BAB 2 LANDASAN TEORI. sering digunakan yaitu katub bola, katub pintu, dan katub searah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERHITUNGAN REACTION FORCE PADA DISCHARGE POINT DARI SAFETY VALVE SISTEM PERPIPAAN REAKTOR NUKLIR

BAB II LANDASAN TEORI

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

SISTEM PEMELIHARAAN DAN CARA PENGATURAN SAFETY VALVE (KATUB PENGAMAN TEKANAN) PADA PERALATAN DI PABRIK MINI PTKI MEDAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Material : Stainless Steel AISI 304; Besi karbon yang dicat (penutup depan & belakang)

"CAP COMBI 2600 CL" (10,000 L tangki lumpur L air, total 15,250 L)

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas


BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB II LANDASAN TEORI

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

ANALISIS PERHITUNGAN REACTION FORCE PADA DISCHARGE POINT DARI SAFETY VALVE SISTEM PERPIPAAN REAKTOR NUKLIR

Pneumatik Bab B4 1. Bab 4 Katup katup

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo

SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan)

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB III PERBAIKAN ALAT

Construction


BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

TEKNIK PENGECORAN Halaman 1 dari 6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

1. EMISI GAS BUANG EURO2

Pada banyak kasus pekerjaan dilakukan pada pipa atau alat yang salah. Contoh:

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota

BAB II LANDASAN TEORI

Mesin Diesel. Mesin Diesel

BAB II STUDI LITERATUR

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

Session 11 Steam Turbine Protection

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros)

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

APA YANG SALAH? Kasus Sejarah Malapetaka Pabrik Proses EDISI KEEMPAT

Melalui sedikit kelebihan gas dalam api dapat dicegah terjadinya suatu penyerapan arang (jika memang dikehendaki) dicapai sedikit penambahan

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB III TINJAUN PUSTAKA

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10

BAB III 2.1. Prosedur sebelum dan sesudah melakukan "overhaul" Mesin Induk di kapal, ialah: Sebelum overhaul:

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

Session 7 STEAM CHESTS AND VALVES

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Katub Salah satu komponen yang sangat penting dalam sistem perpipaan adalah katub, sebab katub yang mengatur laju aliran fluida. Ada beberapa jenis katub yang sering digunakan yaitu katub bola, katub pintu, dan katub searah. 2.1.1 Katub Bola (Globe Valve) Katub Bola (globe valve) seperti terlihat pada Gambar 2.1, digunakan untuk membuka, menutup, dan dapat mengatur aliran. Aliran yang mengalir adalah aliran turbulen. Gambar 2.1. Katub Bola (Globe Valve)

2.1.2 Katub Pintu (Gate Valve) Katub Pintu (gate valve) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2, katub ini sering digunakan untuk membuka dan menutup aliran sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Aliran yang mengalir adalah aliran laminer. Gambar 2.2. Katub Pintu (Gate Valve) 2.1.3 Katub Searah (Check Valve) Katub Searah (check valve) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3, katub ini digunakan untuk mencegah aliran balik atau dengan kata lain digunakan hanya untuk aliran satu arah. Gambar 2.3. Katub Searah (Check Valve)

Katub Pintu (gate valve) dan Katub Bola (globe valve) dioperasikan secara manual dengan memutar bagian roda tangan (handwhell). Ada tiga variasi penutupan katub yang bekerja dengan cara mengayunkan tuas (handle) dengan cepat, yaitu : a. Katub kupu kupu (butterfly valve), dipakai untuk air b. Katub bulat (Ball valve), dipakai untuk gas dan air c. Plug valve, dipakai untuk minyak dan pelumas kental. 2.2 Bahan dan Material Katub Suatu hal yang penting dalam pemakaian katub adalah pemilihan material katub yang sesuai dengan perencanaan, seperti terlihat pada Gambar 2.4. Bahan bahan yang dipakai untuk pembuatan katub adalah : 1. Kuningan (brass), katub dengan bahan ini digunakan untuk temperature dibawah 450 F, bila temperaturnya lebih dari 550 F maka digunakan material perunggu (bronze) yang biasanya mempunyai diameter minimum 3 inchi dan tekanannya dapat lebih besar dari 330 Psi. 2. Besi (Iron), macam macamnya adalah mulai dari cast iron yang biasanya digunakan untuk katub kecil sampai kepada high strength metal alloy cast yang digunakan untuk katub besar. Cast iron tidak boleh digunakan pada temperatur lebih besar dari 450 F. 3. Baja (steel), material ini dapat dipakai untuk katub yang memerlukan tekanan dan temperatur tinggi.

