BAB VII PENUTUP. primer di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016 mengacu kepada Permenkes

dokumen-dokumen yang mirip
VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin ( ) yang kemudian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DUKUNGAN REGULASI DALAM PENGUATAN PPK PRIMER SEBAGAI GATE KEEPER. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

Hasil. Riset Implementasi JKN pada Pelayanan Primer Siklus 1. Konas IAKMI, 3-5 November 2016

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB 7 PENUTUP. Mochtar Bukittinggi sudah diterapkan semenjak tahun 2014, namun belum. berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan terjadinya

BAB VII PENUTUP. Kabupaten Solok Selatan diketahui berdasarkan komponen input :

PEMANFAATAN DANA KAPITASI 2016 PADA PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

PEMANFAATAN DANA KAPITASI UNTUK PENINGKATAN KINERJA PUSKESMAS

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN Komponen Masukan (Input) 1. Tenaga rekam medis jumlahnya sudah mencukupi untuk Rumah Sakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN DANA

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

CH.TUTY ERNAWATI UPTD BKIM SUMBAR

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

: : ... Umur :... Pendidikan :... Masa Kerja :... Unit Tugas di Rumah Sakit :... Jabatan :... Tanggal/Waktu Wawancara :...

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 77 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Komponen input pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. pelaksanaan penggunaan dana kapitasi JKN di Puskesmas Kota. Semarang setelah berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lembar&Fakta! Panel&&Diskusi!!Ke!7!!! Harapan,((Kenyataan((dan((Solusi((JKN:((Peran&Manajemen&Rumah&Sakit&dan&BPJS&Dalam% Percepatan)Verifikasi!

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR TENTANG BUPATI PAMEKASAN,

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

CURICULUM VITAE. Nama : dr. Luh Putu Sri Armini, M.Kes. Pendidikan : Dokter di FK Unud dan Magister Manajemen Kebijakan Pelayanan Kesehatan di FK UGM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi:

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Input a) Kebijakan Kebijakan yang diberlakukan terhadap kesiapan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap 155 diagnosis penyakit sebagai kompetensi layanan primer di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016 mengacu kepada Permenkes No 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dan mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter. b) Sumber Daya Manusia Berdasarkan standar Permenkes No 75 tahun 2014 SDM di puskesmas disesuaikan dengan jenis puskesmas yaitu puskesmas perkotaan dan puskesmas pedesaan. Puskesmas yang ada di Kabupaten Padang Pariaman pada umumnya merupakan puskesmas pedesaan. Standar dokter umum di puskesmas pedesaan untuk puskesmas rawat inap adalah 2 orang dan non rawatan 1 orang. Jumlah dokter umum yang ada di Puskesmas Sungai Geringging sebanyak 1 orang, Puskesmas Batu Basa sebanyak 1 orang, Puskesmas Gasan Gadang 1 orang, Puskesmas Kayu Tanam 2 orang dan Puskesmas Pasar Usang 2 orang. Jika dibandingkan dengan standar ketersediaan tenaga dokter umum menurut Permenkes No 75 Tahun 2014 Puskesmas Sungai Geringging kekurangan 1 orang dokter umum, Puskesmas Batu Basa kekurangan 1 orang dokter umum, Puskesmas Gasan Gadang kekurangan 1 orang dokter umum, Puskesmas Kayu

Tanam kekurangan 1 orang dokter umum dan Puskesmas Pasar Usang juga kekurangan 1 orang dokter umum. c) Dana Pelayanan kesehatan yang dilakukan dipuskesmas didukung oleh dana operasional puskesmas yang bersumber dari APBD dan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Total dana kapitasi JKN yang diterima oleh seluruh puskesmas di Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2015 sebesar Rp 11.672.483.500,-. Alokasi anggaran untuk jasa pelayanan telah dicairkan sebesar Rp 8.054.584.350.- dan Rp 1.602.670.584 untuk operasional puskesmas. Alokasi untuk belanja obat dan alat kesehatan sebesar Rp 2.015.228.566,- tidak bisa dibelanjakan karena kekhawatiran puskesmas terkait dengan regulasi belanja barang dan jasa dimana setiap belanja barang dan jasa puskesmas harus mempunyai pejabat pengadaan barang dan jasa yang bersertifikasi. Solusinya DPPKA mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk seluruh Kepala Tata Usaha puskesmas tentang belanja pengadaan barang dan jasa. Hal ini disebabkan karena puskesmas mempunyai DPA sendiri dan puskesmas mengelola dan memanfaatkan sendiri dana kapitasi sesuai dengan Perpres No 32 Tahun 2014 tentang pengelolaan dn pemanfaatan dana kapitasi bagi puskesmas yang belum BLUD. Selain pendanaan yang didukung oleh dana kapitasi JKN, puskesmas juga memiliki dana alokasi operasional puskesmas yang dialokasikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Padang Pariaman yaitu Rp 3.530.797.700,-. Jika dilihat berdasarkan penganggaran ini dapat diketahui bahwa pemerintah daerah sudah memenuhi tanggung jawab untuk menganggarkan dana di bidang kesehatan dan salah satunya untuk operasional puskesmas.

