Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG dan GUBERNUR LAMPUNG MEMUTUSKAN:

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGUMPULAN SUMBANGAN OLEH MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGUMPULAN SUMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PELAKSANAAN PENGUMPULAN SUMBANGAN (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 Tanggal 28 Agustus 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

PENGUMPULAN UANG ATAU BARANG (P U B ) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENGUMPULAN UANG DAN BARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT MISKIN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN DI KABUPATEN MADIUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUMBAWA BARAT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 10 TAHUN 1996 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 8 Tahun 2003 TENTANG : RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LEMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELARANGAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 10 Tahun 2000 T E N T A N G USAHA RUMAH MAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2010 Seri : E

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN WARUNG INTERNET

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 21 TAHUN 2000 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 3

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA DAN PEREDARAN OBAT HEWAN DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN BUKTI KEPEMILIKAN TERNAK DALAM KABUPATEN BULUKUMBA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

WALIKOTAA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUANN IZIN GANGGUAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGUMPULAN SUMBANGAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa hasil sumbangan baik dalam bentuk uang atau barang merupakan salah satu unsur penunjang dalam pembiayaan usaha kesejahteraan sosial yang dilandasi oleh jiwa kegotongroyongan sebagai wujud dari rasa kepedulian sosial, kesetiakawanan sosial, dan tanggungjawab sosial masyarakat perlu dipupuk, dibina, ditingkatkan dan dikembangkan secara tertib, terarah dan bertanggung jawab; b. bahwa untuk mencegah penyalahgunaan dalam usaha pengumpulan dan penggunaan sumbangan sosial di masyarakat yang mengatasnamakan lembaga kesejahteraan sosial tertentu untuk kepentingan pribadi, kelompok atau golongan, perlu adanya penertiban pengaturan mengenai pengumpulan dan penggunaannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengumpulan Sumbangan di Provinsi Lampung; : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 214, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2273); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2688); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Umdamg-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

- 2 - Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3175); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

- 3-16. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 18. Keputusan Menteri Sosial Nomor 1/HUK/1995 tentang Pengumpulan Sumbangan Untuk Korban Bencana; 19. Keputusan Menteri Sosial Nomor 56/HUK/1996 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan oleh Masyarakat; 20. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2007 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 315); 21. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Provinsi Lampung (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 343) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 389); 22. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 355); 23. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi Lampung (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 356); 24. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 365); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG dan GUBERNUR LAMPUNG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGUMPULAN SUMBANGAN DI PROVINSI LAMPUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

- 4-1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Lampung. 2. Gubernur adalah Gubernur Lampung. 3. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. 4. Sumbangan adalah sebuah pemberian pada umumnya bersifat secara fisik oleh perorangan atau badan hukum, pemberian ini mempunyai sifat sukarela dengan tanpa adanya imbalan bersifat keuntungan. 5. Pengumpulan sumbangan adalah setiap usaha mendapatkan sumbangan uang atau barang untuk pembangunan bidang kesejahteraan sosial. 6. Lembaga Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan kegiatan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 7. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan persekutuan, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 8. Kepanitiaan adalah sekelompok orang yang ditunjuk/dipilih untuk mengurus hal-hal yang terkait dengan tugas pengumpulan sumbangan, bersifat sementara dan berakhir jika tugas pengumpulan sumbangan selesai. 9. Tim Pemantauan, Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Dana Sosial Melalui Pengumpulan Sumbangan adalah Tim yang dibentuk dengan Keputusan Gubernur dalam rangka untuk meneliti pelaksanaan penyelenggaraan pengumpulan uang atau barang (sumbangan) baik yang berizin atau belum, melakukan sosialisasi dan pembinaan. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Usaha pengumpulan sumbangan berdasarkan asas: a. sukarela; b. manfaat; c. transparan dan dapat dipertanggung jawabkan. Pasal 3 Tujuan pengumpulan sumbangan adalah untuk: a. menunjang bidang sosial, yang meliputi: 1. Sosial; 2. Pendidikan; 3. Kesehatan; 4. Olahraga; 5. Agama/Kerohanian; 6. Kebudayaan; 7. Bidang Kesejahteraan sosial lainnya. b. membantu dalam penanggulangan bencana. BAB III USAHA PENGUMPULAN SUMBANGAN Pasal 4