4. Stainless Steel, material ini dipakai untuk katub yang memerlukan temperatur rendah dan aliran korosif. Gambar 2.4 Elemen elemen dari Safety Valve

NAMA BAGIAN Ulir sumbat Gasket ulir sumbat Batang Ulir kompresi Plug bonnet Mur penguat Gasket sumbat Tapak-tapak per Badan baut-baut Mur baut Gasket bonnet Badan gasket Penuntun Pemegang di dalam Gasket ring sirip Sirip ring Pemegang piringan Pengembali piringan Piringan Ring penyetel Nozel Per (catatan 1) Per (catatan 2) Tutup, ulir Bonnet (catatan 3) Bonnet (catatan 4) Badan (catatan 3) Badan (catatan 4) MATERIAL AISI 416 baja tahan karat Besi lunak bergelombang AISI 416 baja tahan karat AISI 416 baja tahan karat Baja karbon AISI 416 baja tahan karat Besi lunak bergelombang AISI C-1117 baja karbon ASTM A-193 Gr. B7, baja campur ASTM A-194 Gr. 2H, baja campur Besi lunak bergelombang Besi lunak bergelombang ASTM A-315 Gr. CF8, baja tahan karat AISI 416 baja tahan karat, hardening Besi lunak bergelombang AISI 416 baja tahan karat ASTM A-351 Gr. CF8, baja karbon AISI 302 Baja tahan karat 17-4PH, Baja tahan karat, hardening AISI 302 Baja tahan karat ASTM A-351 Gr. CF8, Baja tahan karat Baja karbon Baja tungsten (8.75-9,75) ASTM A-216, Gr WCB, Baja karbon ASTM A-216, GR WCB, Baja karbon ASTM A-217, GR WCB, Baja campur ASTM A-216, GR WCB, Baja karbon ASTM A-217, WC6, Baja campur ASTM A-194 Gr. 2H baja campur Keterangan Gambar 2.4 Elemen-elemen dari safety valve dan bahan material 2.3 Katub Pengaman (Safety valve dan Relief valve) Adapun kegunaan dari kedua katub ini adalah untuk mengamankan tekanan yang berlebih terhadap air, uap ataupun udara. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 (a) dan 2.5 (b). Katub ini merupakan kelengkapan rangkaian perpipaan yang mempunyai peranan penting untuk menjaga dan mengamankan suatu peralatan maupun rangkaian perpipaan pada waktu beroperasi. Kedua katub ini digunakan untuk melepaskan (release) tekanan (pressure) pada suatu sistem agar tidak

membahayakan alat (equipment), personel yang sedang bekerja, dan untuk kepentingan proses itu sendiri. Safety valve dan Relieve valve dapat bekerja apabila terjadi tekanan yang berlebih dalam suatu aliran, dengan sendirinya secara otomatis safety valve akan membuang tekanan yang berlebih tersebut. Katub Pengaman (safety valve) digunakan untuk fluida gas sedangkan relieve valve digunakan untuk fluida cair. Safety valve dan relieve valve juga digunakan sebagai pengaman mesin fluida, dimana katub pengaman (safety valve) melindungi mesin fluida tersebut dari tekanan yang tidak stabil akibat adanya tekanan yang berlebih pada jalur perpipaan yang terpasang, diantaranya melindungi pompa, instrument serta peralatan yang berada dalam satu rangkaian. Antara kedua valve ini terdapat penggunaan istilah yang seringkali tertukar satu sama lain. Kadang Relieve valve dianggap Safety valve dan kadang juga Safety valve dianggap Relieve valve. Namun, sebenarnya perbedaan mendasarnya adalah cara kerjanya itu sendiri, Relieve valve akan membuka perlahanlahan apabila terjadi kelebihan (excess) pressure dan akan menutup kembali apabila pressure telah kembali normal. Relieve valve lebih cocok diaplikasikan ke fluida liquid. Sedang Safety valve, akan membuka secara sangat cepat langsung 60% opening apabila terjadi excess pressure. Dan akan menutup kembali hanya apabila pressure telah berada dibawah pressure normal (set point).

(a) (b) Gambar 2.5. (a) Safety valve, (b) Relieve valve 2.4 Jenis Jenis Katub Pengaman Tekanan (safety valve) dan (Relief Valve) Relieve Valve adalah anggota dari dari kelompok Pressure Relief Devices Pressure Relief Devices merupakan peralatan mekanis yang berfungsi melindungi peralatan pabrik dari tekanan berlebih (overpressure). Pressure relief devices dirancang untuk membuka pada saat kondisi darurat atau keadaan abnormal untuk mencegah meningkatnya tekanan fluida melebihi batas yang ditetapkan. Peralatan ini juga dirancang untuk mencegah terjadinya kondisi vakum yang berlebihan dalam suatu peralatan proses. Tujuan pemasangan Pressure relief devices tidak hanya untuk keamanan dan keselamatan kerja namun juga untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan, mencegah kehilangan bahan baku atau produk, mengurangi jumlah down time, dan sebagainya.

