BAB IV ANALISIS APLIKASI PERENCANAAN IBADAH HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG Analisis fungsi Perencanaan Penyelengaraan Ibadah Haji

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PELAYANAN JAMA AH HAJI KOTA SEMARANG TAHUN 2009

2016, No tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH

BAB III PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG,

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENYELENGGARAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KEMENAG KABUPATEN SEMARANG DAN DI KBIH NU AL-NAHDHIYYAH SEMARANG

BAB IV ANALISIS PERSEPSI JAMA AH HAJI TENTANG KUALITAS PELAYANAN DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN JEMAAH CALON HAJI DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEPARA

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh umat Islam yang memenuhi kriteria istitha ah, antara lain mampu

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 7 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. sebelumnya. Selain itu juga dipaparkan keterbatasan penelitian dan rekomendasi.

BAB II SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DAN IBADAH HAJI PLUS 2.1. SOP (STANDARD OPERATING PROCEDURE)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 13 Tahun Dalam undang-undang ini disebutkan

PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN CALON JEMAAH HAJI BERDASARKAN SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU (SISKOHAT) DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan

BAB IV ANALISIS PENYELENGGARAAN BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN KEAGAMAAN DI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) MUHAMMADIYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA PANITIA KERJA RUU PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KOMISI VIII DPR RI KE

Perencanaan (Planning)

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKOR PPIHD PROVINSI KALIMANTAN BARAT

A. Analisis Penyelenggaraan Pelayanan Prima (Excellent Service) di. pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat khusus bagi calon tamutamu

PROSEDUR PENDAFTARAN HAJI OFF LINE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Salinan NO : 9/LD/2013 NOMOR : 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang P

BAB VII PENUTUP. implementasi kebijakan, dapat disimpulkan bahwa: 1) Format kebijakan dengan strategi pelimpahan kewenangan dari DJA kepada

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENYELENGGARAAN MANASIK HAJI PADA KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) AR-RAHMAH KOTA DEMAK TAHUN

POKOK-POKOK PIKIRAN IPHI TENTANG URGENSI PEMBENTUKAN BADAN KHUSUS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGELOLAAN HAJI YANG PROFESIONAL DAN AMANAH*)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA SWADAYA JAMAAH CALON HAJI KABUPATEN CILACAP TAHUN 1434 H / 2013 M

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2012 NOMOR : 4610/ /01/2012 IA. U M U M

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB IV ANALISIS PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BIMBINGAN PADA KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. operasi yang digunakan seperti windows, sedangkan sistem operasi yang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasawarsa ini perkembangan organisasi, semakin pesat, baik

DAFTAR INFORMASI PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 4

PERTEMUAN 4 P E R E N C A N A A N (PLANNING)

GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Hasil riset yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN BREBES. A. Visi dan Misi Kantor Departemen Agama Kabupaten Brebes

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB V PENUTUP. pengelolaan pelaksanaan Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan,

BAB VI PEMBAHASAN. Menurut UUD No. 17 tentang penyelenggaraan ibadah haji maka penekanan

BAB III PELAKSANAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN DEMAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : masyarakat dalam pemenuhan biaya menunaikan ibadah haji.

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam, selalu berbondong-bondong dan saling berebut porsi

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN. sejarah perjuangan yang panjang.

2017, No Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM DI BMT NU SEJAHTERA. Mangkang Kota Semarang merupakan hasil pemikiran kalangan nahdliyin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI

BAB III GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEPARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan era informasi saat ini, organisasi

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN MENEJEMEN PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KBIH NAHDLOTUL ULAMA KAB. KUDUS

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TRANSPORTASI JEMAAH HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

BAB I PENDAHULUAN. sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN JEMAAH HAJI

BAB III PROFIL KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN REMBANG TAHUN Fungsi serta Visi dan Misi Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PENGAWASAN DALAM PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TEGAL TAHUN 2011

