BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia mencapai 647 per 100.000 penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM. Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2013), PTM di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 berjumlah 1.212.167 kasus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta pada tahun 2012 2013 jumlah PTM mencapai 198.465 kasus. Hipertensi merupakan penyakit tidak menular, penyakit degeneratif ini banyak terjadi dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang. Hipertensi sering diberi gelar The Sillent Killer karena penyakit ini merupakan pembunuh tersembunyi. Penyakit tekanan darah atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan

jumlah penduduk yang meningkat. Pada tahun 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga di dunia terkena hipertensi (WHO, 2013). Persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang seperti Indonesia. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases (2010) dari WHO menyimpulkan bahwa 40% negara ekonomi berkembang memiliki jumlah penderita hipertensi, sedangkan negara maju 35%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%, sementara kawasan Amerika menempati posisi terakhir sebanyak 35%. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara 36% usia dewasa menderita penyakit hipertensi. Penyakit ini juga telah membunuh 1,2 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia. WHO mencatat ada satu miliar orang di dunia ini terkena hipertensi pada tahun 2011. Penyakit hipertensi di Indonesia masih cukup tinggi. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% dan cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai 36,8%, atau dengan kata lain sebagian besar hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis (63,2%), dari jumlah 60% yang belum terdiagnosis penderita hipertensi berakhir dengan stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah di atas nilai normal yaitu melebihi 140/90 mmhg. Riskesdas (2013), menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tubercolusis. Jumlah ini mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. 2

Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2013), prevalensi kasus hipertensi di Jawa tengah mengalami peningkatan dari 1,87% pada tahun 2007, meningkat menjadi 2,02% pada tahun 2008, dan 3,30% pada tahun 2009, berarti setiap 100 orang terdapat 3 orang yang menderita penyakit pada tahun 2009. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan angka kasus hipertensi dari 562.117 kasus menjadi 634.860 kasus, selain itu angka prevalensi untuk kasus penyakit lain seperti stroke juga cukup tinggi yaitu 0,03% untuk stroke hemorogik dan 0,09% untuk stroke non hemorogik. Begitu juga diabetes melitus yang mengalami kenaikan prevalensi pada tahun 2011 sebesar 0,08%. Menurut Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta (2014), jumlah kasus hipertensi dalam tiga tahun terakhir (2011-2013) di Surakarta mencapai 143.365. Peneliti melakukan survei pendahuluan dengan bertanya kepada petugas Dinas Kesehatan Surakarta, diperoleh informasi bahwa ada beberapa puskesmas yang memiliki jumlah penderita hipertensi cukup tinggi, yaitu Puskesmas Sibela sejumlah 4014 orang, Puskesmas Gajahan 3.421 orang dan Puskesmas Sangkrah 2.543 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa Puskesmas Sibela memiliki jumlah penderita hipertensi paling tinggi se-puskesmas Surakarta pada tahun 2014. Menurut Susilo dan Wulandari (2011), hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat mempengaruhi satu sama lain. Kondisi setiap orang berbeda-beda sehingga faktor penyebab hipertensi orang sangat berlainan. Adapun faktor-faktor penyebab hipertensi secara umum antara lain faktor genetik, 3

umur, jenis kelamin, stres, kegemukan (obesitas), perilaku merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein dan kurang olahraga. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi pada usia lanjut karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat risiko hipertensi, karena kejadian hipertensi makin meningkat dengan bertambahnya usia pada seseorang di usia lanjut. Hal ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon (Susilo dan Wulandari, 2011) Gaya hidup merupakan faktor risiko penting timbulnya hipertensi pada seseorang di usia dewasa muda. Meningkatnya hipertensi pada seseorang di usia dewasa muda dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat antara lain kebiasaan merokok, kurang olahraga, mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi dan stres (Nisa, 2012). Penelitian yang dilakukan Prabaningrum (2013), bahwa pola makan yang buruk berhubungan dengan tekanan darah (nilai p= 0,028<0,05. Nilai estimasi faktor risiko pola makan dengan kejadian hipertensi diperoleh OR sebesar 2,667 (95% CI=1,099 6,468) sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pola makan buruk berisiko sebesar 3 kali untuk mengalami hipertensi. Penelitian yang dilakukan Andria (2013), menyatakan bahwa pola makan tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dengan (nilai p= 0,054). Penelitian Lewa dkk (2010), menunjukkan hasil analisis bivariat antara variabel aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi menunjukkan hubungan 4

bermakna (OR =2,336: 95%CI:1,358-4,018; p=0,000). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang tidak melakukan aktivitas fisik akan meningkatkan risiko kejadian hipertensi sebesar 2,33 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak melakukan aktivitas fisik. Penelitian yang dilakukan Santoso (2013) yang mengungkapkan bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan dengan tekanan darah sistole dengan (nilai p=0,499) dan tekanan darah diastole (nilai p=0,12). Penelitian yang dilakukan Pradono (2010), yang menyatakan bahwa status ekonomi seseorang berhubungan terhadap kejadian hipertensi, orang yang memiliki status ekonomi yang rendah mempunyai faktor risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit hipertensi dengan nilai (p=0,001). Penelitian Indrawati dkk (2009), diperoleh hasil analisis dengan nilai OR sebesar 1,047 yang artinya tidak ada perbedaan risiko antara penduduk dengan status miskin dibanding sangat miskin terhadap kejadian hipertensi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekonomi bukan menjadi faktor risiko kejadian hipertensi pada penduduk miskin setelah dikontrol dengan jenis kelamin, umur, pendidikan, wilayah tinggal, makanan asin, minuman berkafein, dan bumbu penyedap. Berdasarkan uraian di atas penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di negara-negara maju. Di Indonesia sendiri penyakit hipertensi jumlahnya masih cukup tinggi dan masih menjadi masalah. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di Puskesmas Sibela Surakarta. 5

Adapun faktor yang ingin diteliti diantaranya pola makan, aktivitas fisik dan status ekonomi. B. Rumusan Masalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia dewasa muda di Puskesmas Sibela Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia dewasa muda di puskesmas Sibela Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pola makan, aktivitas fisik dan status ekonomi penderita hipertensi pada usia dewasa muda di Puskesmas Sibela Surakarta. b. Menganalisis hubungan pola makan dengan status tekanan darah pada usia dewasa muda di wilayah Puskesmas Sibela. c. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan status tekanan darah pada usia dewasa muda di wilayah Puskesmas Sibela. d. Menganalisis hubungan status ekonomi dengan status tekanan darah pada usia dewasa muda di wilayah Puskesmas Sibela. 6

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi tambahan dalam usaha mengurangi dan mencegah kasus hipertensi di Kota Surakarta. 2. Bagi Puskesmas Sibela Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab status tekanan darah pada penderita hipertensi yang ada di Puskesmas Sibela Surakarta. 3. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada usia muda di wilayah Puskesmas Sibela Surakarta. 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peneliti lain untuk meneliti tentang hipertensi secara lebih mendalam. 7