BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis mencoba untuk memaparkan berbagai langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara.

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini mengkaji tentang upaya penerimaan konsep equality oleh

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. Agama adalah sarana manusia untuk dekat dengan Tuhan-Nya, Agama. adalah sarana manusia untuk bertutur dengan Tuhan-Nya, Agama pasti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KARAKTERISTIK PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam mengkaji mengenai pandangan yang diperlihatkan oleh surat kabar

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

PLURALISME DAN TOLERANSI

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

Щ6

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Peranan George

Resensi Buku EKONOMI POLITIK: Peradaban Islam Klasik, karangan Suwarsono Muhammad Oleh: Musa Asy arie

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adnan Hidayat, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina, serta konflik Islam dan Kristen di Filipina dan Cyprus. Peristiwa itu merupakan beberapa realitas yang menggambarkan tidak harmonisnya kehidupan umat beragama. Walaupun kenyataan sejarah akan kehidupan keagamaan yang disebutkan di atas terkait juga dengan alasan politik, sosial dan ekonomi, agama tetap berperan dalam konflik tersebut, setidaknya sebagai dasar ideologis bagi para pelaku konflik (Munawar, 2003: xxii). Jika kita telusuri peristiwa sejarah lebih dalam (terutama sejarah agama-agama), ternyata kehidupan antar umat beragama yang tidak harmonis itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sejarah peradaban umat manusia. Kondisi kehidupan antar umat beragama dalam konteks keindonesiaan, tidak jauh berbeda dengan kondisi di dunia seperti yang digambarkan sebelumnya. Konflik Ambon dan Poso yang terjadi pasca Orde Baru merupakan contoh fenomena disharmoni dalam kerukunan antar umat beragama. Kehidupan beragama di Indonesia masih ditandai dengan tembok pemisah yang menghalangi pergaulan antar pemeluk agama (Munawar, 2003: 39). Kondisi keagamaan demikian sangat rawan bagi masyarakat Indonesia yang majemuk, sehingga membutuhkan tingkat toleransi yang tinggi. 1

Kondisi kehidupan antar umat beragama di dunia pada umumnya maupun dalam konteks keindonesiaan yang selalu diiringi dengan ketidakharmonisan menimbulkan suatu keganjilan bagi kita, khususnya peneliti. Secara filosofis semua agama mengajarkan kerukunan bagi umatnya, tetapi dengan melihat beberapa realitas kehidupan beragama, kita akan menemukan sesuatu yang menyimpang dalam hubungan antar umat beragama. Salah seorang tokoh yang mengkaji tentang kerukunan umat beragama adalah Nurcholish Madjid. Tokoh yang dikenal banyak menyuarakan pluralisme dan toleransi beragama sebagai konsep yang digunakan dalam melihat masalah dalam hubungan antar umat beragama. Pluralisme yang dia dengungkan terangkum dalam konteks keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan (Anwar, 1993: 46). Dia mencari dasar-dasar pluralisme agama dalam Islam, sehingga menghadirkan Islam yang penuh dengan keterbukaan (Suseno, 1993: 33) atau inklusivitas Islam dalam pengertian Abdurrahman Wahid seperti yang dijelaskannya dalam buku Tarikat Nurcholisy (2001: 19). Islam yang terbuka terhadap berbagai perbedaan disertai sikap saling menerima terhadap perbedaan itu. Nurcholish Madjid memanfaatkan metode filologis dan historis dalam mencari dasar-dasar bagi pluralismenya. Hasil metode filologisnya yang sangat berani dan kontroversial adalah redefinisi Islam. Dia mengembalikan pengertian Islam ke dalam makna aslinya dalam bahasa Arab yaitu pasrah, berserah diri (Madjid, 2005: 182). Pengertian Islam dibedakan menjadi Islam khusus dan Islam umum. Islam khusus dalam artian agama yang diturunkan kapada Nabi Muhamad 2

