BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a. Statistic df Sig. Statistic df Sig. TAKS Tests of Normality

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. yang ditemukan oleh Karl Pearson pada awal faktor lainnya (Hasan, 2002). B. Populasi dan Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 2 Pekanbaru. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada. tanggal 23 Agustus sampai 15 September 2014.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

BAB III METODE PENELITIAN. mambandingkan prasangka sosial terhadap etnis Tionghoa oleh mahasiswa etnis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan pada Variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket uji coba

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi (Correlation Study), merupakan penelitian atau penelahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (experimental

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Total 202 orang 100 %

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif (ekplanasi),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Besar atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Waktu. penelitian pada bulan November 2013 Mei 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian. digunakan untuk uji validitas instrumen.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Jenis. fenomena secara detail (Yusuf, 2014:62).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif melalui analisis regresi linier berganda. Menurut. menguji hipotesis yang akan ditetapkan.

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdiri dari variabel independen yaitu pemberian reward dan variabel

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang. Penelitian dilakukan mulai tanggal 6 Mei 2013 sampai 11 Mei 2013. Penelitian dilakukan di ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono. Peneliti memilih ruangan tersebut karena beberapa faktor yaitu : 1. Ruangan tersebut termasuk ruangan khusus pria 2. Jumlah populasi dan sampel di ruangan tersebut mampu memenuhi syarat penelitian bagi peneliti Peneliti melakukan penelitian dengan cara mengikuti jam dinas jaga perawat di ruangan tersebut, namun peneliti hanya mengikuti jam dinas pagi yang dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Peneliti memulai penelitian dengan berinteraksi dengan pasien untuk menciptakan suatu kenyamanan bagi pasien karena akan sulit apabila melakukan penelitian pada pasien dengan gangguan jiwa tanpa melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya). Setelah pasien cukup merasa nyaman dengan peneliti maka penelitian dapat 49

dilakukan dengan cara pasien mengisi angket yang sudah peneliti siapkan dengan didampingi peneliti. 4.2 Persiapan Penelitian 4.2.1 Penyusunan Alat Ukur a. Angket Kemampuan interaksi Sosial Alat ukur yang digunakan dalan penelitian ini mengacu pada aspek aspek interaksi sosial menurut Soekanto (2006), yaitu kontak sosial, komunikasi, identitas kelompok, imitasi dan simpati. Untuk skala kemampuan interaksi sosial peneliti menggunakan skala Likert yang hanya terdiri dari pernyataan favorable yang berjumlah 32 item, dimana setiap item memiliki 4 alternatif jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya. Bagi pernyataan yang bersifat favorable, subjek memperoleh nilai 4 untuk jawaban selalu (SL), nilai 3 untuk jawaban sering (SR), nilai 2 untuk jawaban jarang (JR), dan 1 untuk jawaban tidak pernah (TP). 50

Tabel 1.1 Sebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013 Aspek Indikator Sebaran Item Jumlah Favorable Kontak Sosial a. ketika mengalami masalah banyak teman yang menolong b. teman yang sedang mengalami kesulitan meminta pertolongan c. mempunyai hubungan yang baik dengan temanteman Komunikasi a. banyak diajak berbicara dengan teman untuk bertukar pengalaman b. teman dapat menerima dengan mudah tentang sesuatu yang disampaikan c. dapat menegur orang lain d. dapat menyampaikan pendapat kepada orang lain 1,6 6 11,16 21,25 2,7 9 12,17 22,26 29,31,32 Identitas Kelompok Imitasi a. bersama dengan teman-teman menjenguk teman lain yang sedang sakit b. sedih ketika sudah lama tidak berjumpa dengan teman c. selalu membicarakan sesuatu terlebih dahulu di dalam kelompok d. merasa teman-teman adalah bagian dari hidup a. Cara berpakaian banyak meniru orang lain 3 7 8,13 18,23 27,30 4 4 b. Meniru hal-hal baik 9,14 51