Beberapa jenis dan definisi penting tentang katub pengaman tekanan yang dipakai dalam standar industri pabrik yang berkaitan dengan pressure relieve device yaitu sebagai berikut: a. Relief Valve atau Pressure Relief Valve (PRV), adalah suatu alat otomatik pembuang tekanan yang digerakan olah static pressure upstream dari valve dan yang membuka proposonil terhadap kenaikan tekanan diatas tekanan bukaan. Relief valve digunakan terutama pada fluida cair seperti air atau minyak. Kapasitas Relief Valves biasanya pada 10 atau 25 persen dari nilai overpressure tergantung pada aplikasinya. b. Safety Valve atau Pressure Safety Valve (PSV), adalah suatu alat otomatik pembuang tekanan yang digerakkan oleh static pressure upstream dari valve dengan ciri membuka penuh atau poping. Safety valve digunakan terutama pada fluida gas atau uap. c. Safety Relief Valve (SRV), adalah suatu alat otomatik pembuang tekanan yang cocok untuk dipergunakan baik sebagai safety valve maupun sebagai relief valve tergantung pada penggunaannya. Walaupun API Recommended Practice telah membuat definisi tersebut di atas, namun banyak perusahaan minyak dan gas bumi yang mencampuradukkan istilah tersebut di atas dan hanya memakai istilah relief valve saja.

2.5 JENIS-JENIS RELIEF VALVE Terdapat banyak jenis relief valve atau yang tersedia untuk memenuhi aplikasi di berbagai industri yang berbeda. Meskipun beberapa standar baik nasional maupun internasional memberikan klasifikasi relief valve yang berbeda-beda, secara umum relief valve terbagi atas : 1. Spring-Loaded Pressure Relief Valves (relief valves dengan spring/spiral tekan) a. Non-Balanced (Conventional) Pressure Relief Valve b. Balanced Pressure Relief Valve 2. Special Pressure Relief Valve a. Pilot-Operated Valve b. Rupture Disk 2.5.1 Spring-Loaded Pressure Relief Valves Elemen dasar dari spring-loaded pressure relief valve meliputi inlet nozzle yang terhubung ke vessel yang akan diproteksi, disk (cakram) yang dapat bergerak yang mengontrol aliran fluida melalui nozzle, serta spring (spiral) yang mengontrol posisi dari cakram. Prinsip kerja dari relief valve tipe ini adalah tekanan inlet diarahkan langsung ke valve berlawanan arah dengan gaya spiral. Tegangan spiral diset untuk menjaga agar valve menutup pada tekanan normal. Pada set pressure, gaya pada cakram akan diimbangi dan cakram mulai terangkat dan terangkat secara penuh pada saat tekanan vessel meningkat di atas set pressure-nya.

Spring-loaded PRV diklasifikasikan atas non-balanced (conventional) PRV dan balanced PRV : a) Non-Balanced (Conventional) Pressure Relief Valve Tipe ini banyak digunakan dalam Refinery Process Equipment yang memerlukan proteksi terhadap overpressure. Conventional PRV digunakan ketika outletnya menuju sebuah pipa pendek yang dibuang ke atmosfir atau sistem perpipaan bertekanan rendah (low-pressure manifold) yang membawa fluida buangan dari satu atau lebih PRV ke sebuah lokasi pembuangan utama. Biasanya tekanan spiral berada di antara tekanan yang diset (set pressure) dan tekanan atmosfir. Gambar 2.6 memperlihatkan tipikal Non-Balanced (Conventional) Type Relief Valve. Gambar 2.6 Tipikal Konvensional Relief Valve

Keterangan Gambar 2.6 Tipikal Conventional Relief Valve PRV tipe konvensional mempunyai beberapa kelemahan yaitu : a. Tekanan balik (Back pressure) pada outlet yang berfluktuasi akan mempengaruhi tekanan dimana valve mulai membuka sehingga valve akan menutup bila tekanan balik terlalu tinggi karena tidak seimbangnya tekanan pada valve atau harmonic resonance. Valve akan mulai memperlihatkan flutter atau chatter. Flutter adalah karena tidak normalnya gerak putar yang cepat (abnormal rapid reciprocating motion) dari bagian yang bergerak dalam PRV dimana cakram tidak ada kontak dengan seatnya. Chatter adalah gerakan yang menyebabkan cakram kontak dengan seatnya dan merusak valve-nya serta perpipaan terdekat. Untuk itu nilai tekanan balik yang bisa membesar harus