- 5 - Pengumpulan sumbangan dilakukan oleh lembaga sosial dan kepanitiaan. Pasal 5 (1) Usaha pengumpulan sumbangan dilaksanakan berdasarkan sukarela, baik langsung maupun tidak langsung oleh badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial dan kepanitiaan. (2) Sumbangan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa pemberian sumbangan yang dilakukan secara langsung kepada pemohon sumbangan, baik melalui pengedaran daftar derma, penyebaran amplop di tempat-tempat umum, permintaan secara langsung kepada yang bersangkutan tertulis atau lisan. (3) Sumbangan tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa pemberian sumbangan yang dilakukan melalui media pertunjukan, bazaar, penjualan barang secara lelang, penjualan kartu undangan menghadiri pertunjukan, penjualan perangko amal, kotak-kotak sumbangan di tempattempat umum, penjualan barang atau jasa dengan harga atau pembayaran yang melebihi harga yang sebenarnya, pengiriman blangko pos wesel untuk meminta sumbangan atau dengan cara-cara lainnya. BAB IV BIAYA OPERASIONAL PENGUMPULAN SUMBANGAN Pasal 6 (1) Biaya operasional untuk usaha pengumpulan sumbangan dan penyalurannya berdasarkan kepatutan dan kewajaran, paling banyak 10% (sepuluh persen) dari hasil pengumpulan sumbangan. (2) Biaya operasional pengumpulan sumbangan untuk penanggulangan bencana dan penyalurannya tidak diperbolehkan menggunakan dana dari hasil kegiatan pengumpulan sumbangan. BAB V PERIZINAN Pasal 7 (1) Pengumpulan sumbangan oleh badan usaha, lembaga sosial dan kepanitiaan dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari Gubernur. (2) Pengumpulan sumbangan untuk penanggulangan bencana dapat dilaksanakan sebelum mendapat izin dengan ketentuan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak terjadinya bencana penyelenggara wajib mengajukan izin. (3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung setelah menperhatikan rekomendasi Dinas Sosial Provinsi Lampung, dengan dilengkapi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. (4) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung secara periodik melaporkan kegiatan dan jumlah dana pengumpulan sumbangan yang diajukan oleh pemohon kepada Gubernur dan dipublikasi kepada masyarakat. (5) Tata cara dan persyaratan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubernur.

- 6 - Pasal 8 Izin pengumpulan sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, apabila kegiatan penyelenggaraannya mencakup: a. seluruh wilayah Provinsi Lampung; dan/atau. b. lebih dari satu wilayah Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Lampung. Pasal 9 (1) Permohonan izin dilakukan secara tertulis kepada Gubernur dengan mencantumkan: a. nama dan alamat organisasi sosial pemohon; b. susunan pengurus; c. kegiatan sosial yang telah dilaksanakan; d. maksud dan tujuan pengumpulan sumbangan; e. waktu penyelenggaraan; f. luas wilayah penyelenggaraan; g. cara penyelenggraaan dan penyaluran; h. rencana jumlah dana yang akan dikumpulkan. (2) Pemegang izin wajib mengajukan permohonan perubahan izin kepada Gubernur apabila terjadi perubahan dalam penyelenggaraannya. Pasal 10 Usaha pengumpulan sumbangan dapat diselenggarakan tanpa izin dari Gubernur apabila digunakan: a. untuk melaksanakan kegiatan keagamaan; b. untuk amal peribadatan yang dilakukan khusus di tempat-tempat ibadah; c. untuk menjalankan hukum adat atau adat kebiasaan; dan d. dalam lingkungan suatu organisasi terhadap anggota-anggotanya. Pasal 11 (1) Pengumpulan sumbangan dapat dilakukan secara insidentil maupun secara berkesinambungan. (2) Pengumpulan sumbangan secara insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan izin untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan diperpanjang untuk jangka waktu 1 (satu) bulan berikutnya. (3) Izin pengumpulan sumbangan yang dilakukan secara berkesinambungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. BAB VI KEWAJIBAN PENERIMA IZIN Pasal 12 (1) Menyampaikan laporan kegiatan pengumpulan sumbangan kepada Gubernur.

