ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN UDARA PADA KAWASAN BANDAR UDARA SULTAN HASANUDDIN DI KOTA MAKASSAR Muralia Hustim 1, Dantje Runtulalo 2, Kasmawati 3 ABSTRAK Peningkatan jumlah penerbangan di Bandar Udara Sultan Hasanuddin setiap tahunnya dikhawatirkan akan menimbulkan pencemaran udara yang berpengaruh terhadap kualitas udara ambien yang dapat memberikan dampak terhadap manusia dan makhluk hidup yang berada di sekitar Bandar Udara. Tetapi dengan adanya pedoman atau pengujian pencemaran udara yang dilihat dan dihtung berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dapat memantau seberapa tercemar suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi polutan dan menganalisis tingkat pencemaran udara, dengan menggunakan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pengambialn sampel udara langsung di lokasi penelitian, kemudian sampel udara dianalisis di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan pada parameter Karbon Monoksida (CO) terdapat 2 titik yang tergolong kategori tidak sehat sedangkan pada titik lainnya tergolong kategori sangat tidak sehat Kata kunci : Bandar Udara, Pencemaran Udara, Dampak Pencemaran Udara, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) ABSTRACT Increasing number of flights at Sultan Hasanuddin Airport annually induce significant air pollution which affect the quality of ambient air and impact to humans and organisms in around the airport. However, the guidelines or testing of air pollution, seen and calculated based on Air Pollution Standard Index (ISPU), can monitor how polluted an area. This research aim to analyze the concentration of pollutants and the level of air pollution with Air Pollution Standard Index (ISPU) usage. The method used is descriptive research with taking air sampling in research location directly, then analyzed in the laboratory. The result showed parameter of Carbon Monoxide (CO) has two points that belong to the category of unhealthy while at other points belong to the category of very unhealthy. Keywords : Airport, air pollution, impact of air pollution, Air Pollution Standard Index (ISPU). 1
PENDAHULUAN Perkembangan transportasi udara tidak hanya memberikan dampak positif terhadap manusia tetapi juga dampak negatif yaitu menimbulkan pencemaran suara (kebisingan) dan pencemaran udara yang dapat menganggu psikologis maupun fisiologis manusia seperti iritasi pada mata, kulit, saluran pernapasan, paru-paru dan gangguan pendengaran. Dokumen aviation dan emissions-a primer (2005) yang dikeluarkan FAA (Federal Aviation Administration) menyatakan bahwa mesin pesawat menghasilkan emisi yang sama seperti mesin kendaraan bemotor, yaitu Karbon Dioksida (CO2), uap air (H2O), Oksida Nitrogen (NOx), Karbon Monoksida (CO), Oksida Sulfur (NOx) dan volatile organic compound. Menurut informasi Commercial Tender Sultan Hasanuddin Internasional Airport Makassar, data trafik penumpang domestik Bandara Sultan Hasanuddin Makassar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir (2008-2013) sebanyak 15%, sama halnya dengan penumpang internasional Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir (2008-2013) sebesar 23%. (Dephub, 2014) Namun demikian pada kenyataannya di Indonesia, sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan untuk memahami karakteristik beban emisi dari industri penerbangan, begitu pula dengan kualitas udara di sekitar sebuah Bandar Udara. Minimnya penelitian awal seperti ini tentu menyulitkan perencanaan berkelanjutan sebuah Bandar Udara beserta area sekitarnya dan mitigasi dampak lingkungan yang dapat terjadi terkait sektor industri ini. Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk mengadakan penelitian di bidang ini untuk menganalisis kualitas udara ambien berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara serta memahami karakteristik dasar pencemaran udara oleh industri jasa penerbangan. TINJAUAN PUSTAKA Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida (CO2). Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0,03% (Fardiaz, 1992). Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sumber pencemar di udara dapat digolongkan menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat alami (natural) dan kegiatan antropogenik. Ada beberapa jenis pencemaran udara yaitu berdasarkan bentuk (gas dan partikel), berdasarkan tempat (outdoor dan indoor), berdasarkan Gangguan atau Efeknya Terhadap Kesehatan (Irritansia, Aspeksia, Anestesia dan Toksis), berdasarkan susunan kimia (anorganik dan organik) dan berdasarkan asalnya (primer dan sekunder). Metode pemantauan kualitas udara ambien secara garis besar terdiri dari dua yaitu metode manual dan otomatis. Metode manual dilakukan dengan cara pengambilan sampel udara terlebih dahulu lalu dianalisis di laboratorium. Metode manual ini dibedakan lagi menjadi metode passive dan aktif. Perbedaan ini didasarkan pada ada tidaknya pompa untuk mengambil sampel udara. Metode otomatis dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat mengukur kualitas udara secara langsung sekaligus menyimpan datanya. Tabel 1. Metode Pemantauan Kualitas Udara Ambien Menggunaka Peralatan Manual No. Parameter Metode Keterangan 1 Sulfur Dioksida (SO 2 ) Pararosilin SNI No. 19-7119.7.2005 2 Nitrogen Dioksida (NO 2 ) Saltzman SNI No. 19-7119.2.2005 3 Karbon Monoksida (CO) NDIR SNI No. 19-7117.10.2005 4 Oxidant / O 3 Kalim Iodida Neutral Buffer (NBKI) 5 Total Suspended Partikulat (TSP)/ debu SNI No. 19-7119.8.2005 Gravimetri SNI No. 19-7119.3.2005 Sumber : Lampiran VI Permen LH No. 12 Tahun 2010 2
Untuk persamaaan estimasi pengukuran atau waktu pemaparan standar menggunakan persamaan 2.1 sebagai berikut : C2 = C1(t1/t2) 0.185 Dimana : C1 = Konsentrasi sesaat ( ) C2 = Konsentrasi standar ( ) t1 = Waktu pemaparan sesaat (menit) = Waktu pemaparan standar (menit) t2 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara dilokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk lainnya. Kualitas udara disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk indeks standar pencemaran udara atau yang disingkat ISPU. Untuk mengetahui hasil Indeks Standar Pencemaran Udara kita harus mengetahui batas Indeks Standar Pencemaran Udara dalam SI, karena batas Indeks tersebut digunakan dalam perhitungan matematis Indeks Standar Pencemaran Udara dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Batas Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) ISPU 24 jam PM10 24 jam SO 2 8 jam CO 1 jam O 3 1 jam NO 2 50 50 80 5 120-100 150 365 10 253-200 350 800 17 400 1130 300 420 1600 34 800 2260 400 500 2100 46 1000 3000 500 600 2620 57,5 1200 3750 Sumber : Kep. BAPEDAL No. 107 Tahun 1997 Dengan adanya nilai batas ISPU maka rumus perhitungannya dapat dilihat pada persamaan 2.2 berikut ini : Konsentrasi nyata ambien (Xx) ppm, mg/m 3n dll. Angka nyata ISPU (I) I = Ia Ib (Xx-Xb) + Ib Xa Xb Dimana : I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas Ib = ISPU batas bawah Xa = Ambien batas atas Xb = Ambien batas bawah Xx = Kadar Ambien nyata hasil pengukuran METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan yang ada, jenis penelitian ini adalah analisa deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis dan menggambarkan keadaan wilayah studi sesuai dengan keadaan lokasi penelitian yang diperoleh dan selanjutnya di klarifikasikan ke dalam bentuk tabel, uraian, dan gambar. Penelitian dilakukan di lokasi sekitar Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yang terdiri dari enam titik, yaitu Apron B. 19 bandara baru, Run Way 03, parkir terminal C.5 terminal penumpang, jalan pintu masuk PT. Angkasa Pura I, depan Akademik Tehnik Keselamatan Penerbangan (ATKP) dan komplek rumah Dinas Perhubungan batangase. Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) hari mulai tanggal 11 Juni 2015 12 Juni 2015 dimana titik I sampai titik IV dilakukan pada hari pertama yang dimulai pada pukul 10.15 WITA sampai dengan 15.40 WITA. Sedangkan pada titik V dan titik VI dilakukan pada hari kedua yang dimulai pada pukul 09.40 WITA sampai dengan pukul 11.50 WITA. Adapun sumber data primer yang diperoleh yaitu Pengambilan sampel kualitas udara dilakukan dengan parameter NH3, SO2, Pb, NOx, CO, H2S dan Ox, Pengambilan TSP menggunakan Gravimetri, Pengambilan titik kordinat menggunakan GPS dan Dokumentasi yaitu pengambilan data menggunakan media kamera sebagai alat pengambilan gambar sedangkan untuk data sekunder yaitu jurnal dan buku sebagai