diperhitungkan untuk setiap kondisi overpressure yang digunakan. PRV Konvensional sebaiknya tidak digunakan bila tekanan balik lebih dari 10 persen dari set pressure. Tekanan balik yang lebih besar dapat diperhitungkan bila overpressure-nya lebih dari 10%. Tekanan balik memiliki pengaruh yang berbeda tegantung pada desain dari bonnet pada valve. b. Back pressure yang tinggi akan mengakibatkan kapasitas relieving dari relief valve akan berkurang. c. Untuk jenis fluida yang bersifat korosif atau menyebabkan fouling maka endapan yang terjadi akan menempel pada disk guide yang akan mengakibatkan valve tidak dapat membuka atau macet sehingga memerlukan inspekasi yang lebih sering. b) Balanced Pressure Relief Valve Balanced Pressure Relief Valve (Balanced PRV) didesain untuk mengurangi efek dari teklanan balik pada set pressure valve-nya dan meminimalkan efek dari tekanan balik yang membesar dari karakteristik pada saat membuka atau menutup, mengangkat (spring), dan kapasitas buangnya. Balanced PRV digunakan bila kenaikkan tekanan (tekanan balik diakibatkan oleh aliran yang melalui downstream dari piping setelah relief valve) terlalu tinggi untuk PRV tipe konvensional atau bila tekanan balik bervariasi dari waktu ke waktu. Balanced PRV dapat digunakan bila

tekanan balik tidak melebihi 50% dari set pressure. Ada 2 tipe balanced PRV yaitu tipe yang memakai piston dan tipe yang memakai bellows. Untuk tipe piston, rumah dari piston dibuat ventilasi sehingga tekanan balik dari muka yang berlawanan arah dengan disk valve tidak ada. Gas yang diventilasi dari bonnets pada piston ini harus dibuang secara aman dengan restriksi yang minimum. Untuk tipe bellows, pengaturan posisi bellows dari valve mencegah tekanan balik bereaksi pada sisi atas dari cakram pada area efektif bellows-nya. Area cakram yang berada dibelakang bellows pada arah yang berlawanan dengan area nozzle seat akan menahan efek dari tekanan balik pada cakram sehingga tidak ada tekanan yang tidak seimbang pada fluktuasi tekanan di downstream valve. Bellows mengisolasi disk guide, spring, dan bagian atas lainnya dari fluida yang mengalir. Fitur ini mungkin penting bila fluida yang mengalir bersifat korosif atau akan merusak PRV. Pada beberapa ukuran dan desain tertentu, bellows tidak tersedia, karena terbatasnya ukuran fisik dari bellows yang dapat didesain serta dibuat pada valve. Jika balanced bellows tidak tersedia maka unbalanced bellows dapat dispesifikasi bila isolasi terhadap korosi lebih diutamakan. Balanced PRV membuat kemungkinan lebih besar tekanan yang dapat dibuang pada perpipaan. Kedua jenis balanced PRV harus mempunyai ventilasi bonnet yang cukup besar untuk memastikan tidak adanya tekanan balik yang dapat terjadi pada aliran normal.

Jika valve dilokasikan dengan ventilasi ke atmosfir (dengan jumlah yang tidak terlampau besar) yang dapat membuat adanya racun, vent harus dipipakan ke dalam lokasi yang aman dengan sistem dicharge independen. Gambar 2.7 memperlihatkan tipikal Balanced-Bellow PRV. Gambar 2.7 Tipikal Balanced-Bellow PRV

Keterangan Gambar 2.7 Tipikal Balanced-Bellow PRV 2.5.2 Special Pressure Relief Valve Konvensional dan balanced PRV kurang cocok untuk beberapa pemakaian tertentu misalnya : a. Vessel yang dihadapkan pada internal explosion maka safety valve tidak dapat memberikan proteksi yang cukup. b. Vessel dengan relief valve di set pada tekanan kurang dari 10 psig maka safety valve tidak reliable. c. Equipment yang memerlukan proteksi terhadap thermal expansion dapat menggunakan peralatan pelindung yang lebih sederhana.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka special PRV diperlukan Beberapa tipe special PRV, antara lain sebagai berikut : 1) Pilot-operated Pressure Relief Valve Tipe ini banyak digunakan dalam Refinery Process Equipment yang memerlukan proteksi terhadap overpressure. Conventional PRV digunakan ketika outletnya menuju sebuah pipa pendek yang dibuang ke atmosfir atau sistem perpipaan. Pilot operated PRV digunakan untuk mengatasi beberapa kelemahan yang ada pada PRV tipe konvensional dan tipe non-konvensional. Pilot-Operated PRV secara umum terbagi atas tipe piston dan tipe diafragma : a. Tipe Piston Tipe piston terdiri atas bagian valve utama, yaitu floating piston, dan pilot valve external. Piston didesain untuk mendapat area efektif yang lebih luas pada bagian atas dan bawah. Sampai tercapainya set pressure, area bagian atas dan bawah terekspose pada tekanan inlet yang sama. Karena area efektif yang lebih besar pada sisi atas pistonnya, maka gaya tekan membuat piston lebih kencang pada valve seatnya. Semakin besar tekanan operasional yang terjadi, maka gaya pada seat semakin besar dan membuat valve semakin kencang (tighter). Pada set pointnya, pilot akan menventilasi tekanan pada sisi atas piston yang membuat piston tidak menekan seat dan fluida mengalir melewati valve utama. Setelah kondisi overpressure terlewati, pilot akan menutup vent dari sisi atas piston dan mengembalikan ke kondisi valve semula. Gambar 2.8 memperlihatkan tipikal Pilot-Operated PRV :