- 7 - (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. pelaksanaan usaha pengumpulan sumbangan; b. jumlah sumbangan yang diperoleh; dan c. penggunaan sumbangan yang diperoleh. BAB VII PENERTIBAN Pasal 13 (1) Pejabat pemberi izin berkewajiban untuk melakukan usaha penertiban terhadap kegiatan penyelenggaraan pengumpulan sumbangan di dalam batas-batas kewenangannya. (2) Usaha penertiban dilakukan oleh pejabat yang secara fungsional berwenang dalam bidang tersebut. (3) Usaha penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi tindakan preventif dan represif. (4) Untuk melaksanakan tindakan represif terhadap pelanggaran izin kegiatan pengumpulan sumbangan berkoordinasi dengan lembaga yang berwenang. BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 14 (1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berperan aktif dalam proses pelaksanaan dan pengawasan izin pengumpulan sumbangan. (2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. penyampaian informasi dan/atau laporan mengenai pelanggaran penyelenggaraan sumbangan sosial; dan b. pemberian saran, pendapat, usul dan keberatan mengenai pelaksanaan penyelenggaraan sumbangan sosial. (3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disampaikan baik secara tertulis ataupun lisan kepada pejabat yang berwenang. Pasal 15 (1) Penyampaian informasi dan/atau laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf a disampaikan secara bertanggungjawab dan harus disertai data yang jelas, sekurang-kurangnya mengenai: a. nama dan alamat pemberi informasi dengan melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk; b. informasi mengenai fakta dan tempat kejadian; dan c. dokumen atau keterangan lain yang dapat dijadikan alat bukti. (2) Dalam penyampaian informasi dan/atau laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat berhak untuk memperoleh perlindungan hukum dari pejabat yang berwenang. Pasal 16

- 8 - Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan mentaati norma agama dan norma sosial yang berlaku umum. BAB IX PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 17 (1) Gubernur melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan pengumpulan sumbangan di Provinsi Lampung. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penyuluhan pelaksanaan pengumpulan sumbangan kepada lembaga sosial dan kepanitian; dan b. pemberian konsultasi dan bimbingan pelaksanaan pengumpulan sumbangan kepada lembaga sosial dan kepanitian. (3) Pengawasan dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penelitian dan evaluasi terhadap lembaga sosial dan kepanitiaan dalam melaksanakan pengumpulan sumbangan; b. melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan pengumpulan sumbangan yang dilaksanakan oleh lembaga sosial dan kepanitian; dan c. melakukan koordinasi dengan pihak terkait terhadap penyimpangan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan sumbangan. (4) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur membentuk Tim Pemantauan, Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Dana Sosial Melalui Pengumpulan Sumbangan. (5) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur selambat-iambatnya 6 (enam) bulan setelah Peraturan Daerah ini ditetapkan. Pasal 18 (1) Dalam melaksanakan pengawasan terhadap laporan upaya pengumpulan sumbangan, Pemerintah Provinsi dapat meminta laporan tentang hasil pengumpulan sumbangan agar dilakukan audit. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Provinsi sesuai kewenangannya serta masyarakat dapat meminta agar dilakukan audit. BAB X SANKSI ADMINISTRASI Pasal 19 (1) Pelanggaran terhadap Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 ayat (1) dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. pencabutan izin; b. penyitaan sarana penunjang sumbangan; dan c. tidak diberikan izin kembali.

- 9 - (3) Tata cara pelaksanaan pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. BAB XI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di Lingkungan Pemerintah Provinsi yang diberikan wewenang khusus oleh Undang-Undang berhak melakukan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah; b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian; c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dalam Wilayah Hukum di tempat PPNS tersebut ditempatkan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 21 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,00,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22

- 10 - Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Lampung. Ditetapkan di Telukbetung pada tanggal 23 september 2013 GUBERNUR LAMPUNG, dto.- Diundangkan di Telukbetung pada tanggal 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI LAMPUNG, SJACHROEDIN Z.P. dto.- Ir. BERLIAN TH, MM. Pembina Utama Madya NIP. 19601119 198803 1 003 LEMBARAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 NOMOR..