refrensi studi pustaka dan informasi angkasa pura. Metode pengambilan data memasang alat di titik lokasi dan Pengambilan data dimulai pada saat stopwatch dan gravimetri dinyalakan secara bersamaan dan dihentikan secara bersamaan pada saat stopwatch telah mencapai waktu 1 jam. Sedangkan untuk alat impinger setelah dipasang di lokasi dimulai menghitung waktu selama 1 jam dalam pengambilan sampel udara ambien. Analisi data yang dilakukan yaitu menghitung estimasi waktu pemaparan standar dengan menggunakan persamaan 2.1. Dari hasil perhitungan estimasi waktu pemaparan standar hal yang dilakukan selanjutnya yaitu menghitung nilai batas ISPU dengan menggunakan persamaan 2.2. 3
Hasil ISPU NO 2 ( ) Hasil ISPU SO 2 ( ) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil pemantauan kualitas udara yang terdiri dari beberapa parameter kualitas udara dapat dilihat tabel di bawah ini : Hasil analisis Indeks Standar Pencemaran Udara Dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Pembahasan 1. Sulfur Dioksida (SO2) Hasil Indeks Standar Pencemaran Udara berdasarkan Kep. BAPEDAL No. 107 Tahun 1997 pada parameter Sulfur Dioksida dapat dilihat pada Grafik 4.14. Berdasarkan Grafik 4.14 hasil ISPU pada parameter Sulfur Dioksida (SO2) rata-rata di sekitar Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar pada pengukuran disemua titik masih dikategorikan baik berdasarkan Tabel 2.5 karena berada pada rentang 0-50 namun mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan akibat. kombinasi dengan O3. Dikatakan baik karena pada semua titik di tumbuhi berbagai jenis pohon yang befungsi untuk mengadsorpsi polutan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di Bandar Udara. 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 Grafik 4.14 : Hasil ISPU Sulfur Dioksida (SO2) 2. Nitrogen Dioksida (NO2) Dioksida dapat dilihat pada Grafik 4.15. 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 Grafik 4.15 : Hasil ISPU Nitrogen Dioksida (NO2) Berdasarkan Grafik 4.15 hasil ISPU pada parameter Nitrogen Dioksida (NO2) rata-rata di sekitar Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar pada pengukuran disemua titik masih dikategorikan baik berdasarkan Tabel 2.5 karena berada pada rentang 0-50 walaupun sedikit menimbulkan bau. Dikatakan baik karena tidak menimbulkan dampak terhadap manusia dan lingkungan karena pada semua titik di tumbuhi berbagai jenis pohon yang befungsi untuk mengadsorpsi polutan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di bandar udara. 3. Karbon Monoksida (CO) 4
Hasil ISPU TSP (µg/m3) Hasil ISPU CO (µg/m3) Hasil ISPU O 3 ( ) Dioksida dapat dilihat pada Grafik 4.16. Berdasarkan Grafik 4.16 hasil ISPU pada parameter Karbon Monoksida (CO) setelah dihitung dengan menggunakan Indeks Standar Pencemaran Udara, maka hasil yang didapatkan berdasarkan Tabel 2.5 pada titik 1 dan titik 4 tidak sehat. Sehingga berada pada rentang 101-199, dikategorikan tidak sehat karena mengakibatkan peningkatan pada kardiovaskula pada perokok yang sakit jantung. Sedangkan pada titik 2,3,5 dan 6 sangat tidak sehat. Sehingga berada pada rentang 200-299, dikategorikan sangat tidak sehat karena mengakibatkan meningkatnya kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpenyakit jantung dan akan tampak beberapa kelemahan yang terlihat secara nyata. 30 25 20 15 10 5 Grafik 4.16 : Hasil ISPU Karbon Monoksida (CO) 4. Ozon (O3) Dioksida dapat dilihat pada Grafik 4.17. Berdasarkan Grafik 4.1 hasil ISPU pada parameter Karbon Monoksida (CO) setelah dihitung dengan menggunakan Indeks Standar Pencemaran Udara, maka hasil yang didapatkan berdasarkan Tabel 2.5 Berdasarkan Grafik 4.15 hasil ISPU pada parameter Nitrogen Dioksida (O3) rata-rata di sekitar Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar pada pengukuran disemua titik masih dikategorikan baik berdasarkan Tabel 2.5 karena berada pada rentang 0-50 namun mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan SO2 jika terpapar selama 4 jam. Dikatakan baik karena pada semua titik di tumbuhi berbagai jenis pohon yang befungsi untuk mengadsorpsi polutan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di Bandar Udara. 12.00 1 8.00 6.00 4.00 2.00 Titik 1Titik 2Titik 3Titik 4Titik 5Titik 6 Grafik 4.17 : Hasil ISPU Ozon (O3) 5. TSP Dioksida dapat dilihat pada Grafik 4.18. 4 35.00 3 25.00 2 15.00 1 5.00 Grafik 4.17 : Hasil ISPU Partikel (TSP) Berdasarkan Grafik 4.18 hasil ISPU pada parameter Ozon (O3) setelah dihitung dengan menggunakan Indeks Standar Pencemaran Udara, maka hasil yang didapatkan berdasarkan Tabel 2.5 pada semua titik pengukuran dikategorikan baik karena berada pada rentang 0-50 dan 5
