BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari Bank milik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. agama serta etika dalam bermuamalah, yang memberikan nilai keuntungan

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

PENDAHULUAN. di dalamnya mengintrodusir sistem pengelolaan bank berdasarkan konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha yang bernilai kecil (Sholahuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang

1 Zainuddin Ali,Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sianar Grafiak, 2007, h.1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Priyono dan Teddy Candra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Ini pun dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bersedia untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada keuntungan riil yang dikehendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. ini, telah mendorong munculnya berbagai jenis produk dan system usaha

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil. untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi tanpa bantuan lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lembaga yang memiliki kemampuan gabungan dari kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit pula hambatan yang harus dihadapi, terutama dalam hal. Adanya perkembangan dalam industri perbankan serta terbukanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan Jawa Timur menjadikan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) JASA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara semakin. meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara muslim mulai mengenal sistem perbankan modern pada

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Oleh sebab itu, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki

Intermediary) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. muslim dihadapkan pada sutu pilihan, yaitu penyimpanan dananya di bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syari ah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 17

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pesat. Bahkan keberadaan bank syari ah saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, serta memberikan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.bahkan sistem-sistem yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya bank Islam di Negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Akan tetapi prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank syariah di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Bank Syari ah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan prinsip syari ah sedangkan prinsip syari ah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syari ah (dalam hal ini MUI). 1 Sebagaimana dalam UU No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 2 menyatakan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. 2 Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem hukum perbankan di Indonesia bank sebagai intermediary 1 Abu Muhammad Dwino Koesen Al-Jambi, Selamat Tinggal Bank Konvensional, Jakarta : CV Tifa Surya Indonesia, cet. Ke-2, 2011, hlm. 39 2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH 1

bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. 3 Dengan dikeluarkannya UU No 21 tahun 2008 harus di tanggapi positif bahwa ini merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap bank bagi hasil dari lebih populer dengan bank syariah. Menyadari hal itu prinsip bank syariah perlu di pertegas kembali, agar persepsi masyarakat yang memandang perbankan syariah sama dengan bank konvensional dapat dihilangkan. Karena hal itu akan menghambat proses sosialisasi yang terus di gulirkan, sehingga sikap masyarakat yang meliputi sikap terhadap system dan produk perbankan syariah menunjukan prospek yang menggebirakan terhadap sisitem maupun produk perbankan syariah. Untuk itu, perlu di ciptakan daya inovasi baru untuk mendapatkan produk baru sebagai variasi dan produk yang telah ada dan akhirnya mampun menciptakan segmentasi pasar baru di Antara pasar yang telah ada. 4 Bentuk-bentuk penyaluran dana BPR Syari ah kepada masyarakat, antara lain: 1. Pembiayaan Mudharabah Dalam pembiayaan dengan nasabah, bank akad dengan nasabah (pengusaha). Bank menyediakan pembiayaan modal usaha bagi proyek yang dikelola oleh pengusaha. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi 3 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia, Bogor; Ghalia Indonesia, cet.ke-1, 2006, hlm. 7-9 4 Fandi Tjiptono, Strategi pemasaran Edisi II, Yogyakarta, Andi, hal 7, hlm 19. 2

(perjanjian bagi hasil) sesuai dengan kesepakatan yang telah diikat oleh bank dan pengusaha tersebut. 2. Pembiayaan Musyarakah Dalam pembiayaan musyarakah ini bank dengan mengadakan perjanjian. Bank dan pengusaha berjanji bersama-sama membiayai suatu proyek yang dikelola secara bersama-sama. Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut akan dibagi sesuai dengan penyertaan masing-masing pihak. 3. Pembiayaan Bai' Bitsaman Ajil Dalam bentuk pembiayaan bank mengikat perjanjian dengan nasabah. Bank menyediakan dana untuk pembelian sesuatu barang atau aset yang dibutuhkan oleh nasabah guna mendukung usaha atau proyek yang sedang diusahakan. 5 4. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan jual beli barang, dimana bank meminjamkan dananya kepada nasabah untuk keperluan pembelian barang. Dengan perjanjian harga perolehan barang ditambah keuntungan (mark up) yang telah disepakati bersama 5 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Syari ah, Yogyakarta: EKONISIA, 2003, hlm 75. 3