Gambar 2.8 Pilot-Operated PRV (Tipe Piston) b. Tipe Diafragma Tipe Diafragma sama dengan tipe piston hanya piston digantikan oleh diafragma fleksibel dan disk atau cakram. Diafragma menyediakan fungsi unbalance dari piston. Cakram, yang normalnya menutup inlet valve, terintegrasi dengan diafragma. Pilot external bekerja mirip dengan piston yaitu dengan memventilasi top diaphragm pada kondisi set pressure dan mengembalikan diafragma pada kondisi

normal. Seperti halnya tipe piston, gaya tekan seat bertambah secara proporsional seperti bertambahnya tekanan operasi karena perbedaan area yang terekspose pada diafragma. Pilot valve yang mengoperasikan bagian utama valve dapat secara pop action atau modulation action. Pilot ini juga dapat bertipe non-flowing atau flowing yang berarti fluida proses dapat melewati pilot valve dan sebaliknya. Pencegahan aliran balik diperlukan bila ada kemungkinan tekanan ada sisi outlet bertambah melewati tekanan inletnya pada perpipaan yang ada. Gambar 2.9 memperlihatkan tipikal Pilot-Operated PRV tipe diafragma. Gambar 2.9 Pilot-Operated PRV (tipe diafragma) Pilot-operated PRV lebih unggul dibandingkan tipe konvensional dan tipe balanced pada rentang tekanan 1 15 psig dan suhu ambient. Pilot-operated PRV dapat digunakan pada kondisi fasa gas atau cair, karena bagian valve utama dan pilot

tidak mengandung komponen non metal, temperatur proses dan fluida sesuai serta terbatas penggunaannya. Sebagai tambahan, karakteristik fluida seperti kecenderungan pada terbentuknya polimer atau fouling, viscosity, adanya padatan, dan sifat korosif dapat mempengaruhi kinerja pilot. 2) Rupture Disk Rupture disk merupakan alat pengaman yang berbentuk diafragma tipis yang ditempatkan diantara dua flange dan dimaksudkan untuk pecah pada tekanan yang diinginkan. Rupture disk kadang-kadang digunakan secara seri dengan safety valve untuk melindungi safety valve dari bahan yang merusak atau mengganggu kelancaran operasi safety valve. Disk didesain akan hancur dengan sendirinya pada tekanan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Gambar 2.10 memperlihatkan tipikal rupture disk. Gambar 2.10 Tipikal rupture disk Ruptur disk memiliki keuntungan dibandingkan safety valve jika harus melepaskan sejumlah besar gas atau liquid dalam waktu yang singkat. Rupture disk tersedia secara komersial dan dibuat dari berbagai macam logam atau bahan lain yang

sesuai untuk fluida yang dibutuhkan. Rupture disk merupakan elemen yang sensitip terhadap tekanan dan temperatur. Rupture disk didesain untuk melindungi sistem bertekanan dari tekanan berlebihan atau vakum dengan cara meledak pada perbedaan tekanan disk yang telah ditentukan. Jika temperatur naik biasanya tekanan ledakan berkurang. Karena efek dari temperatur tergantung pada material disk dan jenis rupture disk-nya, maka konsultasi dengan pihak manufaktur sangat diperlukan. Rasio dari tekanan maksimum operasional versus tekanan aktual dari ledakan adalah faktor utama untuk memilih jenis rupture disk. Tekanan maksimum yang dipertimbangkan harus dibawah dari tekanan desain peralatan yang akan dipasang rupture disk guna mencegah kegagalan premature dari rupture disk terhadap fatigue dan creep. Engineer harus memperhitungkan tekanan pada kedua sisi disk guna menentukan tekanan ledak. Rupture disk tidak dapat menutup kembali setelah meledak (not reclose) sehingga keputusan untuk memasang rupture menjadi pertimbangan yang sangat penting dari sisi ekonomi. Meskipun demikian, banyak aplikasi dimana pemasangan rupture disk lebih baik dibandingkan dengan pressure relief valves. Aplikasi tersebut meliputi: a. Reaksi yang tidak terkontrol atau overpressure yang begitu cepat dimana kelembaman dari sehingga pressure relief valve akan menghambat kecepatan relief yang dibutuhkan. b. Bila fluida sangat kental.

