ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

dokumen-dokumen yang mirip
PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 151

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI. Jakarta, Februari 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RESIKO DALAM ASURANSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

STIE DEWANTARA Manajemen Asuransi, Pegadaian & Anjak Piutang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi Pengertian Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya selalu dihadapkan dalam dua hal, yaitu hal-hal baik dan hal-hal

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

2.Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23);

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan

II. LANDASAN TEORI. Pengertian pemasaran sangat luas,banyak ahli yang telah memberikan definisi atas

HUKUM ASURANSI. Lecture: Andri B Santosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi. diharapkan. Disamping itu dapat pula berupa peristiwa negatif yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. INSURED B. INSURER C. ACCIDENT D. INTEREST

BAB II LANDASAN TEORI

SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000

DASAR-DASAR ASURANSI. Inhouse Training Jakarta, 10 November 2015

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

BAB I PENGENALAN ASURANSI

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

Asuransi Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perusahaan. pertanggungan atas resiko atau kerugian yang dialami oleh tertanggung.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 62. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan pedoman atau petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan, kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karena itu setiap resiko yang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

BAB III JENIS ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dokumen Perjanjian Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah

ASURANSI. a. Insured b. Insurer c. Accident d. Interest

ASURANSI. Definisi Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh

FE Unlam Banjarmasin Abdul Hadi, 2010

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. informasi sudah merajai diberbagai bidang kehidupan manusia. Hal tersebut

BAB VI POLIS ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar

BAB I PENDAHULUAN. selama orang tersebut memiliki kepentingan tanpa memandang status,

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

νµθωερτψυιοπασδφγηϕκλζξχϖβνµθωερτ ψυιοπασδφγηϕκλζξχϖβνµθωερτψυιοπα σδφγηϕκλζξχϖβνµθωερτψυιοπασδφγηϕκ χϖβνµθωερτψυιοπασδφγηϕκλζξχϖβνµθ

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk melindungi dirinya sendiri maupun keluarga dari kemungkinan kejadian

Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia. Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional

Premi Asuransi BAB V PREMI ASURANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat menjamin secara mutlak dan memberi kebahagiaan bagi manusia namun

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13911 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT ASURANSI DHARMA BANGSA OLEH AXA S.A.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH ASURANSI DAN MANAJEMEN RISIKO 2 (FAK EKONOMI - D3 MANAJEMEN KEUANGAN) KODE / SKS

BAB I PENDAHULUAN. Ada banyak kejadian dalam hidup yang tidak dapat diduga. Bahkan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Jama an (2008:4), Signaling Theory mengemukakan tentang

BAB II URAIAN TEORITIS. Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas. Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi?

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia selalu terdapat kejadian kejadian yang tidak dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler dan Amstrong. individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

Komparasi Undang-undang

UTMOST GOOD FAITH. 3. Material facts

DASAR & HUKUM ASURANSI KESEHATAN BAB 4

Transkripsi:

ASURANSI Prepared by Ari Raharjo Email: ariraharjo2013@gmail.com

Definisi Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. (UU no. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian)

Obyek Asuransi adalah suatu benda yang dipertanggungkan jika terjadi suatu resiko terhadap benda itu. Obyek Asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia maupun tanggung jawab hukum, semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.

Manfaat Asuransi 1. Rasa Aman 2. Berfungsi sebagai tabungan 3. Penyebaran resiko 4. Meningkatkan keberlangsungan usaha

Dasar Hukum Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.010/2012 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.010/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.010/2007 tentang Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.010/2010 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian

Jenis-jenis Resiko Resiko Murni adalah suatu resiko yang apabila terjadi akan memberikan kerugian kepada tertanggung dan apabila tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan. Resiko spekulatif adalah resiko terhadap dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan kemungkinan untuk mendapatkan kerugian. Resiko individu adalah resiko yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Resiko individu dapat bagi menjadi 3, yaitu: Resiko pribadi atau personal risk terjadi pada tubuh seseorang Resiko harta atau property risk terjadi terhadap harta atau barang tertanggung Resiko tanggung gugat atau liability risk terjadi pada pihak lain akibat suatu resiko yang terjadi pada tertanggung

Mengelola Resiko 1. Menghindari resiko atau risk avoidance 2. Mengurangi resiko atau risk reduction 3. Menahan resiko atau risk retention 4. Membagi resiko atau risk sharing 5. Mentransfer resiko atau risk transfer