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGUMPULAN SUMBANGAN DI PROVINSI LAMPUNG I. UMUM Bahwa usaha pengumpulan sumbangan, yaitu pengumpulan uang atau barang untuk keperluan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 214, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2273), adalah salah satu kegiatan kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh, dari dan untuk masyarakat dengan berlandaskan semangat kegotongroyongan, yang mempunyai tujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan taraf kesejahteraan sosial. Permasalahan kesejahteraan sosial tidak akan dapat diatasi secara parsial yakni hanya ditangani oleh Pemerintah saja (apalagi oleh satu instansi) tanpa melibatkan peran serta dan seluruh sumber daya yang ada didalam lapisan masyarakat tersebut, oleh karena itu ada semacam semangat baru yang tumbuh dan menjadi arahan pemikiran di kalangan Pemerintah saat ini, bahwa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan bagi penduduk secara lebih merata dan lebih nyata maka ke depan peran serta (partisipasi) masyarakat di tingkat lokal akan lebih dikedepankan lagi di dalam usaha mewujudkan kesejahteraan sosial ini. Di sisi lain, realitas dalam masyarakat di Provinsi Lampung menunjukkan bahwa masih ada saja kelompok masyarakat atau individu yang memanfaatkan sifat kedermawanan sosial dan potensi kesetiakawanan sosial serta sifat-sifat altruisme/karakteristik warga masyarakat tersebut, untuk disalahgunakan. Masih ada segelintir orang yang ingin meraih keuntungan dengan cara mengumpulkan barang atau uang tanpa izin yang sah dari pihak berwenang, yang tujuannya jelas untuk memperkaya diri sendiri atau kepentingan pribadi. Cara Pengumpulan Sumbangan seperti ini sangatlah beragam dan dengan cara-cara yang amat bervariasi. Agar usaha pengumpulan sumbangan dapat bermanfaat terarah dan berkembang maka Pemerintah berkewajiban untuk: a. mengatur semua potensi yang tersedia dalam masyarakat, hak dan kewajiban bagi setiap individu maupun kelompok masyarakat serta sanksi bagi mereka yang jelas terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam melakukan Pengumpulan Sumbangan, sehingga perolehan sumbangan benar-benar dapat bermanfaat dan dimanfaatkan bagi kepentingan usahausaha kesejahteraan sosial menurut ketentuan yang harus diatur di dalam sebuah Peraturan Daerah tentang "Pengumpulan Sumbangan", terutama yang bersumber dari masyarakat luas; b. melindungi kepentingan seluruh lapisan masyarakat di daerah dari segala bentuk benturan kepentingan serta segala bentuk penyimpangan peraturan dan nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang telah berkembang secara turun temurun dalam masyarakat; dan c. melakukan usaha penertiban, pengamanan dan pengawasan agar kegiatan kesejahteraan sosial tersebut dapat diselenggarakan dengan tertib, tanpa menimbulkan gangguan dan kegelisahan, serta memperlancar pelaksanaan operasi tertib.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan asas sukarela adalah sumbangan yang diberikan tanpa paksaan, seperti misalnya dengan cara tidak mempengaruhi, tidak menekan, tidak memberikan janji bohong dan sebagainya. Huruf b Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah memberikan manfaat kepada seluruh tata kehidupan masyarakat, mencakup aspek-aspek pendidikan, kejasmanian, agama/kerohanian, kebudayaan dan kegiatan kesejahteraan sosial lainnya. Huruf c Yang dimaksud dengan asas transparan dan dapat dipertanggungjawabkan adalah hasil pengumpulan sumbangan yang diperoleh dari masyarakat benar-benar dipergunakan sebagaimana dimaksud dalam surat permohonan izinnya dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Pasal 3 Huruf a Angka 1 Yang dimaksud dengan bidang sosial" adalah bentuk pengumpulan sumbangan yang dipergunakan untuk menunjang peningkatan sosial. Angka 2 Pelaksanaan sumbangan kesejahteraan sosial bidang pendidikan dimaksudkan sebagai bentuk pengumpulan sumbangan untuk menunjang peningkatan pendidikan. Angka 3 Pelaksanaan sumbangan kesejahteraan sosial bidang kesehatan dimaksudkan sebagai bentuk pengumpulan sumbangan yang dipergunakan untuk menunjang peningkatan derajat kesehatan Angka 4 Pelaksanaan sumbangan kesejahteraan sosial bidang Olahraga dimaksudkan sebagai bentuk pengumpulan sumbangan yang dipergunakan untuk menunjang peningkatan keolahragaan. Angka 5 Pelaksanaan sumbangan kesejahteraan sosial bidang keagamaan/kerohanian dimaksudkan sebagai bentuk pengumpulan sumbangan yang dipergunakan untuk meningkatkan pembinaan mental kerohanian. Angka 6 Pelaksanaan sumbangan kesejahteraan sosial bidang kebudayaan dimaksudkan sebagai bentuk pengumpulan sumbangan yang dipergunakan untuk melestarikan nilai-nilai adat dan budaya yang hidup di masyarakat.