SAW, sedangkan Islam dalam pengertian umum yaitu sikap pasrah, berserah diri kepada Allah SWT semata. Redefinisi makna Islam itu banyak didasarkan pada pandangan Ibnu Taymiyyah (Woodward, 1998: 24). Pada akhirnya, hasil redefinisi itu sangat berpengaruh besar terhadap kemunculan konsep pluralisme agama dalam perspektifnya. Mengenai metode historisnya itu, kesadaran sejarahlah yang sangat dia tekankan, kesadaran sejarah yang harus dilihat sebagai contoh kemungkinan perwujudan dan pelaksanaan yang nyata suatu nilai dalam tuntutan zaman dan tempat (Madjid, 2005: xiv). Akan tetapi kesadaran sejarah yang ditekankan sebagai metode, harus dijauhkan dari sikap memutlakan apa yang ada dalam sejarah. Masyarakat madani zaman Nabi Muhamad SAW dan masyarakat Spanyol pada masa Islam merupakan contoh pluralisme agama menurut perspektifnya. Pluralisme agama, baginya merupakan sunatullah. Oleh karena itu pandangan mengenai pluralisme agama, harus didasarkan atas ketauhidan atau keimanan. Ke-Esaan yang abadi adalah milik Allah SWT semata, dan pluralisme merupakan milik semua mahluk-nya. Meyakini ke-esaan Allah SWT (tauhidillah) akan meniscayakan pluralitas segala sesuatu selain Dia. Inilah dokrin yang paling masuk akal untuk menghindari kemusyrikan dalam bertauhid (Banna, 2006: 10). Pada konteks keindonesiaan, pluralisme agama yang didengungkannya diidentikan dengan nilai-nilai Pancasila. Menurutnya Pancasila merupakan titik temu semua pandangan hidup yang ada di Indonesia, termasuk pandangan hidup yang dirangkum oleh agama-agama di Indonesia. Oleh karena itu, dalam 3

Pancasila terkandung nilai-nilai agama (Rahman, 2004: xxiii). Titik temu inilah yang menyebabkan kadar toleransi di Indonesia dinilai cukup tinggi oleh dunia Barat, terlepas dari pandangan bahwa toleransi itu terkait dengan kondisi politis, sehingga kesannya dipaksakan. Sebagai titik temu ternyata Pancasila masih memiliki permasalahan, yaitu tentang bagaimana mengisi dan menjalankan nilai-nilai Pancasila secara lebih baik dan konsekuen. Tetapi, mengingat Pancasila adalah ideologi terbuka, maka terbuka lebar kesempatan untuk semua kelompok sosial guna mengambil bagian secara positif dalam pengisian dan pelaksanaannya (Madjid, 2003: 76). Sangatlah menarik jika kita mengaktualisasikan perspektif-perspektif pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama dalam konteks keindonesiaan. Di tengah menurunnya kadar toleransi dalam kemajemukan beragama di Indonesia beberapa tahun terakhir ini, sangatlah tepat jika kita kembali melakukan kajian terhadap konsep pluralitas. Tidak berlebihan dengan posisinya sebagai tokoh pembaharu Islam, perspektif pluralisme Nurcholis Madjid yang kita tempatkan sebagai dasar dalam pengkajian tersebut. Tidak berlebihan juga ketika kita berharap perspektif pluralismenya itu dapat kita definisikan ke dalam konteks kemajemukan-kemajemukan lainnya. Setuju atau tidak setuju bukanlah hal yang penting dalam kajian ini. Perspektif pemikiran ini bukan untuk dilihat dalam kaca mata penghakiman. Untuk menghindari hal tersebut, kajian ini ditempatkan dalam konteks wacana intelektual. Kajian ini tekankannya adalah pencarian solusi terhadap realitas sejarah yang terjadi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengkajinya dalam 4

bentuk skripsi dengan judul: Perspektif Pemikiran Nurcholish Madjid tentang Pluralisme Agama (1970-2005) B. Rumusan Masalah Sesuai dengan judul yang telah dikemukakan di atas, peneliti telah merumuskan masalah utama dalam penulisan skripsi ini, yaitu Bagaimana perspektif pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama? Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, diajukan beberapa pertanyaan sebagai perumusan masalah yang akan diuraikan dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut : 1. Apa yang menjadi dasar pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama? 2. Bagaimana pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama? 3. Bagaimana perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perspektif pemikiran Nurcholish Madjid dalam pluralisme agama. Tujuan khususnya yaitu untuk: 1. Mendeskripsikan apa dasar pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama, terutama pandangannya tentang dasar tauhid, dasar filologis, dan dasar historis bagi pandangannya tentang pluralisme agama. 5