Resiko dapat ditanggung 1. Resiko bersifat homogen jumlah suatu benda / barang yang berpotensi mengalami resiko cukup banyak. Contoh: Rumah atau bangunan lain yang terancam resiko kebakaran, kendaraan bermotor seperti mobil atau sepeda motor. Lukisan terkenal dan benda lain yang jumlahnya sedikit tidak dapat diasuransikan dengan syarat homogen ini. 2. Resiko murni (Pure Risk). Resiko tersebut harus menimbulkan kerugian bagi tertanggung jika resiko terjadi dan tidak akan menimbulkan kerugian jika resiko tidak terjadi. 3. Kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh suatu resiko terjadi dari suatu peristiwa yang bersifat kebetulan (Fortuitous). 4. Resiko yang terjadi bukan sesuatu hal yang bertentangan dengan peraturan atau kebijaksanaan umum atau kebijaksanaan Pemerintah (Not Against Public Policy). Contoh: denda tilang, denda telat membayar PBB. 5. Obyek risiko dan potensi dampak kerugian yang mungkin timbul, harus dapat diukur atau dinilai dengan uang (Financial Value). 6. Tertanggung mempunyai kepentingan yang melekat pada obyek pertanggungan atau obyek resiko serta secara sah dilindungi oleh hukum.

Prinsip-prinsip Asuransi Insurable interest. Jika resiko itu terjadi maka tertanggung akan mengalami kerugian finansial karena obyek tersebut tidak dapat berfungsi untuk menghasilkan suatu nilai finansial tertentu. Dalam kondisi tertanggung tidak mendapatkan kerugian finansial karena suatu kejadian resiko maka tertanggung tidak berhak untuk mendapatkan penggantian. Tedapat beberapa unsur : a. Terdapat sesuatu yang dapat diasuransikan. b. Sesuatu tersebut menjadi obyek pertanggungan atau obyek asuransi; c. Tertanggung akan mendapat manfaat apabila tidak terjadi suatu resiko atas obyek pertanggungan tersebut & tertanggung juga akan mengalami / menderita kerugian finansial apabila obyek pertanggungan tersebut mengalami sesuatu resiko. d. Hubungan atau kepentingan tertanggung terhadap obyek pertanggungan harus mempunyai hubungan yang sah menurut hukum.

Prinsip-prinsip Asuransi Itikat baik (Utmost good faith). tertanggung dan penanggung samasama mempunyai itikad baik untuk terikat di dalam suatu perjanjian asuransi. Prinsip ini dapat menjadi batal jika terdapat hal yang melanggar prinsip ini. Data-data penting yang tidak diungkapkan (Non disclosure) Secara sengaja melakukan kebohongan (Concealment). Sengaja memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya (Fraudulent Misrepresentation), Secara tidak sengaja memberi gambaran yang salah yang memiliki pengaruh besar dalam proses asuransi (Innocent Misrepresentation). Indemnity. Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengkompensasi resiko yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Prinsip indemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian.

Prinsip-prinsip Asuransi Proximate cause. Setiap kejadian terhadap suatu resiko mempunyai suatu atau beberapa penyebab. Perusahaan harus menemukan dan mengidentifikasi penyebab utama yang menyebabkan suatu kejadian. Misalnya, suatu kapal laut tenggelam di laut. Sebelum kapal ini tenggelam, kapal tersebut sudah pernah menabrak karang dan mengalami kebocoran. Apakah kapal tersebut tenggelam karena badai besar yang terjadi di laut Banda?; Atau Apakah tambalan pada badan kapal mengalami keretakan dan terlepas sehingga kapal menjadi bocor? Apakah ada penyebab lain? Subrogation. Prinsip ini terjadi pada suatu kejadian resiko yang menimpa tertanggung sebagai akibat dari kesalahan pihak ketiga. Tertanggung sudah mempunyai polis asuransi sebelum kejadian tersebut sehingga tertanggung berhak untuk mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi. Oleh karena tertanggung sudah mengajukan klaim dan mendapatkan penggantian maka tertanggung tidak berhak untuk mendapatkan penggantian lain dari pihak ketiga tersebut.