dari teman-teman c. meniru cara berpikir orang lain yang sesuai 19 Simpati a. segera menjenguk teman yang sakit 5,10 6 b. ikut senang dengan kebahagiaan teman 15,20 c. memberi penghiburan pada teman yang sedih 24,28 b. Angket Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Untuk skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, peneliti menggunakan skala Likert yang hanya terdiri dari pernyataan favorable dimana setiap item memiliki 4 pilihan jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya. Bagi pernyataan yang bersifat favorable, subjek memperoleh nilai 4 untuk jawaban selalu (SL), nilai 3 untuk jawaban sering (SR), nilai 2 untuk jawaban jarang (JR), dan 1 untuk jawaban tidak pernah (TP). 52

Tabel 1.2 Sebaran Item Skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013 Aspek Indikator Sebaran Item Total Item 1. Memperkenalkan diri a. Dapat menyebutkan nama lengkap b. Dapat menyebutkan nama panggilan c. Dapat menyebutkan hobi d. Dapat menyebutkan alamat 1 8 15 19 4 2. Berkenalan dengan anggota kelompok a. Dapat menanyakan nama lengkap b. Dapat menanyakan nama panggilan c. Dapat menanyakan hobi d. Dapat menanyakan alamat 2 9 16,20 23 5 3. Bercakap-cakap dengan anggota kelompok a. Selalu memulai pembicaraan b. Mengajukan pertanyaan dengan jelas 3 10 6 c. Mengajukan pertanyaan secara spontan 17,21 d. Menjawab secara ringkas 24 e. Menjawab dengan spontan 26 4. Bercakap-cakap topik tertentu a. Menyampaikan topik dengan jelas b. Memilih topik yang sesuai c. Memberi pendapat dengan jelas 4 11,18 22,25 5 5. Bercakap-cakap masalah pribadi a.selalu membicarakan masalah pribadi dengan teman 5,12 2 6. Bekerjasama dalam permainan kelompok a. Selalu ingin mengikuti permainan di dalam kelompok 6,13 2 7. Menyampaikan manfaat dari TAKS a. Dapat menyebutkan manfaat dari kegiatan TAKS b. Dapat memberikan pendapat tentang kegiatan TAKS 7,14 2 53

4.2.2 Perizinan Dalam proses ini diawali dengan meminta tanda tangan dari kedua pembimbing lalu mengusulkan kepada Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Ilmu Keperawatan agar mengeluarkan surat izin penelitian untuk rumah sakit. Pada tanggal 5 Maret 2013 dikeluarkan surat izin untuk penelitian awal atau uji coba instrumen penelitian ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pada tanggal 6 Maret 2013 peneliti langsung menuju ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo untuk menyerahkan surat tersebut tepatnya ke bagian Diklat Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Akhirnya pada tanggal 18 Maret 2013 peneliti mendapat informasi bahwa surat izin dari pihak rumah sakit bahwa peneliti diizinkan melakukan uji coba instrumen sudah dikeluarkan, dan pada tanggal 20 Maret 2013 peneliti kembali datang ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang untuk mengambil surat izin dari rumah sakit dan kembali memberikan surat pengantar dari Fakultas Ilmu Kesehatan untuk penelitian yang sebenarnya. 54

4.2.3 Uji Coba Alat Ukur Uji coba alat ukur yang dilakukan peneliti menggunakan metode try out. Pelaksanaan try out ini dilakukan pada tanggal 19 April 2013 sampai 22 April 2013 dengan total responden berjumlah 30 responden yang juga memiliki diagnosa harga diri rendah. 4.2.3.1 Uji Validitas Dalam uji validitas dan reabilitas alat ukur menggunakan bantuan komputer dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. Uji validitas pada angket kemampuan interaksi sosial dan angket Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. a) Uji Validitas Angket Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Angket Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terdiri dari 26 item yang terdiri dari item favorable. Dari hasil analisa validitas item ditemukan bahwa item yang gugur yaitu item nomor 16 dan 26. Item yang gugur ialah item yang bergerak dibawah 0,361 (Sugiyono, 2011). Susunan item skala Terapi Aktivitas Kelompok 55