2. Mendeskripsikan pemikiran Nurcholis Madjid dalam pluralisme yaitu mengenai titik temu agama, relativisme beragama, dan kebebasan beragama. 3. Menjelaskan perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid dalam pluralisme agama, terutama tentang keberlanjutan pemikiran itu terhadap generasi setelahnya. D. Penjelasan Judul Skripsi ini berjudul Perspektif Pemikiran Nurcholish Madjid tentang Pluralisme Agama (1970-2005). Untuk memudahkan memahami judul skripsi, berikut ini akan dijelaskan mengenai konsep-konsep yang terdapat dalam judul : 1. Perspektif Pemikiran Nurcholish Madjid Kata perspektif berasal dari bahasa latin perspicere yang berarti melihat melalui sesuatu, melihat dengan jelas, menyelami dan mengerti. Pengertian dari perspektif sendiri adalah sudut pandang dari mana sesuatu dilihat atau gambaran tentang apa yang mungkin dan bermakna dalam menyusun dan memecahkan suatu masalah (Bagus, 1996: 834). Menurut kamus filsafat (Bagus, 1996: 793) pemikiran didefinisikan sebagai proses kegiatan mental maupun hasilnya, yang hasil interpretasinya tergantung pada pandangan seseorang berkenaan dengan metafisika, universalia (hal-hal universal), dan epistimologi. Nurcholish Madjid merupakan salah seorang cendikiawan muslim Indonesia. Dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 17 Maret 1939. Alumnus Pesantren Gontor, Ponorogo (1960) dan IAIN Jakarta pada Fakultas 6

Sastra dan Kebudayaan (1968). Meraih gelar Doktor dari universitas Chicago, Amerika Serikat (1984) dengan disertasi Ibn Tayymiya on Kalam and Falasifa. Wafat pada tanggal 29 Agustus 2005. Dengan demikian yang dimaksud dengan perspektif pemikiran Nurcholish Madjid berarti pandangan-pandangan atas hasil kegiatan mental seorang Nurcholish Madjid. 2. Pluralisme Agama Pluralisme dalam bahasa latin asal katanya adalah pluralis yang berarti jamak. Dalam bahasa Inggris berasal dari kata plur yang juga berarti suatu bentuk jamak. Menurut Chaplin (1993: 373) pluralisme adalah posisi filosofis yang menyatakan realitas terakhir (pokok, asal, ultimate) terdiri atas lebih dari satu jenis kesatuan, sebagai lawan dari monisme yang menyatakan bahwa semua benda inti pada pokoknya dapat direduksi menjadi satu unit terakhir. Ciri-ciri pluralisme menurut Bagus (1996: 853) diantaranya, pertama realitas fundamental bersifat jamak, kedua ada banyak tingkatan, hal-hal dalam alam semesta yang terpisah, yang tidak dapat diredusir dan independen, ketiga, alam semesta pada dasarnya tidak tertentukan dalam bentuk. Agama dalam kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebatinan dan kewajibankewajiban yang bertalian dengan kepercayaan (TPKPPB, 1999: 12). Pluralisme agama dapat diartikan kemajemukan dalam berkeyakinan terhadap Tuhan. Dengan demikian, perspektif pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama dapat diartikan pandangan-pandangan atas hasil kegiatan mental seorang 7

Nurcholish Madjid mengenai paham kemajemukan dalam berkeyakinan terhadap Tuhan. 3. 1970-2005 Tahun 1970 merupakan kemunculan konsep sekularisasi dari Nurcholish Madjid. Pemahaman sekularisasi dalam perspektif Nurcholish Madjid dianggap sebagai awal terciptanya relativisme beragama dalam lingkup internal. Hal itu akan mendorong terciptanya pluralisme agama. Tahun 2005 merupakan wafatnya Nurcholish Madjid E. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian Metode adalah prosedur, teknik atau cara-cara yang sistematis dalam melakukan suatu penyelidikan (Sjamsuddin, 1996: 60). Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis atau metode sejarah. Sjamsuddin (1996: 63) mengartikan metode sejarah sebagai suatu cara bagaimana mengetahui sejarah. Skripsi ini menggunakan metode historis karena permasalahan yang diangkat adalah permasalahan sejarah. Sjamsuddin (1996: 69) mengungkapkan beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian sejarah yaitu. 1. Memilih judul atau topik yang sesuai. 2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik. 3. Membuat catatan yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung. 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah berhasil dikumpulkan (kritik sumber). 8