Prinsip-prinsip Asuransi Kontribusi. Apabila terjadi jaminan asuransi harta benda oleh lebih dari 1 perusahaan asuransi yang masing-masing mengeluarkan polis asuransi dengan harta pertanggungan yang sama sebesar nilai/harga suatu benda yang menjadi obyek pertanggungan, perusahaan asuransi hanya wajib membayarkan ganti rugi secara pro rata sesuai dengan tanggung jawab menurut perbandingan yang seimbang. Contoh kasus: Tuan D, sebagai direktur perusahaan wisata, mengambil asuransi kehilangan Tuan D, sebagai direktur perusahaan wisata, mengambil asuransi kehilangan untuk bus dengan nilai pertanggungan Rp. 750 Jt dari perusahaan asuransi PT. E. Kemudian, dengan bus dan resiko yang sama, tuan D juga mengasuransikan ke perusahaan asuransi PT. F juga. Pada saat resiko terjadi tuan D tidak berhak untuk mendapatkan penggantian asuransi dari kedua perusahaan asuransi tersebut. Tuan D tidak berhak untuk memperoleh Rp. 1,5 Milyar (Rp. 750 Jt dari PT. E dan Rp. 750 Jt dari PT. F). Perusahaan asuransi hanya akan membayar secara pro rata sesuai dengan perbandingan yang seimbang

Premi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung sebagai kompensasi atas perpindahan kewajiban penanggungan atas resiko dari tertanggung ke penanggung. Nilai besar kecilnya premi tergantung pada: jenis resiko yang ditanggung. besar nilai pertanggungan usia seseorang Jangka waktu pembayaran premi dan periode pembayaran tergantung pada perjanjian pada saat awal perjanjian.

Usaha Perasuransian Meliputi 2 bidang Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi dan kemudian memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang. terdiri dari: Usaha asuransi kerugian Usaha asuransi jiwa Usaha reasuransi Usaha penunjang usaha asuransi adalah usaha yang menyelenggarakan jasa keperantaraan, penilaian kerugian asuransi dan jasa akturia. terdiri dari: Usaha pialang asuransi Usaha pialang reasuransi

Jenis Perusahaan Asuransi 1. Perusahaan Asuransi Kerugian (menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kerugian, termasuk reasuransi), 2. Perusahaan Asuransi Jiwa (asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas, serta dapat menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun 3. Perusahaan Reasuransi (pertanggungan ulang), 4. Perusahaan Pialang Asuransi (bertindak mewakili tertanggung dalam rangka transaksi yang berkaitan dengan kontrak asuransi), 5. Perusahaan Pialang Reasuransi (bertindak mewakili perusahaan asuransi), 6. Agen Asuransi (jasa keperantaraan) 7. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi (memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan), dan 8. Perusahaan Konsultan Aktuaria (memberikan jasa konsultasi akturia).

Badan Hukum Perusahaan Asuransi 1. Perusahaan Perseroan (PERSERO); 2. Koperasi; 3. Usaha Bersama (Mutual).

Kesehatan Prsh Asuransi Tingkat solvabilitas sebesar 120% terhadap resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Resiko kerugian tersebut antara lain adalah kegagalan dalam pengelolaan kekayaan, tidak terjadi keseimbangan antara arus kekayaan dan kewajiban, nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang tidak seimbang, terjadi perbedaan antara beban klaim yang terjadi dengan beban klaim yang diperkirakan, premi yang tidak cukup karena perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil investasi yang diperoleh, dan pihak reasuransi yang tidak mampu membayar kewajiban klaim. Retensi sendiri jumlah risiko tertentu yang ditanggung sendiri oleh perusahaan asuransi. Reasuransi berbanding terbalik dengan retensi sendiri. Jika reasuransi semakin tinggi maka tingkat resiko yang akan terjadi pada sebuah perusahaan asuransi jika terjadi klaim akan semakin kecil. Investasi ROI dan ROE yang cukup tinggi

Polis Polis asuransi merupakan surat kontrak antara tertanggung dan penanggung. Polis ini merupakan bukti tertulis bahwa pihak tertanggung dan penanggung sudah sepakat untuk saling bekerjasama di dalam penyelenggaraan perlindungan terhadap suatu resiko. Di dalamnya terdapat kewajiban, hak dan syaratsyarat bagi kedua belah pihak.

Semoga bermanfaat Terima kasih