c. Bila fluida cenderung terdeposit pada sisi bawah disk dari pressure relief valve disc sehingga valve menjadi tidak dapat bekerja. d. Dan beberapa aplikasi lainnya a) Tipe Rupture Disk Berbagai tipe rupture disk antara lain adalah : Tipe Konvensional Tipe ini berbentuk kubah dari metal dengan sebuah holdernya yang didesain untuk meledak (membuka) ketika overpressure terjadi pada cekungannya. Tipe konvensional berbentuk kubah dengan flat-seat atau angular-seat didesain untuk servis dengan kondisi operasi 70% atau kurang dari rata-rata tekanan ledak disk-nya ketika tekanan yang terbatas terulang dengan variasi temperatur yang terjadi. Jika kondisi vakum atau kondisi tekanan balik terjadi, disk harus dilengkapi dengan tambahan alat untuk mencegah pengaruhnya terhadap disk, sementara alat pencegah vakum disediakan jika keadaan vakum (full vacuum) pada kondisi terus menerus (continuous service) terjadi. Desain khusus juga tersedia bila tekanan balik mencapai nilai 15 psig. Disk akan pecah jika ledakan terjadi. Scored Tension-Loaded Rupture Disk Scored Tension-Loaded Rupture Disk didesain untuk membuka pada perpipaan (scored lines) yang sudah diperhitungkan. Tipe disk ini didesain untuk mengizinkan rasio yang lebih dekat (biasanya 85%) dari nilai tekanan operasional

sistem pada saat mencapai tekanan ledakan. Karena scored lines mengontrol saat membuka, tipe disk ini biasanya tidak pecah saat terjadi ledakan. Tipe ini dibuat dengan material yang lebih tipis dari tipe yang lainnya untuk tekanan ledakan yang sama. Disk secara mekanikal mengontrol tekanan ledakan dan pola ledakan. Semakin tebal disk semakin kuat daya tahannya pada kerusakan mekanikal. Dalam sejumlah kasus disk akan bertahan dalam kondisi vakum penuh tanpa tambahan penguat atau alat penguat. Tipe Disk Komposit Berbentuk datar, kubahan metal atau nonmetal dengan berbagai komposisi dalam konstruksinya. Bentuk kubah didesain untuk pecah bila tekanan berlebih terjadi pada cekungan kubahnya, sedangkan yang berbentuk datar didesain untuk pecah bila tekanan berlebih terjadi pada sisi yang dibuat dan ditunjuk oleh manufaktur. Tipe kubah tersedia dalam flat seat dan angular seat dengan operasional yang tipikal pada 80% dari rata-rata tekanan ledakan (burst pressure) dengan perubahan tekanan yang terbatas dengan variasi temperatur. Tekanan ledak dikontrol oleh kombinasi dari slit top section dan metal atau nonmetal seal dibawah top section. Umumnya tipe komposit tersedia pada tekanan ledak dibawah tipe konvensional berbentuk kubahan dan memberi ketahanan yang lebih baik pada kondisi korosif dari material seal yang dipilih. Slit top section menentukan saat terbuka/pecahnya rupture disk dan didesain untuk meminimalkan pecahnya top

section ketika dibuat dengan seal non metal. Alat tambahan tetap harus disediakan jika ada kondisi vakum dan tekanan balik. Bentuk datar dipakai untuk vessel bertekanan rendah atau isolasi peralatan seperti buangan udara (exhaust header) atau sisi outlet dari PRV. Jika hanya sebagai pembatas untuk korosi, maka tipe komposit datar beroperasi pada kondisi 50% dari rata-rata tekanan ledak (burst pressure) dan dipasang di antara flanges dibandingkan jenis lainnya. Rupture disk yang bereaksi pada kedua sisi menyediakan tekanan positif atau proteksi keadaan vakum. Reverse-Acting Rupture Disk Berbentuk kubahan dari metal padat yang didesain untuk meledak bila tekanan balik terjadi pada sisi cembungnya. Tipe ini didesain untuk mengizinkan rasio yang lebih dekat dengan tekanan operasional dari sistem kepada tekanan ledakan sampai 90% dari rata-rata tekanan ledaknya. Biasanya tipe ini tidak pecah karena disk digerakkan oleh tekanan balik pada sisi cembungnya dan semakin tipis material disk yang digunakan semakin menambah ketahanan korosi, menghilangkan alat tamabahan untuk menghadapi kondisi vakum, menyediakan umur yang lebih panjang pada kondisi vakum yang berubah-ubah dan fluktuasi temperatur.