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN DEMAK TAHUN 2016

BAB II GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG

BAB III GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA DAN HASIL KERJA DARI PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG

Transkripsi:

74 BAB IV ANALISIS APLIKASI PERENCANAAN IBADAH HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG 4.1. Analisis fungsi Perencanaan Penyelengaraan Ibadah Haji Ibadah haji merupakan rukun islam yang kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap orang islam yang mampu menunaikan. Penyelenggaraan ibadah haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan ibadah haji yang meliputi pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jama ah Hal ini berkesinambungan dengan perencanaan yang dilakukan oleh kementerian agama kota semarang selaku penyelenggara ibadah haji. Apabila menginginkan tercapainya tujuan dalam suatu kegiatan, maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Perencanaan dan rencana sangat penting karena: 1. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang ingin dicapai. 2. Tanpa perencanan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan sehingga banyak pemborosan. 3. Rencana adalah dasar pengendalian,karena tanpa adanya rencana pengendalian tidak dapat dilakukan. 4. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses manajemen pun tidak ada (Malayu Hasibuan, 2001: 91)

75 Dengan kata lain perencanaan merupakan proses dasar dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya (Handoko, Hani, 1995: 77) terkait yang ada di Kementerian agama kota Semarang sebagai penyelenggaraan pelayanan ibadah haji. Hal ini diperlukan supaya Kementerian agama kota Semarang sebagai penyelenggaraan pelayanan ibadah haji dapat melaksanakan penyelenggaraan ibadah haji agar dapat meningkatkan pelayanan dan perlindungan kepada jama ah haji khususnya di kota Semarang. Perencanaan tidak hanya penentuan sebelum arah kegiatan yang harus diambil, sehubungan dengan kejadian yang dikenal, tetapi juga penelitian terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya problem di masa mendatang. Teknik-teknik untuk menangani ketidakpastian adalah sangat berharga. Apabila probabilitas terjadinya beberapa peristiwa itu cukup besar, maka rencana alternatif perlu dikembangkan (Massie, 1983: 91) Dalam kerangka teoritik telah dijelaskan bahwa ada empat tahap dalam dasar perencanaan pada kementerian agama kota semarang dalam proses perencanaan ini apabila diterapkan : Tahap 1: Formulasi tujuan (goal formulation) atau menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Penetapan tujuan atau serangkainan tujuan telah ditetapkan yaitu dengan adanya tujuan penyelenggaraan ibadah haji untuk memberikan pembinaan,

76 pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jama ah haji sehingga jama ah haji menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama islam. Disamping itu menurut keterangan ketua gara haji kota Semarang menjadikan jama ah haji dengan satu atap dengan terwujudnya pelaksanaan haji yang mandiri sehingga terwujudnya haji mabrur juga merupakan tujuan dari kementerian agama kota Semarang. Oleh karena itu, tujuan ini menjadikan landasan dasar dalam penetapan tujuan dari perencanaan. Tahap 2: Pembuatan keputusan rencana strategis (strategic plan decision making) Rencana strategis digunakan dalam rangka pencapaian tujuan yang ingin dicapai atau ditetapkan. Rencana strategis ini telah dituangkan dalam data recana penyelenggaraaan ibadah haji kementerian agama kota Semarang. Selain itu, pembelajaran dari permasalahan/kendala yang terkait dengan pelaksanaan ibadah haji dari tahun sebelumnya, sedapat mungkin dapat dievaluasi dari waktu ke waktu sehingga meminimalisir permasalahan yang dapat timbul saat pelaksanaan ibadah haji. Tahap 3: Analisa lingkungan (environmental analysis) yaitu Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan. Dalam menjalankan kegiatan yang ada tidak semata-mata kegiatan yang ada sesuai dengan perencanaan yang ada dan dalam hal ini keberhasilan

