 yang berjudul Spesfikasi Desain untuk Konstruksi Kayu [3], adalah peraturan yang digunakan dalam melakukan perancangan konstruksi kayu di Indonesia. Kekurangan dari peraturan tersebut adalah tidak adanya rumusan / persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya kuat cabut pada alat pengencang mekanik seperti paku dan sekrup. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian kuat Corresponding author. e-mail:altho.sagara@unpar.ac.id cabut paku dengan menggunakan metode ASTM D1761 "Standard Test Methods for Mechanical Fasteners in Wood" [1] dan mendapatkan hubungan antara kuat cabut paku dengan berat jenis kayu yang digunakan, diameter paku yang digunakan, arah serat dari pemakuan yang dilakukan, dan kadar air dari kayu yang digunakan. 2 BAHAN DAN PENGUJIAN Variasi dari benda uji yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan variasi jenis kayu Meranti (SG = 0,6), kayu Akasia (SG = 0,55), dan kayu Sengon (SG = 0,45). Sedangkan variasi dari paku yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kayu dengan panjang 2", 3", dan 5". Benda uji balok kayu yang dibuat pada penelitian ini menggunakan balok kayu dengan ukuran 20 x 5 x 5 cm dapat

38 A. Sagara, Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 37-41 dilihat Gambar 1. Gambar 1 Benda Uji Kuat Cabut Paku. Pengujian kuat cabut paku akan mengikuti ASTM D 1761 [2]. Metode uji ini memberikan prosedur dasar untuk mengevaluasi ketahanan alat pengencang (paku) yang tertanam dalam kayu akibat gaya cabut. Pengujian dilakukan dengan kecepatan konstan 3 mm/menit menggunakan Universal Testing Machine dengan setup pengujian seperti pada Gambar 2. Paku yang tertanam pada balok kayu tersebut dibatasi minimum 70% dari panjang paku tersebut, dan proses pemakuan dilakukan secara manual dengan menggunakan palu. Gambar 2 Setup Pengujian Kuat Cabut Paku. 3 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Kuat cabut paku dapat dihitung dengan menggunakan perbandingan antara beban tarik maksimum dari pengujian dan luas selimut dari paku yang tertanam. Tegangan friksi yang dihasilkan antara paku dan kayu yang digunakan dapat dihitung sebagai besaran kuat cabut dari paku tersebut. Tabel 1 berikut adalah tabel yang menggambarkan nilai kuat cabut dari masingmasing benda uji Tabel 1 Hasil Pengujian Kuat Cabut Paku No. Benda Uji Peak Load (N) Luas Selimut Paku (mm 2 ) Kuat Cabut (MPa) 1 M-N-2-1 1086,34 197,82 5,49 2 M-N-2-2 602,60 197,82 3,05 3 M-N-2-3 837,56 197,82 4,23 4 M-N-3-1 766,75 241,78 3,17 5 M-N-3-2 734,38 241,78 3,04 6 M-N-3-3 799,52 241,78 3,31 7 M-N-4-1 884,94 329,7 2,68 8 M-N-4-2 613,42 329,7 1,86 9 M-N-4-3 915,96 329,7 2,78 10 A-N-2-1 750,39 197,82 3,79 11 A-N-2-2 838,01 197,82 4,24 12 A-N-2-3 798,44 197,82 4,04 13 A-N-3-1 696,69 241,78 2,88 14 A-N-3-2 1184,23 241,78 4,90 15 A-N-3-3 970,85 241,78 4,02 16 A-N-4-1 907,25 329,7 2,75 17 A-N-4-2 1225,21 329,7 3,72 18 A-N-4-3 1437,18 329,7 4,36 19 S-N-2-1 1334,02 197,82 6,74 20 S-N-2-2 1835,70 197,82 9,28 21 S-N-2-3 1346,75 197,82 6,81 22 S-N-3-1 901,60 241,78 3,73 23 S-N-3-2 799,85 241,78 3,31 24 S-N-3-3 1117,85 241,78 4,62 25 S-N-4-1 2279,45 329,7 6,91 26 S-N-4-2 2412,27 329,7 7,32 27 S-N-4-3 2603,04 329,7 7,90

A. Sagara, Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 37-41 39 Berikut adalah hubungan antara kuat cabut paku terhadap berat jenis kayu yang digunakan: Gambar 6 Hubungan Antara Kadar Air dan Kuat Cabut Paku. Berat Jenis Kayu 0,3-0,5. Gambar 3 Hubungan Antara Specific Gravity dan Kuat Cabut Paku-Kayu Meranti. Gambar 4 Hubungan Antara Specific Gravity dan Kuat Cabut Paku-Kayu Akasia. Gambar 7 Hubungan Antara Kadar Air dan Kuat Cabut Paku. Berat Jenis Kayu 0,5-0,7. Gambar 8 Hubungan Antara Kadar Air dan Kuat Cabut Paku. Gambar 5 Hubungan Antara Specific Gravity dan Kuat Cabut Paku-Kayu Sengon. Berdasarkan grafik pada Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5 didapatkan hubungan bahwa semakin besar specific gravity dari kayu yang digunakan menghasil kuat cabut paku yang semakin kecil. Penggunaan kayu yang lebih berat mempunyai kecenderungan menghasilkan nilai kuat cabut yang semakin kecil. Berikut adalah hubungan antara kuat cabut paku terhadap kadar air dari kayu yang digunakan Berdasarkan grafik pada Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8 dapat dilihat bahwa kadar air kayu mempunyai hubungan terhadap nilai kuat cabut paku. Dimana semakin tinggi kadar air kayu yang digunakan, akan menghasilkan nilai kuat cabut paku yang semakin besar pula. Nilai R 2 dari analisis hubungan tersebut adalah 0,46. Berikut adalah grafik hubungan antara arah serat kayu terhadap kuat cabut paku yang didapatkan dari hasil pengujian:

40 A. Sagara, Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 37-41 Gambar 9 Hubungan Antara Arah Serat dan Kuat Cabut Paku. Berat Jenis Kayu 0,3-0,5. Gambar 12 Hubungan Antara Diameter Paku dan Kuat Cabut Paku (Berat Jenis Kayu 0,3-0,5) Gambar 13 Hubungan Antara Diameter Paku dan Kuat Cabut Paku (Berat Jenis Kayu 0,5-0,7) Gambar 10 Hubungan Antara Arah Serat dan Kuat Cabut Paku. Berat Jenis Kayu 0,5-0,7. Gambar 11 Hubungan Antara Arah Serat dan Kuat Cabut Paku Berdasarkan Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11 didapatkan bahwa arah serat yang lebih besar mempunyai pengaruh terhadap kuat cabut paku yang lebih besar juga. Hal tersebut disebabkan oleh desakan dan lekatan paku terhadap arah serat yang mendekati 90 yang lebih dibandingkan dengan arah serat yang mendekati 0 (pemakuan tegak lurus arah serat). Nilai R 2 dari hubungan tersebut adalah 0,24. Gambar 12 dan Gambar 13 adalah pengaruh diameter paku terhadap kuat cabut paku yang dihasilkan pada pengujian tersebut Gambar 14 Hubungan Antara Diameter Paku dan Kuat Cabut Paku Berdasarkan grafik pada Gambar 14, semakin besar diameter paku yang digunakan akan menghasilkan nilai kuat cabut paku yang semakin kecil dengan nilai R 2 sebesar 0,4. Hasil ini menunjukkan bahwa diameter paku yang kecil menghasilkan nilai friksi yang lebih baik pada kayu dan selimut paku yang tertanam. 4 KESIMPULAN Berikut adalah kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini: Material kayu yang digunakan pada penelitian ini mempunyai kadar air yang berkisar antara 7,2-12,4%. Sedangkan berat jenis/specific gravity dari kayu yang digunakan pada penelitian berkisar antara 0,4-0,66.

A. Sagara, Mekanika, Vol. I, No. 1, Juni 2016, pp. 37-41 41 Berdasarkan grafik hubungan antara specific gravity dan kuat cabut paku dari pengujian yang dilakukan, semakin besar berat isi/specific gravity dari kayu yang digunakan menghasil kuat cabut paku yang semakin kecil. Penggunaan kayu yang lebih berat mempunyai kecenderungan menghasilkan nilai kuat cabut yang semakin kecil. Hubungan antara specific gravity dan kuat cabut kayu tersebut jika dikelompokkan berdasarkan jenis kayu mempunyai nilai R 2 yang berbeda. Kayu meranti R 2 = 0,43; kayu akasia R 2 = 0,27; dan kayu sengon R 2 = 0,62. Kayu sengon mempunyai nilai R 2 yang paling baik pada pengujian ini. Hubungan antara specific gravity dan kuat cabut paku secara keseluruhan pada analisis ini menghasilkan nilai R 2 sebesar 0,72 dengan persamaan regresi y = 22, 324x+16, 43, sehingga dapat dikatakan besaran kuat cabut paku sangat dipengaruhi oleh specific gravity dari kayu yang digunakan. Berdasarkan grafik hubungan antara kadar air kayu dengan nilai kuat cabut paku didapatkan bahwa semakin tinggi kadar air kayu yang digunakan, akan menghasilkan nilai kuat cabut paku yang semakin besar pula. Nilai R 2 dari analisis hubungan tersebut adalah 0,46. Dari analisis hubungan antara pengaruh arah serat terhadap kuat cabut paku didapatkan bahwa arah serat yang lebih besar mempunyai pengaruh terhadap kuat cabut paku yang lebih besar juga. Hal tersebut disebabkan oleh desakan dan lekatan paku terhadap arah serat yang mendekati 90 yang lebih dibandingkan dengan arah serat yang mendekati 0 (pemakuan tegak lurus arah serat). Nilai R 2 dari hubungan tersebut adalah 0,24. Variasi diameter paku yang digunakan menghasilkan perbedaan besaran kuat cabut paku yang dapat diterima oleh paku pada kayu. Semakin besar diameter paku yang digunakan akan menghasilkan nilai kuat cabut paku yang semakin kecil dengan nilai R 2 sebesar 0,4. Hasil ini menunjukkan bahwa diameter paku yang kecil menghasilkan nilai friksi yang lebih baik pada kayu dan bagian selimut paku yang tertanam. [2] RAMMER, D. R. Wood Handbook. Forests Products Laboratory, Madison Wisconsin, 2010. [3] STANDAR NASIONAL INDONESIA. Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu. SNI 7973-2013., 2013. REFERENSI [1] AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS. Standard Test Methods for Mechanical Fasteners in Wood. ASTM D1761. West Conschohocken, PA, 2000.