BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya. nasional. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

Silabus. Kegiatan Pembelajaran Instrumen. Tugas individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia diatur dalam Undang-undang

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, maka dari itu tidaklah heran jika pendidikan saat ini adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun Bangsa dan Negara mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai, dan sikap sehingga dapat berpikir lebih sistematis, rasional, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. bertaqwa, berbudi luhur, terampil, berpengetahuan dan bertanggungjawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Penegasan Judul. Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan berlangsung sepanjang hayat.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam hidup membutuhkan pendidikan, karena kualitas

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan baik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah satu-satunya cara untuk menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA Kelas : VIII ( Delapan ) Tahun Pelajaran : 2013 / 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut James dan James (dalam Erman Suherman dkk, 2003: 16), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lain yang terbagi menjadi tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Materi pelajaran matematika dipelajari siswa secara bertahap melalui 1

proses pembelajaran dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk itulah, materi pelajaran matematika disusun secara sistematis sesuai jenjang pendidikan. Di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), materi matematika yang dipelajari meliputi bilangan, aljabar, pengukuran dan geometri, serta peluang dan statistika. Materi aljabar merupakan materi yang dipelajari dalam pembelajaran matematika baik di kelas VII, VIII, maupun IX. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa pada materi aljabar di kelas VIII semester 1 disajikan dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Materi Aljabar SMP Kelas VIII Semester 1 Standar Kompetensi 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus 2. Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 1.1 Melakukan operasi aljabar 1.2 Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya 1.3 Memahami relasi dan fungsi 1.4 Menentukan nilai fungsi 1.5 Membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat Cartesius 1.6 Menentukan gradien, persamaan, dan grafik garis lurus 2.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel 2.2 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel 2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya 2

Berdasarkan pengalaman praktik mengajar lapangan (PPL) sekaligus observasi pembelajaran matematika yang dilakukan peneliti selama kurang lebih 5 minggu di kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 2 Kalasan menunjukkan bahwa beberapa siswa kelas VIII A dan VIII B mengalami kesulitan dalam pembelajaran aljabar terutama yang berkaitan dengan pemfaktoran. Ketika siswa diberikan soal, siswa kurang memperhatikan perintah soal yang diberikan sehingga siswa cenderung langsung mengerjakan sesuai contoh yang diberikan. Selain itu, jika siswa menemui soal yang berbeda dari contoh soal yang diberikan, siswa cenderung tidak mengerjakan soal tersebut atau siswa mengerjakan soal tersebut dan melakukan kesalahan. Penemuan tersebut ditunjukkan dari hasil ulangan harian siswa kelas VIII tahun 2015/2016 pada materi bentuk aljabar. Peneliti hanya memperoleh data hasil ulangan harian siswa kelas VIII A dan VIII B karena kedua kelas tersebut yang boleh digunakan untuk penelitian. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Kalasan adalah 75. Dari 32 siswa kelas VIII A, 17 siswa dapat mencapai KKM dan 15 siswa belum dapat mencapai KKM, sedangkan dari 32 siswa kelas VIII B, 21 siswa dapat mencapai KKM dan 11 siswa belum dapat mencapai KKM (disajikan pada Lampiran 5). Hal inilah yang menjadi alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di kelas VIII A. 3

Ulangan harian tersebut terdiri dari 6 butir soal. Kisi-kisi soal ulangan harian pada materi bentuk aljabar yang telah dirancang oleh guru disajikan dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2. Kisi-Kisi Ulangan Harian Bentuk Aljabar Standar Kompetensi Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus. Kompetensi Dasar Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktorfaktornya. Indikator ab + ac = a(b + c) a 2 b 2 = a + b (a b) a 2 ± 2ab + b 2 = a ± b 2 ax 2 + bx + c dengan a = 1 ax 2 + bx + c dengan a 1 Menggunakan pemfaktoran untuk menyederhanakan pecahan dalam bentuk aljabar Nomor Butir 1 2 3 4 5 6 Dari hasil analisis butir soal ulangan harian kelas VIII A yang diberikan oleh guru (disajikan pada Lampiran 6), banyak siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 1d, yaitu Faktorkanlah bentuk aljabar berikut ini: 2x x + 3 5(x + 3). Dari 32 siswa, hanya 3 siswa yang dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa kelas VIII A kesulitan dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran terutama dalam menyelesaikan pemfaktoran bentuk aljabar yang menggunakan hukum distributif, yaitu bentuk ab + ac = a(b + c). 4