Sosialisasi yang valid dan gugur dapat dilihat dalam tabel 1.3. Tabel 1.3 Sebaran Item Valid Skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013 Aspek Sebaran Item Favorable Jumlah 1. Memperkenalkan diri 1,8,15,19 4 2. Berkenalkan dengan anggota kelompok 3. Bercakap-cakap dengan anggota kelompok 4. Bercakap-cakap topik tertentu 5. Bercakap-cakap masalah pribadi 6. Bekerjasama dalam permainan kelompok 7. Menyampaikan manfaat dari TAKS 2,9,16*,20,23 3,10,17,21,24,26* 4,11,18,22,25 5,12 6,13 7,14 5 6 5 2 2 2 Keterangan : yang diberi tanda (*) item gugur. b) Uji Validitas Angket Kemampuan Interaksi Sosial Angket kemampuan interaksi sosial terdiri dari 32 item yang terdiri dari item favorable. Berdasarkan hasil analisa validitas item ditemukan bahwa item yang gugur yaitu item nomor 14, 24, 26 dan 28. Item yang gugur ialah item yang bergerak dibawah 0,361 (Sugiyono, 56

2011). Susunan item skala kemampuan interaksi sosial yang valid dan gugur dapat dilihat di dalam tabel (tabel 1.4) di bawah ini. Tabel 1.4 Sebaran Item Valid Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013 Aspek Penyebaran Jumlah Item Favorable Kontak Sosial 1,6,11,16,21,25 6 Komunikasi 2,7,12,17,22,26*,29,31,32 9 Identitas Kelompok 3,8,13,18,23,27,30 7 Imitasi 4,9,14*,19 4 Simpati 5,10,15,20,24*,28* 6 Keterangan : yang diberi tanda (*) item gugur. 4.2.3.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas (keandalan) adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Menurut Azwar (2000) yang dikutip dari Tandy (2007) menuliskan bahwa uji reliabilitas ini menggunakan standart Alfa Cronbach, yaitu: α < 0,7 = Tidak reliabel 0,7 α 0,799 = Cukup 0,8 α 0,899 = Baik 0,9 α 1,0 = Sangat reliabel Dengan bantuan dari Statistical Product and Service Solution for Windows (SPSS) versi 17.0 dapat 57

dihitung nilai koefisien Alpha Crobach dari variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan variabel kemampuan interaksi sosial dalam tabel (tabel 1.5) sebagai berikut. Tabel 1.5 Interpretasi Nilai Reliabilitas Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Jawa Tengah Pada Tahun 2013 Variabel Koefisien Keterangan Alpha Cronbach Terapi Aktivitas Kelompok 0,923 Sangat Reliabel Sosialisasi Kemampuan Interaksi Sosial 0,928 Sangat Reliabel Dari Tabel 1.5 diatas dapat dilihat bahwa variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi memiliki koefisien korelasi sebesar 0,923 dimana (0,9 α 1,0) maka dapat diinterpretasikan bahwa nilai reliabilitasnya sangat reliabel. Sedangkan variabel kemampuan interaksi sosial memiliki koefisien korelasi sebesar 0,928 dimana (0,9 α 1,0) maka dapat diinterpretasikan bahwa nilai reliabilitasnya sangat reliabel. 4.3 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari tanggal 6 Mei 2013 11 Mei 2013. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit 58

Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan memakai 3 ruangan yaitu ruang Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono. Jumlah responden yang didapatkan ialah 35 orang, yang jumlahnya sama dengan jumlah sampel yang ditargetkan oleh peneliti. Proses penelitiannya adalah angket yang disiapkan oleh peneliti diberikan langsung ke masing-masing pasien yang memiliki karakter sesuai dengan karakter responden yang diharapkan oleh peneliti. Responden yang bersedia mengisi kuesioner akan menjawab sendiri dan mengisi kuesioner secara mandiri tetapi tetap didampingi oleh peneliti. Namun, bila responden merasa sulit memahami dapat dijelaskan secara langsung oleh peneliti untuk dibacakan dan dituliskan jawabannya sesuai dengan keinginan responden. Walaupun terdapat berbagai kesulitan seperti banyak responden yang menolak mengisi angket namun seluruh angket yang ditargetkan oleh peneliti dapat terisi 35 orang responden. 59

4.4 Kriteria Responden Penelitian Setelah peneliti melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapatkan bahwa karakteristik responden tersebut ialah sebagai berikut. Tabel 1.6 Karakteristik Responden Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013 Usia Karakteristik Jumlah Persentase (%) < 25 tahun 4 11 % 25-50 tahun 29 83 % > 50 tahun 2 6 % Lama Dirawat < 20 hari 20 30 hari >30 hari 12 19 4 34% 54% 12% Pernah Dirawat 1 kali 2 kali 28 7 80% 20% Sumber : Data Primer 1. Kriteria Responden Berdasarkan Tingkat Usia Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat usia pasien harga diri rendah memiliki rentan usia yang berbeda-beda. Peneliti mengelompokkan tingkat usia 60

responden menjadi 3 kelompok usia yaitu < 25 tahun, 25-50 tahun, > 50 tahun. Berdasarkan tabel diatas (Tabel 1.6) dapat dilihat bahwa tingkat usia yang dominan 83% jumlah responden pada usia produktif (25-50 tahun), 11% responden pada usia dengan risiko tinggi gangguan jiwa. Sedangkan 6% responden yang tergolong lanjut usia (> 50 tahun). 2. Kriteria Responden Berdasarkan Lama Dirawat Di Rumah Sakit Peneliti mendapatkan data primer dari responden berdasarkan waktu atau berapa lama pasien dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo, dapat dilihat di tabel (Tabel 1.6) bahwa waktu atau berapa lama pasien dirawat dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, < 20 hari, 20 30 hari dan > 30 hari. Responden yang paling dominan ialah dengan lama waktu dirawat antara 20 30 hari dengan persentase 54%, lalu dengan lama waktu dirawat < 20 hari dengan 34% dan dengan lama waktu dirawat > 30 hari dengan 12%. 61

3. Kriteria Responden Berdasarkan Riwayat Dirawat Di Rumah Sakit Untuk kriteria berdasarkan riwayat dirawat dirumah sakit peneliti menggolongkan menjadi 2 karena responden yang diteliti hanya pernah dirawat 1 kali dan 2 kali. Untuk persentase pasien yang pertama kali dirawat menjadi paling dominan sebesar 80% sedangkan responden yang memiliki atau pernah dirawat sebelumnya sebesar 20% saja. 4.5 Teknik Analisa Data Dalam penelitian analisa data digunakan untuk memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2010). Perhitungan ini dibantu menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. 4.5.1 Statistik Deskriptif Analisa deskriptif menunjukkan bahwa variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan variabel kemampuan interaksi sosial memiliki jumlah respondennya sebanyak 35 orang. Skor kemampuan variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi memiliki skor minimum 61, skor maksimumnya 83, nilai rata-rata 73,71, sedangkan untuk standar deviasinya adalah 4,105. Sedangkan interaksi sosial memiliki skor minimum 81 dan skor maksimum 98. 62

Nilai rata-rata untuk kemampuan interaksi sosial yaitu 86,2, sedangkan standar deviasi ialah 3,358. Sedangkan kategorisasi hasil pengukuran variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid sebanyak 24 item, 4 untuk skor maksimal, dan 1 untuk skor minimal. Jadi, perhitungannya adalah jumlah skor minimal 4 x 24 (item valid) = 96. Jumlah skor minimal 1 x 24 (item valid) = 24. Lebar interval dapat diukur sebagai berikut. Rumus : Interval (i) = () = Skor Tertinggi Skor Terendah = 12,6 Banyak Pilihan (i) = = 14,4 Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dapat dikategorikan sebagai berikut. 81,6 x 96 = Sangat Tinggi 67,2 x 81,6 = Tinggi 52,8 x 67,2 = Sedang 38,4 x 52,8 = Rendah 24 x 38,4 = Sangat Rendah 63