5. Menyusun hasil penelitian ke dalam suatu pola yang benar atau sistematika tertentu. 6. Menyajikan dan mengkomunikasikannya kepada pembaca dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian, sehingga dapat dimengerti. Dari keenam langkah tersebut, tahapan memilih topik, menyusun semua bukti-bukti sejarah dan membuat catatan termasuk pada langkah heuristik, sedangkan mengevaluasi semua bukti-bukti sejarah termasuk tahap kritik dan terakhir menyusun hasil penelitian serta menyajikannya termasuk tahap historiografi (Sjamsuddin, 1996: 65). Ketiga tahapan diuraikan sebagai berikut: 1. Heuristik (Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah) Merupakan tahapan awal, dengan cara mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan masalah atau judul yang akan dikaji. Peneliti berusaha mengumpulkan sumber-sumber sejarah, baik sumber primer maupun sumber sekunder yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. 2. Kritik Eksternal dan Internal (menilai sumber sejarah) Tahap lanjutan dari heuristik, dalam tahapan ini peneliti mulai melakukan penilaian atau pengkajian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh. Tugas seorang sejarawan adalah mencari dan menemukan kebenaran, yang akan berguna dalam merekonstruksi suatu peristiwa. Kritik yang dilakukan ini mencakup dua aspek yaitu aspek eksternal yang digunakan untuk menilai otentisitas sekaligus integritas dari sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh melalui proses 9

heuristik. Aspek internal peneliti pergunakan untuk melihat dan menguji dari dalam reliabilitas dan kredibilitas isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh. 3. Interpretasi (menafsirkan sumber sejarah) dan historiografi Peneliti memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah atau datadata yang diperoleh dari hasil kritik eksternal maupun internal. Faktafakta dihubungkan dan disusun kemudian dianalisis sehingga diperoleh penjelasan yang sesuai dengan pokok permasalahan. Setelah melakukan proses analisis terhadap fakta-fakta yang ada, peneliti kemudian menyajikanya dalam bentuk tulisan yang disebut historiografi. Historiografi merupakan proses penyusunan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan. 2. Teknik Penelitian Peneliti menggunakan teknik studi literatur atau studi kepustakaan dalam skripsi ini. Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan fakta-fakta dengan mempelajari buku-buku, artikel-artikel, dan majalah yang dapat membantu peneliti dalam memecahkan masalah yang akan dikaji. Sumber-sumber yang telah terkumpul, kemudian peneliti kaji dan pelajari sesuai dengan langkah-langkah dalam penelitian sejarah seperti yang telah dijelaskan di atas. F. Sistematika Penulisan Hasil penelitian akan disusun ke dalam lima bab, yang terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Pembahasan, dan terakhir 10

Kesimpulan. Pembagian ini bertujuan untuk memudahkan penulisan dan sistematisasi dalam memahami penulisan. Bab I merupakan pendahuluan dari penulisan. Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang masalah yang di dalamnya termuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting serta memuat alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul. Bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode dan teknik penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan hasil tinjauan kepustakaan dan kajian teoritis serta telaah dari berbagai referensi yang berhubungan dengan pemikiran pluralisme dalam persfektif Nurcholish Madjid. Karya-karya Nurcholish Madjid merupakan referensi utama dalam tinjauan kepustakaan ini. Dalam kajian pustaka peneliti mengklasifikasikan sumber ke dalam dua bagian, buku Nurcholish Madjid tentang pluralisme dan tulisan tentang pemikiran pluralisme agama Nurcholish Madjid. Bab III, paparan cara kerja penyusunan tulisan. Membahas langkahlangkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber serta analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur dalam penelitian akan dijelaskan dalam bab ini. Bab IV merupakan isi atau bagian utama dari tulisan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan. Pada bab ini akan dijelaskan riwayat singkat Nurcholish Madjid, dasar pemikiran pluralisme Nurcholish Madjid, mengenai dasar pemikirannya ini peneliti mengaitkannya dengan dasar 11

tauhid, dasar filologis, dan dasar historis. Setelah mengetahui dasar pandangan pluralismenya, dilanjutkan dengan membahas pemikiran pluralisme agama Nurcholish Madjid mengenai relativisme beragama, titik temu agama-agama, dan kebebasan beragama. Pada bagian ini dijelaskan juga tentang keberlanjutan pemikiran pluralisme agama Nurcholish Madjid. Bab V, akan mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan dan interpretasi peneliti tentang inti dari pembahasan penulisan. 12