Graphite Rupture Disk Dibuat dari grafit yang dipadatkan dengan bahan penguat dan didesain untuk meledak oleh tekanan karena membengkok atau seperti digunting. Tipe ini tahan terhadap berbagai asam, alkali, dan bermacam larutan organik. Operasional sampai 70%n dari rata-rata tekanan ledak umumnya d2zinkan. Alat tambahan digunakan bila ada tekanan balik 15 psig atau lebih. b) Penggunaan Ruture Disk Rupture disk digunakan sebagai alat utama pada kondisi relief jika penggunaan PRV tidak praktis, contoh situasinya adalah : Peningkatan tekanan yang tiba-tiba. PRV tidak dapat bereaksi lebih cepat atau tidak dapat mencegah overpressure, contohnya rupture dalam tube penukar panas, atau dalam reaksi yang cepat dan selintas dalam vessel. Area yang luas untuk relief diperlukan, karena jumlah aliran yang besar atau tekanan relief yang rendah, menyebabkan area relief dengan PRV tidak praktis. PRV tidak dapat beroperasi ketika sedang diperbaiki atau tidak mudah dipasang. Rupture disk dapat digunakan pada pabrik pengolahan dengan gas, upstream dari Relief Valve, untuk mengurangi kebocoran yang kecil dan gangguan pada valve. Tekanan pada rongga antara rupture disk dan valve harus dimonitor untuk melihat kinerja rupture disk-nya.

c) Kombinasi Penggunaan PRV dan Rupture Disk Dianjurkan digunakan dalam kondisi PRV yang diizinkan untuk dipasang, dan sistem mengandung media yang dapat membuat korosi pada PRV atau menambah kinerja pada operasional. Lebih jauh lagi dianjurkan untuk meminimalkan hilangnya media yang berharga pada aliran, menghindari bahan yang berbahaya, material yang beracun bocor dan masuk pada PRV Pemasangan pada Inlet PRV Kapasitas rupture disk dan PRV harus sama, dan bila rupture disk dan PRV adalah close coupled tekanan ledak yang diperhitungkan dan set pressure PRV harus dalam nilai nominal yang sama. Ruang antara PRV dan rupture disk harus bebas dari adanya ventilasi, sensor tekanan (pressure gauge), indikator lainnya sesuai ASME code. Jika ada bahan yang berbahaya dan beracun pada proses maka vent bebas ke atmofir harus dibuang secara aman. Gambar 2.11 berikut memperlihatkan contoh pemasangan rupture disk pada inlet PRV.

Gambar 2.11 Pemasangan rupture disk pada inlet PRV Pemasangan pada Outlet PRV Digunakan untuk melindungi valve (PRV) dari atmosfir atau fluida downstream atau mencegah material berbahaya dan racun yang bocor di outlet PRV ke atmosfir. Instalasi, kapasitas, efek dari tekanan balik dari PRV dan rupture disk harus sesuai dengan rekomendasi manufaktur dan ASME code. Sistem pembuangan akhir dari fluida yang berbahaya dan beracun atau tidak dapat dipakai kembali biasanya akan menuju ke dalam vent system atau flare system

tergantung dari kondisi system operasional keseluruhan yang terpasang pada unit yang dimaksud. 2.6 Sistem pembebasan tekanan Karena unit proses semakin komplek dengan tingkat penyimpangan energi yang semakin tinggi design pengaman yang kedengarannya ekonomis dan secara mekanis peralatan pembebasan tekanan tersebut dapat diandalkan dengan fasilitas pembuangan menjadi yang terpenting dari yang pernah ada. Sistem pembebasan tekanan memperlengkapi perlengkapan untuk melindungi pekerja dan peralatan dari operasi yang tidak normal. Beberapa kondisi yang menyebabkan tekanan berlebih adalah : a. Terbuka, kena api atau sumber panas luar lainnya. b. Pemanasan atau pendinginan, penyumbatan cairan diantaranya katub dengan beberapa bagian tertutup lainnya dari system yang dihasilkan ekspansi hidrolik. c. Kegagalan mekanis dari peralatan pengaman yang normal, ketidak berfungsian peralatan kontrol, atau kesalahan operasi yang dilakukan secara manual mengakibatkan pengisian yang berlebihan pada peralatan. d. Produksi uap yang berlebih dari pada sistem yang dapat menangani kegagalan operasional. e. Hasil generasi uap yang tak terduga yakni proses yang tak seimbang. f. Reaksi kimia dengan generasi panas dan produksi uap yang berlebih dari sistem kapasitas yang berlebih.

2.7 Penggunaan system pembebasan tekanan untuk mencegah kelebihan tekanan dari pabrik. Peralatan pengukur dan pembebas tekanan Jarak sistem pembebas tekanan dari katub pembebas atau piringan yang pecah, dan perpipaan pada tangki yang menuju pada sistem perpipaan yang lebih komplek, melibatkan banyak bermacam macam jenis katub pembebas yang menuju ke header. Dalam pembebas muatan per yang dikenal, sebagai pembukaan katub secara bertahap tahap ketika tekanan bertambah nilai set katub pengaman terbuka sepenuhnya hanya dengan sedikit tekanan berlebih dan tetap terbuka sampai tekanan turun pada jumlah tertentu kemudian kemudian tertutup penuh. Tetapi aksi seperti itu hanya tidak mengalami fluida yang bertekanan. Didalam proses kimia industri katub pembebas sebenarnya adalah katub pengaman pembebas yang berfungsi sebagai katub pembebas pada cairan gas dan uap. 2.8 Tujuan sistem pembebas tekanan a. Pelaksanaan undang undang setempat Negara dan Nasional, termasuk undang undang pengontrol lingkungan. b. Operasi perlindungan pekerja terhadap bahaya dari tekanan berlebihan dari suatu peralatan. c. Mengurangi kehilangan material sepanjang dan sesudah kegagalan operasional yang menyebabkan kelebihan tekanan untuk masa yang singkat.