Tabel 1.7 Hasil Kategorisasi Pengukuran Variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013 Kategori Frekuensi N Persentase (%) Sangat Tinggi 81,6 x 96 1 3 % Tinggi 67,2 x 81,6 32 91 % Sedang 52,8 x 67,2 2 6 % Rendah 38,4 x 52,8 0 0 % Sangat Rendah 24 x 38,4 0 0 % Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (Tabel 1.7), didapatkan bahwa 3% responden memiliki skor Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang kategorinya sangat tinggi, 91% responden memiliki kategori tinggi, 6% responden pada kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori rendah dan sangat rendah memiliki persentase 0%. Dengan demikian, secara umum variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi berada pada kategori tinggi. Sedangkan untuk mengkategorikan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kemampuan interaksi sosial, menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid sebanyak 28 item, 4 untuk skor maksimal, dan 1 untuk skor minimal. Jadi, perhitungannya adalah jumlah skor minimal 4 64

x 28 (item valid) = 112. Jumlah skor minimal 1 x 28 (item valid) = 28. Lebar interval dapat diukur sebagai berikut. Rumus : Interval () = Skor Tertinggi Skor Terendah Banyak Pilihan (i) = = 16,8 Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran varibel kemampuan interaksi sosial dapat dikategorikan sebagai berikut. 95,2 x 112 = Sangat Tinggi 78,4 x 95,2 = Tinggi 61,6 x 78,4 = Sedang 44,8 x 61,6 = Rendah 28 x 44,8 = Sangat Rendah 65

Tabel 1.8 Hasil Kategorisasi Pengukuran Variabel Kemampuan Interaksi Sosial Pada Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Jawa Tengah Pada Tahun 2013 Kategori Frekuensi N Persentase (%) Sangat Tinggi 95,2 x 112 1 3 % Tinggi 78,4 x 95,2 34 97 % Sedang 61,6 x 78,4 0 0 % Rendah 44,8 x 61,6 0 0 % Sangat Rendah 28 x 44,8 0 0 % Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran Variabel kemampuan interaksi sosial (Tabel 1.8), didapatkan bahwa 3% responden memiliki skor kemampuan interaksi sosial yang kategorinya sangat tinggi, 97% responden memiliki kategori tinggi. Sedangkan pada kategori sedang, rendah dan sangat rendah masing-masing memiliki 0% responden. Dengan demikian secara umum kemampuan interaksi sosial berada pada kategori tinggi. 66

4.5.2 Uji Asumsi Data 4.5.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas merupakan suatu uji yang digunakan untuk menguji data apakah data berdistribusi normal (Usman, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji Saphiro Wilk karena menggunakan sampel kurang dari atau sama dengan 50 orang (Dahlan, 2009). Uji ini menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. Dari hasil uji One Saphiro Wilk dapat diketahui bahwa data dari uji normalitas variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0,078, dimana nilai (p > 0,05) maka diinterpretasikan data berdistribusi normal. Sedangkan variabel kemampuan interaksi sosial memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0,012, dimana nilai (p < 0,05) maka diinterpretasikan data tidak berdistribusi normal. 4.5.2.2 Uji Linearitas Uji linearitas merupakan uji yang mencari persamaan garis regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y (Sulistyo, 2010). Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ANOVA tabel yang dilakukan 67

menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. Berdasarkan uji Anova dapat dilihat bahwa Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan kemampuan interaksi sosial memiliki distribusi yang normal terbukti dengan adanya nilai signifikansi (p) 0,426 dimana (p > 0,05) maka dapat disimpulkan sampel yang diambil dari populasi tersebut berdistribusi normal. 4.5.3 Hasil Analisa Data Penggunaan metode analisa data korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama (Sugiyono, 2010). Dimana teknik analisa datanya menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji korelasi Product Moment diperoleh hasil koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,179 dengan taraf signifikan (p) 0,303 dimana (p > 0,05) maka hipotesis ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga 68

diri rendah di bangsal pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. 4.5.4 Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pasien dengan harga diri rendah yang mencukupi atau memenuhi syarat penelitian terdapat di ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono. Dilihat dari tanda dan gejala yang ada pasien yang terdapat di ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono sesuai dengan data yang terdapat di catatan medis pasien diruangan dan dapat disimpulkan bahwa beberapa pasien diruangan tersebut adalah pasien dengan gangguan harga diri rendah, tanda dan gejala tersebut diantaranya, sulit bergaul, memiliki pandangan hidup yang pesimis, merasa dirinya tidak mampu melakukan segala sesuatu (Yosep, 2011). 4.6 Pembahasan Berdasarkan hasil analisa data diperoleh hasil koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,179 dengan taraf signifikan 0,303 dimana (p > 0,05) maka hipotesis ditolak. Artinya tidak ada hubungan antara Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga diri rendah di bangsal pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo 69

Semarang. Setelah peneliti melakukan penelitian ini, peneliti melihat bahwa untuk frekuensi dari Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang dilakukan di rumah sakit sudah dalam kategori tinggi dengan persentase 91%, dan untuk kemampuan interaksi sosial pun juga dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 94%. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggolongkan kriteria responden berdasarkan tingkat usia, lama dirawat di rumah sakit, dan riwayat dirawat di rumah sakit. Responden dengan tingkat usia yang paling dominan adalah 83% jumlah responden pada usia produktif (25-50 tahun), 11% responden pada usia dengan risiko tinggi gangguan jiwa. Sedangkan 6% responden yang tergolong lanjut usia (> 50 tahun). Sedangkan untuk kategori lama dirawat di rumah sakit responden yang paling dominan ialah dengan lama waktu dirawat antara 20 30 hari dengan persentase 54%, lalu dengan lama waktu dirawat < 20 hari dengan 34% dan dengan lama waktu dirawat > 30 hari dengan 12%. Dan untuk kategori riwayat dirawat di rumah sakit persentase pasien yang pertama kali dirawat menjadi paling dominan sebesar 80% sedangkan responden yang memiliki atau pernah dirawat sebelumnya sebesar 20% saja. 70

Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga diri rendah di bangsal pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang dikarenakan beberapa faktor: motivasi dari diri sendiri, peran perawat tiap ruangan dan kurang efektivitasnya terapi aktivitas kelompok yang diberikan, meskipun terapi aktivitas kelompok sudah dilakukan namun apabila tidak terstruktur maka akan berdampak pada kurangnya efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang diberikan pada pasien. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong klien dalam berhubungan dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, bercerita tentang diri sendiri pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok (Keliat, 2012). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi juga bermanfaat untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal dengan karakteristik: klien yang kurang minat mengikuti kegiatan/tidak ada inisiatif, menarik diri dan kurang kegiatan sosial, harga diri rendah, klien gelisah, curiga, takut, cemas dan sudah dapat berinteraksi dengan sehat fisik (Yosep, 2011). 71