Dari pengalaman PPL tersebut, peneliti menduga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah aljabar yang menggunakan hukum distributif karena siswa belum memahami langkah-langkah pemfaktoran. Beberapa siswa justru berhenti pada langkah menjabarkan bentuk aljabar yang diberikan dan belum melakukan pemfaktoran. Hal ini juga menunjukkan kemungkinan siswa belum memahami konsep dan prinsip pemfaktoran bentuk aljabar. Menurut Cooney (1975: 203-204), konsep dan prinsip merupakan pengetahuan dasar yang paling penting dalam mempelajari matematika. Apabila siswa dapat menguasai konsep dan prinsip pemfaktoran bentuk aljabar dengan baik, siswa pasti dapat menyelesaikan masalah pemfaktoran bentuk aljabar dengan benar. Untuk menguatkan dugaan peneliti, peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 2 Kalasan. Berdasarkan hasil wawancara, guru menyatakan bahwa aljabar termasuk materi yang sulit dipelajari siswa. Hal ini didukung dengan pengalaman mengajar yang dialami guru dari tahun ke tahun. Guru menyatakan bahwa selalu ditemui siswa yang melakukan kesalahan ketika menyelesaikan masalah aljabar terutama yang berkaitan dengan pemfaktoran sehingga selalu ada siswa yang belum mencapai KKM pada materi pemfaktoran bentuk aljabar. Padahal materi pemfaktoran bentuk aljabar termasuk materi dasar dari materi aljabar secara keseluruhan karena penyampaiannya tepat setelah siswa dikenalkan dengan operasi hitung bentuk aljabar. Jika siswa mengalami kesulitan dalam penguasaan materi 5

dasar, maka dikhawatirkan kesulitan ini akan dibawa ke tingkat selanjutnya dan menjadi penyebab kesulitan pada materi berikutnya. Meskipun guru selalu menemui hal tersebut dari tahun ke tahun, sampai saat ini guru belum melakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini disebabkan guru harus memperhatikan pengalokasian jam belajar efektif yang ditetapkan sekolah dan menyesuaikan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa. Oleh karena itulah, guru belum dapat mengkaji masalah tersebut sehingga guru belum mengetahui jenis dan penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran. Berdasarkan pemaparan tentang siswa-siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Kalasan tersebut, perlu adanya studi lebih lanjut untuk mengetahui jenis dan penyebab kesulitan siswa kelas VIII A dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai studi kasus kesulitan siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kalasan tahun ajaran 2015/2016 dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran. Dalam penelitian ini, peneliti memilih studi kasus sebagai strategi penelitian karena peneliti diharapkan tidak banyak mengubah lingkungan/kondisi alamiah dari peristiwa yang akan diteliti. Menurut Yin (2012, 1), studi kasus merupakan strategi penelitian yang cocok jika peneliti hanya diberikan sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang 6

akan diteliti sehingga peneliti dapat menelusuri suatu kasus secara mendalam. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Dari hasil ulangan harian siswa pada materi aljabar, 15 siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kalasan tahun ajaran 2015/2016 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). 2. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran sehingga siswa melakukan kesalahan ketika menjawab soal ulangan harian materi aljabar. 3. Guru matematika di SMP Negeri 2 Kalasan belum mengetahui jenis dan penyebab kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada kajian mengenai jenis-jenis kesulitan siswa kelas VIII A di SMP Negeri 2 Kalasan tahun ajaran 2015/2016 dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan konsep dan prinsip pemfaktoran bentuk aljabar serta kajian mengenai penyebab kesulitan dari diri siswa dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran. 7

D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Apa sajakah kesulitan yang dialami siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kalasan dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan konsep dan prinsip pemfaktoran bentuk aljabar? 2. Apa sajakah penyebab kesulitan dari diri siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kalasan dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan kesulitan yang dialami siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kalasan dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan konsep dan prinsip pemfaktoran bentuk aljabar. 2. Mendeskripsikan penyebab kesulitan dari diri siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kalasan dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran. 8

F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, melatih kemampuan mendiagnosis dan menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran. Dengan mengetahui jenis-jenis kesulitan tersebut, peneliti berharap pada masa mendatang dapat mengkaji kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika. 2. Bagi guru mata pelajaran matematika, memberikan informasi mengenai jenis dan penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah aljabar yang berkaitan dengan pemfaktoran. 9