- 3 - Angka 7 Yang dimaksud dengan bidang kesejahteraan sosial lainnya" adalah bentuk pengumpulan sumbangan yang dipergunakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial. Huruf b Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan "pengumpulan sumbangan dengan cara-cara lainnya" misalnya pengumpulan sumbangan dengan cara SMS, email, telepon, media cetak, elektronik dan lain-lain. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan " waktu penyelenggaraan" meliputi cara, batas waktu dan batas wilayah pengumpulan sumbangan. Huruf e Huruf f Huruf g Yang dimaksud dengan "penyaluran" meliputi cara, batas waktu dan wilayah penyaluran sumbangan. Huruf h Ayat (2) Yang dimaksud dengan "perubahan" adalah terhadap perubahan maksud tujuan, penyelenggaraan dan penyaluran.

- 4 - Pasal 10 Huruf a Yang dimaksud dengan "untuk melaksanakan kegiatan keagamaan" adalah pengumpulan sumbangan dalam bentuk Zakat Maal/Zakat fitrah bagi pemeluk agama Islam, pembayaran persepuluhan bagi pemeluk agama Kristen, Funia/Yadnya bagi pemeluk agama Hindu, dan Paramita bagi pemeluk agama Budha yang pelaksanaannya telah diatur oleh agama masing masing. Huruf b Yang dimaksud dengan "untuk amal peribadatan yang dilakukan khusus di tempat-tempat ibadah" adalah pengumpulan sumbangan melalui kotak-kotak amal di dalam masjid, gereja, pura, klenteng dan tempat peribadatan lainnya yang pelaksanaannya terbatas dalam lingkungan jema'ah di tempat peribadatan tersebut. Huruf c Yang dimaksud dengan "untuk menjalankan hukum adat dan adat kebiasaan" adalah pengumpulan sumbangan dalam bentuk gotong royong untuk kegiatan sosial seperti kematian, hajatan, bakti sosial dan ketika timbul wabah, yang pelaksanaannya diatur oleh adat kebiasaan masyarakat setempat dalam Iingkungan terbatas dan dikoordinasikan kepada kepala kampung atau kepala desa setempat. Huruf d Yang dimaksud dengan "dalam lingkungan suatu organisasi terhadap anggota-anggotanya" adalah pengumpulan sumbangan dalam lingkungan kelompok kegiatan tertentu yang anggotanya terikat oleh aturan kelompok tersebut, seperti suatu perkumpulan sosial atau keagamaan terhadap anggota-anggotanya, suatu rapat pertemuan terhadap para hadirin, suatu kantor terhadap karyawannya, suatu sekolah terhadap murid-muridnya, suatu kampung/desa terhadap warganya. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan "tindakan preventif' adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dalam pengumpulan dan penggunaan sumbangan. Kegiatan tersebut dapat meliputi sosialisasi, pembinaan dan konsultasi pengumpulan sumbangan. Yang dimaksud dengan "tindakan represif' adalah kegiatan penindakan/pemberian sanksi administrasi sampai pada sanksi pidana apabila terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan pengumpulan dan penggunaan sumbangan. Ayat (4)

- 5 - Pasal 14 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud "pejabat yang berwenang" adalah pejabat di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Lampung dan/atau Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Lampung. Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 NOMOR..