Dalam penelitian lain dituliskan bahwa dengan berkumpul dengan kelompok atau mengikuti kegiatan dalam kelompok dapat meningkatkan kualitas sosial dan kemampuan dalam menghindari atau mengatasi stress (Cernat, 2011). Peneliti melihat kenyataan yang sebenarnya di tempat penelitian bahwa meskipun Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi sudah dilakukan untuk pasien tetapi apabila dari dalam diri pasien tidak ada kemauan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya maka terapi yang sudah diberikan tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Terlebih lagi faktor kurangnya efektivitas bahkan tidak dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang diberikan tiap ruangan pada pasien khususnya harga diri rendah menjadi salah satu faktor tidak berdampak maksimal bagi kemampuan berinteraksi sosial pasien karena Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi akan efektif apabila diberikan satu atau dua kali setiap minggu atau dapat direncanakan sesuai kebutuhan (Keliat, 2012). Bahkan bagi pasien, apabila memiliki kemauan atau dorongan dari dalam sendiri adalah syarat untuk dapat berinteraksi sosial. Walaupun perawat ruangan memberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi berulang ulang pada pasien khususnya harga diri rendah tetapi apabila mereka merasa tidak mau, tidak tahu dan tidak mampu melakukan 72

interaksi sosial maka pasien tidak melakukannya. Menurut teori motivasi Victor Vroom tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh beberapa komponen yang salah satunya adalah harapan (Expectancy) yang merupakan motivasi karena melihat pada keberhasilan pada suatu tugas (Rama, 2007). Pada pasien harga diri rendah memiliki motivasi yang salah satunya ingin mendapatkan penghargaan (reward) karena berhasil melakukan suatu tugas. Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok (Soekanto, 2006). Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari hubungan sesama manusia atau yang disebut interaksi sosial, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa 73

interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi (Soekanto, 2006). Penelitian menunjukan bahwa manusia dengan gangguan intelektual dan gangguan mental tetap memerlukan proses interaksi sosial untuk meningkatkan kualitas hidup (Johnson, 2010). Interaksi sosial yang dilakukan pada pasien harga diri rendah tidak hanya didominasi karena dorongan dan motivasi pribadi saja tetapi juga karena ada faktor dari dorongan, saran ataupun informasi yang diberikan oleh perawat dan dokter. Pasien harga diri rendah secara umum enggan untuk berinteraksi dengan teman temannya karena mereka menganggap mereka tidak percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki atau merasa bahwa mereka tidak mampu untuk berinteraksi sosial secara normal. Dorongan dan saran yang diberikan oleh perawat ruangan pun sudah dipatuhi oleh pasien namun tetap kembali ke keinginan dari diri pasien tersebut, bila pasien melakukan dengan tidak sungguh-sungguh tentu hasil yang diharapkan tidak maksimal. Saran-saran yang akan dilakukan oleh pasien ini membuktikan bahwa informasi-informasi dari petugas kesehatan khususnya perawat memiliki peranan yang penting 74

dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial pasien dibandingkan hasil dari Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang diberikan (Novita, 2012). 4.7 Keterbatasan penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatsan yaitu: penelitian ini mengambil sampel dengan karakteristik pasien yang sudah pernah mendapatkan terapi aktivitas kelompok sosialisasi tetapi tidak ditentukan berapa kali sudah mendapatkan sehingga data yang dihasilkan tidak maksimal atau tidak sesuai dengan harapan, selain itu terdapat juga pasien yang sudah lama dirawat namun jarang mendapat terapi aktivitas kelompok sosialisasi sehingga juga berpengaruh pada data yang didapatkan. Cara dalam mengumpulkan data juga terdapat keterbatasan, dalam penelitian ini cenderung menggunakan alat pengumpul data (angket), akan lebih baik bila dilakukan dengan cara observasi dan dilengkapi dengan alat pengumpul data (angket). Keterbatasan lain seperti dalam hal komunikasi, peneliti kurang memahami maksud kalimat yang diucapkan responden saat peneliti mencoba melakukan bina hubungan saling percaya (BHSP) dan observasi karena banyak responden menggunakan bahasa jawa. Kurangnya waktu berinteraksi dengan responden juga menjadi salah satu 75

keterbatasan dalam penelitian karena banyak responden yang banyak menghabiskan waktu dengan mengikuti rehabilitasi yang dilaksanakan oleh rumah sakit. 76