d) Metode Metode kesiapan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap 155 diagnosis penyakit sebagai kompetensi layanan primer di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016 yaitu sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh masingmasing pelayanan yang ada di puskesmas. Mulai dari pendaftaran sampai dengan pengambilan obat atau terbitnya surat rujukan. Setelah melakukan pendaftaran pasien akan diperiksa di poli umum, setelah itu untuk menegakkan diagnosa pasien akan dirujuk kelaboratorium untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Disinilah SOP untuk pelayanan pasien laboratorium tidak bisa dilaksanakan karena terkendala dengan alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan penunjang seperti alat labor dan reagen untuk melakukan pemeriksaan penunjang seperti tidak tersedianya larutan Benedict untuk pemeriksaan glukosa urine, malaria AgPf/PV untuk pemeriksaan malaria, tidak tersedianya rapid dengue test untuk pemeriksaan demam berdarah. Penyebab terdapat keterbatasan tersebut karena terkait dana yang belum bisa digunakan. e) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana dalam pelayanan kepada pasien di puskesmas, masih memiliki keterbatasan. Alat kesehatan yang dimiliki oleh puskesmas masih kurang lengkap dan belum sesuai dengan standar Permenkes No 75 tahun 2014. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata ketersediaan sarana dan prasarana dimasing-masing ruangan di seluruh puskesmas <67% dan persentase ketersediaan sarana dan prasarana paling rendah ada diruangan laboratorium. Solusi dalam mengatasi hal ini yaitu dinas kesehatan memberikan usulan perencanaan kepada Bappeda sesuai dengan prioritas dan alokasi dana sehingga Bappeda akan akomodir untuk kekurangan sarana dan prasarana di puskesmas.

Pada tahun 2016 ini Bappeda melalui dinas kesehatan sudah mengalokasikan dana untuk pengadaan set alat pemeriksaan laboratorium lengkap untuk 10 puskesmas rawatan yang sudah mempunyai tenaga analis. Puskesmas juga diharapkan untuk dapat menjadi BLUD secepatnya sehingga bisa dan mampu memenuhi kekurangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh puskesmas. 2. Proses a) Perencanaan Dinas kesehatan membuat perencanaan sesuai dengan usulan dari puskesmas, setiap tahun puskesmas membuat rencana usulan kegiatan dan rencana anggaran kegiatan sesuai dengan pagu anggaran yang sudah diberikan oleh dinas kesehatan. Kendala yang ditemui dalam proses perencanaan, puskesmas tidak bisa membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan puskesmas karena terkait keterbatasan anggaran. Misalnya untuk pembelian alat kesehatan puskesmas tidak bisa membuat perencanaan pembelian alat kesehatan dari dana APBD karena terkait regulasi belanja modal. Perencanaan dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap 155 diagnosis penyakit merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk melengkapi semua kekurangan mulai dari SDM, dana, sarana dan prasarana yang ada di puskesmas dibutuhkan beberapa tahapan perencanaan. Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman bisa mengawali dengan menetapkan prioritas perencanaan yang mengacu kepada Permenkes No 5 Tahun 2014 dan Permenkes No 75 Tahun 2014. Sehingga tuntutan akreditasi puskesmas sebagai syarat untuk bekerja sama dengan BPJS bisa dilaksanakan dengan merencanakan puskesmas bisa akreditasi setiap tahunnya. b) Pelaksanaan