Dikatakan baik karena tidak menimbulkan dampak terhadap manusia dan lingkungan karena pada semua titik di tumbuhi berbagai jenis pohon yang befungsi untuk mengadsorpsi polutan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di Bandar udara. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pengukuran dan analisis terhadap Pencemaran Udara pada Kawasan Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar adalah sebagai berikut : 1) Kondisi kualitas udara di Kawasan Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar masih cukup baik dimana dari enam titik penelitian yang diamati dari delapan parameter kualitas udara ambien masih memenuhi baku mutu udara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 2) Nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) untuk kawasan Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar untuk parameter Sulfur Dioksida (SO2), Nitorgen Dioksida (NO2), Ozon (O3) dan Partikel (TSP) masih tergolong baik tergolong baik sedangkan untuk parameter Karbon Monoksida (CO) pada titik 1 dan titik 4 tergolong dalam kategori tidak sehat sedangkan pada titik yang lainnya tergolong kategori sangat tidak sehat dapat disebabkan oleh berbagai aktivitas yang terjadi di tiap titik yang diamati misalnya runway yang setiap saat dilintasi pesawat sebelum mendarat dan apron tempat parkir dan menaikkan/menurunkan penumpang. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat membandingkan hasil pengukuran udara ambien secara manual di laboratorium dan secara otomatis. 2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti menghitung jumlah pesawat yang melintas disetiap titik penelitian. 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat membandingkan hasil pengukuran udara ambien pada malam hari dan disiang hari. DAFTAR PUSTAKA Adji, Sakti. 2012. Penerbangan Dan Bandar Udara. Graha Ilmu. Makassar Ardiyanto, D. 2005. Deteksi pencemaran timah hitam (Pb) dalam darah masyarakat yang terpapar timbal (plumbun). Jurnal kesehatan lingkungan vol.2 no.1 : 67 76 BPS. Lalu lintas penerbangan dalam negeri indonesia tahun 2009-2013. Dinas Perhubungan Kota Makassar, 2014. Data Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Makassar. Pemerintah Kota Makassar. Makassar Fardiaz. 1992. Polusi air dan udara. Kanisius, yogyakarta. Federal Aviation Administration Office of Enviroment And Energy. Aviation & Emissions A Primer. 2005 Indah, Fitriana. 2014. Analisis Tingkat Pencemaran udara Pada Kawasan Permukiman Kota Makassar. Skripsi. Makassar. Universitas Hasanuddin. Keputusan Badan Pengendalian Lingkungan Dampak Lingkungan No KEP- 107/Kabapedal/11/1997 McVoy, G.R & Cohn, L.F. 1982. Enviromental Analysis of Transportation systems, John Wiley & Sons, Inc Ombasta, Osha. 2012. Pengaruh Siklus Landing Take Off (LTO) Pesawat di Bandar Udara Terhadap Fluktuasi Kadar NOx Pada Udara Ambien Studi Kasus Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta di Jsakarta. Skripsi. Depok Universitas Indonesia Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran 6
Udara. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan Rao,G. Venkatappa. 1992. Airport Enggineering. New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing Co. Ltd., Ryadi, 1992. Pencemaran udara. Usaha nasional. Surabaya. Sastriwijaya, T. 1996. Pencemaran lingkungan. Rineka cipta, surabaya. Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran udara. ITB. Bandung. Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. PT. Grasindo. Jakarta Supardi, I, 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestarianya. Kanisius, Yogyakrta Wardhana, W.A,. 2004. Dampak pencemaran lingkungan. Edisi revisi, andi. Yogyakarta. Nurul, Yasti. 2015. Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Terminal Malengkeri di Kota Makassar. Skripsi. Makassar. Universitas Hasanuddin. 7