77 yang ada dalam perjalanan penyelenggaraan ibadah haji ini ada beberapa faktor-faktor : Faktor pendukung dari dalam (internal), menurut Drs Abdul Ghofur (staf kementerian agama kota Semarang): - Terkondisisnya staf yang ada di kementerian agama kota Semarang saling membantu satu dengan yang lain dengan memaksimalkan kinerja dari masing-masing seksi yang telah ditugaskan - Adanya sistem komputerisasi haji terpadu (SISKOHAT) sehingga memudahkan antara pihak kementerian agama kota dengan kementerian agama wilayah memudahkan informasi dan koordinasi yang ada sehingga informasi secepatnya sampai hingga kementerian agama kota. - Kerjasama antara banyak pihak yang terkait misalnya Bank-bank terkait sehingga memudahkan administrasi yang dilaksanakan oleh kementerian agama kota Semarang dan juga memudahkan calon jama ah haji yang ingin mendaftar haji. Faktor pendukung dari luar (eksternal): - Terkondisikannya calon jama ah haji yang ada di kementerian agama kota semarang dengan adanya beberapa jama ah yang ikut pada Kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) yang terdaftar di

78 kementerian agama kota Semarang sehingga terkondisikan dengan baik. Faktor penghambat dari dalam (internal): dalam hal ini faktor penghambat dari dalam kementerian agama kota semarang antara lain: - Tumpang tindihnya pekerjaan yang dilaksanakan oleh kementerian agama kota Semarang terutama administrasi yang kurang personil di staf gara haji kementerian agama kota Semarang. - Pengurusan paspor yang kurang tepat waktu sehingga memperlambat adanya distribusi kepada pihak imigrasi dari kementerian agama kota menuju pusat. - Menurut keterangan ibu Nurhayati selaku staf kementerian agama kota Semarang, keterlambatannya laporan jama ah yang mutasi, baik penambahan quota di kementerian agama sendiri ataupun mutasi keluar dalam pembuatan DAPIH mengalami keterlambatan juga turut menjadi faktor penghambat dalam administrasi Faktor penghambat dari luar (eksternal): - Simpang siurnya informasi yang diperoleh dari jama ah haji, terutama ketua regu (karu) dan ketua rombongan (karom) sehingga kurangnya koordinasi antara jama ah haji dengan pihak kementerian agama kota semarang

79 - Pembuatan kloter yang diatur dalam ketentuan yang berlaku kemudian terdapat usulan dari pihak calon jama ah haji yang ingin satu kloter bersama dengan keluarga Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang timbul ini, kementerian agama kota semarang dalam hal ini ketua seksi gara haji yaitu H. Muchib Mustaqim M. Ag memberikan identifikasi dan kebijakan antara lain: - Membuat deadline (batas akhir) penyelesaian paspor yang ada digara haji kementerian agama kota semarang termasuk pembuatan DAPIH yang sudah tersusun. - Melaksanakan koordinasi dengan karu dan karom yang ada terkait dengan informasi yang berikan oleh kementeriana gama kota semarang dan juga melalui masing-masing kecamatan. - Evalusi pasca pelaskanaan ibadah haji yang dilakukan dengan cara koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait. - Mamberikan penjelasan terkait aturan DAPIH pada kloter yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak bisa di rubah. Tahap 4: Mengembangkan rencana operasional (Develop operational plan) atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Dalam hal ini perencanaan yang ada merupakan kegiatan yang berkesinambungan antara yang satu dengan yang lain, serangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam

80 penyelenggaraan ibadah haji ini adalah pemberian pelayanan yang maksimal. Pelayanan yang maksaimal ini dapat dilaksanakan dengan cara : - Pemberian informasi haji secara berkala, disamping itu kementerian agama telah memberikan call center informasi haji. - Pengurusan paspor yang dilaksankan oleh kementerian agama kota semarang dengan masksimal agar jama ah haji segera diberangkatkan sesuai dengan jadawal kloter yang ada. - Pada awal pelayanan dan pembinaan jama ah saat pengurusan administrasi, konfirmasi secara perorangan dianggap kurang efektif. Oleh karena itu dalam pengembangan sistem informasi, kementerian agama melaksanakan kerja sama dengan pihak KBIH agar mempermudah dalam administrasi jama ah haji yang terkait. - Konfirmasi terhadap pihak-pihak calon jama ah haji yang akan berangkat dengan tujuan mempercepat jalannya administrasi yang ada merupakan langkah terakhir apabila data yang didapat kurang memadai dan deadline telah habis. Tahap 5: Implementasi rencana dan Evaluasi hasil (implement the plenand evaluation result). Dalam pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh staf di gara haji kementerian agama kota Semarang, terdapat kegiatan yang berhubungan dengan penjadwalan, sistem pembinaan ataupun semua hal yang terkait dengan

81 pelayanan ibadah haji. Dan kegiatan ini tidak serta merta dilakukan sesuai rencana, akan tetapi apabila terdapat kesulitan ataupun masalah yang ada. Kementerian agama kota Semarang segera melaksanakan rapat koordinasi secara personal di gara haji sendiri ataupun dengan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pelayanaan ibadah haji di kota semarang. Rapat koordinasi ini dilakukan secara berkala sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan kegiatan kedepan agar lebih baik. Dalam kajian konsep manajemen, perencanaan mempunyai kegiatan-kegiatan dalam fungsi perencanaan yang dikemuakakan oleh Louise A Allen, dalam hal ini Kementerian Agama Kota Semarang telah melaksanakan proses perencanaan secara prosedural dan sesuai dengan konsep manajemen, 7 fungsi perencanaan ini. Antara lain: 1. Forecasting (peramalan) Penyelenggaraan ibadah haji merupakan kegiatan yang kontinu tiap tahunnya, dalam hal ini, kementerian agama kota Semarang telah melaksanakan forecasting dengan cara evaluasi dari kinerja dari tahuntahun sebelumnya. Menurut ketua gara haji kementerian agama kota Semarang, hasil dari rekomendasi evaluasi ini kemudian diusulkan kepada pemerintah pusat sebagai bahan perbaikan agar terciptanya pelaksanaan ibadah haji yang dinamis 2. Estabilishing objectives (penetapan tujuan)

82 Penetapan tujuan dalam kementerian agama sangatlah penting, karena tujuan berkaitan dengan hasil yang ingin dicapai. Dan dalam hal ini, kementerian agama kota mempunyai tujuan yaitu untuk memberikan pembinaan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jama ah haji sehingga jama ah haji menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam (UU No 2 tahun 2009 pasal 3). 3. Programming (pemograman) Pemograman merupakan gambaran dari penjabaran awal dari penetapan prosedur kegiatan dan perkiraan biaya-biaya yang akan diperlukan dalam kegiatan. Pemograman ini pada aplikasinya dilakukan dengan adanya pemograman substansi materi yang diberikan pada jama ah haji. Selain itu pemograman pembinaan yang dilakukan dalam rangka pelayanan haji ini dilakukan secara berkesinambungan 4. Scheduling (penjadwalan) Penjadwalan juga dilaksanakan dalam rangka perencanaan ibadah haji dan dalam hal ini batas waktu yang ada digunakan sebagai control dari jadwal yang ada dengan target, agar dalam pelaksanaan ibadah haji tidak tumpang tindih. Penjadwalan telah diatur oleh pemerintah kementerian agama wilayah dengan mempertimbangkan keseragaman dalam pemberangkatan