5. Pembiayaan Qard Qard merupakan pemberian pinjaman tanpa mengharapkan imbalan tertentu atau pada saat dikembalian dengan pengganti yang sama. 6 6. Pembiayaan Ijarah Al-ijarah merupakan suatu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak dan lain-lain. 7 Selain melakukan usaha sebagaimana dimaksud di atas, BPR Syari ah dapat pula bertindak sebagai lembaga Baitul Maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sadaqah, wakaf, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan (Qardhul Hasan). 8 Perbankan syari'ah akan dapat berkembang dengan baik apabila selalu berorientasi pada demand masyarakat. Dengan modal UU dan nilainilai moral, perbankan syari'ah harus mampu membuktikan bahwa keberadaannya dapat melayani kebutuhan masyarakat. Memang perbankan syari'ah beroperasi dengan sistem dan produk-produk yang berbeda dengan produk perbankan konvensional, namun perbankan Indonesia menyiapkan perangkat ketentuan yang memungkinkan perbankan syari'ah dapat beroperasi secara optimal. 6 Muhammad Ridwan, Manajemen BMT, Yogyakarta: UII Press, 2004, hlm. 174 7 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, hlm. 228-229 8 Opcit, Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Syari ah, hlm. 76 4

BPR Syariah Suriyah sebagai salah satu BPR Syariah yang menyediakan produk penghimpunan dana yang meliputi: 9 a. Tabungan wadi ah Adalah simpanan pihak ketiga pada bank (perorangan atau badan hukum, dalam mata uang rupiah) yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu denngan menggunakan media slip penarikan atau pemindahbukuan lainnya. Implementasi tabungan wadi ah: 1. Produk Tabungan IB Suriyah 2. Produk Tabungan IB Pelajar dan Santri b. Tabungan Mudharabah Adalah jenis simpanan pada bank yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha dalam mata uang rupiah dan penarikannya dapat dilakukan dengan cara tertentu. Implementasi tabungan Mudharabah : 1. Tabungan IB Haji Baitullah 2. Tabungan IB Qurban 3. Tabungan IB Masa Depan Syari ah Suriyah (Tamansari) c. Deposito IB Mudharabah Adalah deposito dengan prinsip Mudharabah mutlaqoh memberikan bagi hasil yang kompetitif yang diberikan setiap bulannya, dapat diperpanjang secara otomatis (ARO) dengan jangka waktu 1,3,6,12 bulan. 9 Sumber data dari PT.BPRS Suriyah Semarang. 5

Dari berbagai produk tabungan yang tersedia di BPR Syariah Suriyah, Tabungan IB Tasya Baitullah merupakan produk unggulan yang ada. Namun demikian dari data pra riset yang penulis peroleh selama menjalani proses magang di BPRS Syuriah Semarang, justru prosentase DPK untuk Tabungan IB Tasya Baitullah masih relatif rendah. Sehingga hal tersebut menimbulkan pertanyaan besar. Dengan jumlah penduduk kota semarang adalah 1.739.989 10 jiwa, 1.600.789 (92%) di antaranya adalah penduduk muslim seharusnya produk tabungan haji menjadi produk penghimpunan dana yang banyak diminati masyarakat. Karena kewajiaban berhaji dibebankan kepada umat muslim yang mampu. Namun pada kenyataanya, prosentase Produk Tabungan IB Tasya Baitullah sebagai DPK di BPRS Suriyah masih menyentuh level terendah di bandingkan dengan produk penghimpunan dana lainya. Hal tersebut menjadi suatu yang menarik untuk dibahas kedalam analisa yang lebih mendalam tentang kenapa dan bagaimana produk IB Tasya Baituullah yang seharusnya menjadi produk unggulan di BPRS Syuriah namun justru menjadi penyumbang DPK terendah dibandingkan dengan produk lainya. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang strategi pemasaran produk tabungan haji, khususnya tentang strategi pemasaran 10 www. http://dispendukcapil.semarangkota.go.id/statistik/jumlah-penduduk. Diakses pada tanggal 6 Mei 2014 6