Pelaksanaan pemberian pelayanan berdasarkan Permenkes No 5 tahun 2014 dan standar kompetensi dokter Indonesia. Dalam pelayanan yang dilakukan tidak semua diagnosis yang ada dalam Permenkes No 5 tahun 2014 harus tuntas dipuskesmas, ada standar 3A dan 3B dimana hanya bisa mendiagnosis dan membuat rujukan. Hambatan yang ditemui dipuskesmas dalam memberikan pelayanan masih kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung untuk pemeriksaan pasien, masyarakat kurang mengerti dengan alur rujukan puskesmas, kendala dalam hal pemeriksaan labor di luar puskesmas, dan ada obat yang tidak tersedia. c) Evaluasi Evaluasi dilakukan setiap bulan dimana puskesmas mengirimkan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman, salah satunya laporan rujukan puskesmas, Laporan khusus rujukan non spesialistik setiap bulannya tidak ada. Tidak ada daftar hadir atau bukti evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan terhadap puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap 155 diagnosis penyakit sebagai kompetensi layanan primer. Tidak ada jadwal melakukan evaluasi ke puskesmas dan tidak ada umpan balik ke puskesmas terhadap evaluasi yang dilakukan. Selain daripada itu evaluasi pencapaian program dilakukan oleh masing-masing bidang setiap bulannya kepada pemegang program puskesmas, untuk evaluasi kesiapan puskesmas terhadap 155 diagnosis itu dilakukan sekali 3 bulan oleh BPJS dengan menggunakan indikator Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP). Kendalanya yang dievaluasi hanya pelayanan yang dilakukan terhadap peserta BPJS. Mulai dari kunjungan sakit, kunjungan sehat, rujukan rawat jalan, rujukan non spesialitik dan kunjungan prolanis.

3. Out Put Puskesmas belum mampu menangani 155 diagnosis penyakit yang menjadi kompetensi layanan primer. Hal ini dapat dilihat dari data beberapa puskesmas diantaranya Puskesmas Pasar Usang memiliki ketidakmampuan menangani penyakit sebesar 15,5%, Puskesmas Kayu Tanam sebesar 11,6%, Puskesmas Batu Basa sebesar 11,6%, Puskesmas Sungai Geringging sebesar 15,5% dan Puskesmas Gasan Gadang sebesar 11,6%. Akan tetapi semua ketidaksiapan itu sudah mulai dicarikan solusinya oleh masing-masing pihak yang terkait. Bappeda memberi peluang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman untuk pengadaan pemeriksaan alat labor lengkap untuk sepuluh puskesmas rawatan. DPPKA juga melakukan pelatihan pejabat pengadaan barang dan jasa untuk seluruh puskesmas, sehingga puskesmas tidak terkendala lagi dalam melakukan pengadaan barang dan jasa. Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman juga melakukan prioritas perencanaan dalam melengkapi kekurangan input dan proses agar puskesmas mampu memberikan pelayanan terhadap 155 diagnosis penyakit yang menjadi kompetensi layanan primer. 7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas penelitian yang telah dilakukan mengenai, analisis kesiapan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap 155 diagnosis penyakit sebagai kompetensi layanan primer di Kabupaten Padang Pariaman peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman a. Membuat pemetaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta menetapkan prioritas dari hasil pemetaan tersebut. b. Mempercepat BLUD puskesmas sesuai dengan PP no 23 Tahun 2005 dan Permendagri No.61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan

Layanan Umum Daerah sehingga bisa mengangkat tenaga kesehatan dan melengkapi sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan puskesmas. c. Menjadikan Permenkes No 5 Tahun 2014 dan Permenkes No 75 tahun 2014 sebagai acuan perencanaan SDM, dana, sarnan dan prasarana serta pengadaan barang dan jasa terutama obat dan alat kesehatan. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman a. Membuat perencanaan kebutuhan puskesmas secara bertahap setiap tahunnya dan membuat prioritas perencanaan sehingga lima tahun kedepan kekurangan SDM, dana serta sarana dan prasarana di puskesmas bisa diatasi. b. Menetapkan beberapa puskesmas yang harus terakreditasi setiap tahunnya dan menganggarkan dalam perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman sehingga kerjasama dengan BPJS bisa dilanjutkan. c. Membuat poster tentang 155 jenis diagnosis yang menjadi kompetensi layanan primer agar masyarakat mengetahui pelayanan yang harus mereka dapatkan di puskesmas. d. Membuat poster alur rujukan yang sama untuk seluruh puskesmas dan diberikan kepada puskesmas, sehingga alur rujukan sama untuk setiap puskesmas yang ada di Kabupaten Padang Pariaman. Perlu adanya Pembentukan tim pengawas dan evaluasi yang dapat di prakarsai oleh Dinas Kesehatan selaku leading sector puskesmas bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).