83 jama ah haji tanah air. Yang disesuaikan dengan sistem yang ada di kementerian agama kota Semarang. 5. Budgeting (penganggaran) Menurut keterangan dari pihak bendahara gara haji kota Semarang, penganggaran yang dilakukan dengan cara penganggaran dengan melalui penganggaran DIPA yang dilakukan oleh kementerian agama kota oleh kanwil (kantor wilayah) kementerian agama kota Semarang dan hal ini sudah ada arahan dari kementerian agama kota Semarang sehingga kementerian agama kota Semarang hanya menjalankan prosedur yang ada. 6. Developing procedure (pengembangan prosedur) Dalam hal pengembang prosedur, kementerian agama Semarang mengaplikasikan efektifitas ini dengan sistem komputerisasi haji terpadu (SISKOHAT) dan dalam hal ini mempermudah kinerja kementerian agama dalam pengolahan data pendaftar haji. Disamping itu, kerjasama dengan bank-bank yang ada, turut memudahkan jalannya administrasi, dalam penyetoran BPIH (biaya perjalanan ibadah haji). Aplikasi SISKOHAT tersambung secara on line ke seluruh bank penerima setoran BPS BPIH yang meliputi kantor cabang bank yang tersebar diseluruh Indonesia.

84 7. Establishing and interpenting policies (penetapan dan penafsiran kebijaksanaan) Dalam penetapan penafsiran, kementerian agama telah menggunakan hal ini, agar tidak terjadi masalah yang berulang-ulang terkait dengan pelaksanaan ibadah haji. Karena peneyelenggaraan ibadah haji merupakan kegiatan yang kontinu pada tiap tahunnya, maka dalam penafsiran kebijakan H. Muchin Mustaqim selaku ketua gara haji kementerian agama kota Semarang mengambil kebijakan deadline pengurusan admnistrasi maupun paspor. Pengurusan paspor terkadang tidak tepat, karena bersamaan dengan kegiatan manasik haji dan bimbingan kepada calon jama ah haji, oleh karena itu dalam hal ini, pengurusan administrasi ini diberikan deadline sewaktu pengurusan sehingga informasi terkait dengan mutasi dan pemindahan nomor porsi yang ada, bisa segera terselesaikan. Dalam melihat perencanaaan sebagai sebuah proses manajemen maka penerapan perencaanaan juga sangat penting dalam pengelolaan penerapan manajemen. Di sini beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai efektifitas perencanaan antara lain: a. Kegunaan. Dalam hal ini demi lancarnya pelaksanaan ibadah haji maka efektifitas perencanaan penyelengaraan ibadah haji sangatlah diperlukan. Dalam konsep kegunaan oleh karena itu perencanaan yang matang harus digunakan dalam rangka lancarnya pelaksanaan ibadah haji mandiri.

85 b. Ketepatan dan objektifitas Sebelum penetapan pembuatan rencana maka diperlukan analisis evaluasi perencanaan yang ada pada kementerian agama kota Semarang. Dan dalam hal ini pelaksanaan ibadah haji di kementerian agama kota Semarang telah melakukan evaluasi perencanaan dari tahun-ketahun sehingga dalam realisasi pelaksanaannya tidak mengalami hambatan. c. Efektifitas biaya Perencanaan yang ada tidak serta merta dijalankan oleh para seksi gara haji, oleh karena itu dalam perencanaan ini anggaran pembiayaan BPIH sudah di rencanakan sejak awal dengan penganggaran dari dana DIPA yang dikelola. d. Akuntabilitas Dalam pelaksanaan ibadah haji ini kementerian agama telah melaksanakan perencanaan dengan teori akuntabilitas dengan tanggung jawab yang memang di serahkan pada masing-masing seksi dan implementasi kegiatan dijalankan oleh masing-masing seksi yang ada di kepala seksi gara haji kota Semarang.

86 e. Ketepatan waktu Dalam pengaplikasian jadwal schedule, kementerian agama kota Semarang telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Salah satu bentuk kegitan yang terschedule antara lain pelaksanaan bimbingan manasik haji dan terjadwal, disamping itu pengurusan administrasi berupa paspor haji, setoran BPIH dan layanan kesehatan. Walaupun begitu, ternyata dalam pelaksanaan yang ada dalam lapangan sedikit meleset dari perkiraan sehingga rencana tidak tepat dari perkiraan.