Produk Tabungan Haji IB Tasya Baitullah di BPRS Suriyah cabang Semarang. Dengan mengambil judul STRATEGI PEMASARAN PRODUK TABUNGAN HAJI IB TASYA BAITULLAH DI BPRS SURIYAH CABANG SEMARANG B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian yaitu: 1. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam memasarkan produk Tabungan Haji IB Tasya Baitullah di BPRS Suriyah dan bagaimana solusinya? 2. Bagaimana strategi pemasaran produk Tabungan Haji IB Tasya Baitullah di BPRS Suriyah cabang Semarang? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui solusi pada kendala-kendala yang dihadapi dalam pemasaran produk Tabungan IB Tasya Haji Baitullah di BPRS Suriyah cabang Semarang. 2. Untuk mengetahui strategi pemasaran Produk Tabungan IB Tasya Haji Baitullah di BPRS Suriyah Cabang Semarang. D. Metode Penelitian Untuk mendapatkan data yang jelas (valid) dalam penelitian ini, maka penulis akan menggunakan identifikasi sebagai berikut: 7

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research), yaitu research yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. 11 Dengan tempat penelitian di BPRS Suriyah Cabang Semarang. 2. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan. 12 Dengan data ini penulis mendapatkan gambaran umum tentang BPRS Suriyah cabang Semarang dan starategi pemasaran Produk Tabungan IB Tasya Haji Baitullah di BPRS Suriyah cabang Semarang. b.data sekunder Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. 13 Dengan metode ini penulis mendapatkan data lampiran slip angsuran, modul gambaran umum tentang BPRS Suriyah cabang Semarang. 11 Prof. Dr. Sutrisno Hadi, M.A. Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta, Andi, Edisi I, cet ke 30, 2000, hlm 10. 12 Husein Umar, Reseacrh Methods in Finance and Banking, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cet. ke-2, 2002, hlm 82 13 Ibid 8

3. Metode pengumpulan data a. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan Bapak Anang Jatmiko setiaji selaku kepala cabang BPRS Suriyah cabang Semarang dan Anggarita selaku customer service, tentang apa kendala-kendala yang di hadapi marketing dalam memasarkan produk dan bagaimana starategi pemasaran Produk Tabungan IB Tasya Haji Baitullah di BPRS Suriyah Cabang Semarang. b. Observasi Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung terhadap cara kerja marketing, customer service, dan teller dalam menawarkan atau mempromosikan produknya dan mengetahui suasana kerja BPRS Suriyah Cabang Semarang serta mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. c. Dokumentasi Pengumpulan data relevan melalui arsip-arsip, catatan-catatan, pendapat-pendapat dan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode analisa yang akan digunakan adalah metode deskriptif analitik. Metode ini bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi sekarang dan mengumpulkan data-data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan dianalisis. 9

d. Metode Analisis Data Analisis data yang di gunakan adalah analisis deskriptif Analitis. Data yang di wujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian dalam bentuk deskriptif. Metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik factual dan akurat tentang faktor-faktor, sifat-sifat tentang hubungan antara fenomena yang di selidiki, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data tentang Strategi Pemasaran Produk Tabungan IB Tasya Haji Baitullah di BPRS Suriyah Cabang Semarang. E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian pada BPRS Suriyah Cabang Semarang. BAB II GAMBARAN UMUM BPRS SURIYAH CABANG SEMARANG Yang berisi perkembangan BPRS Suriyah cabang Semarang, produk-produk BPRS Suriyah Cabang Semarang. BAB III STRATEGI PEMASARAN PRODUK TABUNGAN HAJI IB TASYA BAITULLAH DI BPRS SURIYAH CABANG SEMARANG Dalam bab ini dibahas tentang pengetahuan pemasaran produk, kendala-kendala yang dihadapi dalam Memasarkan Produk Tabungan Haji 10

IB Tasya Baitullah, strategi yang digunakan BPRS Suriyah Cabang Semarang dalam memasarkan produk Tabungan Haji IB Tasya Baitullah. BAB IV PENUTUP Bab ini memuat tentang kesimpulan Tugas Akhir ini, saran-saran dan penutup. 11