d. Mengurangi waktu yang ditentukan oleh tekanan yang berlebih pada pabrik. e. Mencegah kerusakan terhadap peralatan utama. f. Mencegah kerusakan terhadap elemen elemen yang berdampingan. g. Mengurangi premi asuransi bagi penanam modal. 2.9 Sistem Pemeliharaan A. Jenis Pemeliharaan Secara umum pemeliharaan terhadap peralatan menyangkut jenis peralatan sebagai berikut : a. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance) b. Pemeliharaan Predictive (Predictive Maintenance) c. Pemeliharan Koreksi (Corective Maintenance) a. Preventive Maintenance Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan untuk mencegah timbulnya kerusakan pada komponen peralatan atau mesin sebelum peralatan tersebut mengalami kerusakan pada batas yang telah ditentukan. Dalam system ini sudah dibuat jadwal pemeliharaan yang teratur, dan telaj dapat diperkirakan jumlah jam kerja untuk beroperasi serta kapan digunakan suku cadang (spare part) yang digunakan, sehingga dengan adanya jadwal yang sedemikian rupa kerusakan yang terjadi dapat dicegah.

Preventive Maintenance merupakan salah satu kunci untuk menjamin kelangsungan produksi pada tingkat perbaikan yang minimum. Dalam hal ini Preventive Maintenance dapat dilakukan dengan interupsi sekecil mungkin pada bagian produksi. Perhatian Preventive Maintenance diarahkan secara menyeluruh dan terperinci pada unit unit yang dianggap rawan berdasarkan pada : 1. Kerusakan dapat mempengaruhi kualitas produksi 2. Keausan dapat menyebabkan produksi berhenti 3. Kerusakan dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja 4. Modal yang ditanamkan pada unit tersebut dinilai cukup tinggi Kegiatan Preventive Maintenance dalam suatu pabrik dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : a. Periodic Maintenance b. Routine Maintenance c. Plant Service Ketiga kegiatan ini adalah merupakan langkah awal dalam perawatan suatu mesin. Disamping itu ada beberapa hal yang dapat menetukan yang harus diperhatikan untuk perawatan mesin yaitu : 1. Data mesin yang terdapat pada peralatan yang meliputi : a. Nomor Mesin b. Jenis / Type Mesin

c. Life Time d. Operasi e. Kapasitas f. Jumlah Mesin 2. Perencanaan dan Jadwal Kegiatan pemeliharaan harus disusun dalam perencanaan jangka panjang dan jangka pendek seperti pelumasan, bongkar pasang reservasi dan pencucian, dalam hal ini harus disusun urutan yang dikerjakan dan kapan dilaksanakan. 3. Persediaan Suku Cadang (spare part) Suku cadang dalam bentuk suatu pabrik harus selalu tersedia, jika dibutuhkan untuk penggantian nantinya dapat segera dilaksanakan pemasangannya. 4. Surat perintah kerja Dalam suatu perintah kerja harus diberitahukan : a. Apa yang harus dikerjakan b. Siapa yang mengerjakan dan bertanggung jawab. c. Dimana dikerjakan d. Berapa orang tenaga kerja dan alat apa saja yang digunakan untuk mengerjakan tersebut. e. Lama pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan.

5. Catatan (records) Dalam hal ini yang dicatat adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, yang perlu diperhatikan adalah : a. Karakteristik peralatan b. Jumlah peralatan yang ada c. Biaya perawatan 6. Laporan Pengaman Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah : a. Pembetulan yang dilakukan b. Penyimpangan yang pernah terjadi b. Predictive Maintenance Predictive Maintenance merupakan suatu teknik atau cara yang dipakai dalam produksi berantai, dimana bila ada gangguan darurat sedikit saja dalam produksi tersebut misalnya rusaknya peralatan suatu pompa dapat menyebabkan aliran produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar pada perusahaan yang cukup besar. Dalam industri yang menggunakan proses kimia, terhentinya aliran sistem produksi beberapa detik saja dapat menimbulkan kerusakan berat yang fatal.

Jadi Predictive Maintenance adalah merupakan bentuk baru planed maintenance, dimana penggantian komponen atau suku cadang dilakukan lebih awal pada waktu terjadinya kerusakan. Phasa 1 Phasa 2 Phasa 3 Gambar 2.12. Sistem Pemeliharaan Bathtub Curve (kurva bak mandi) Dalam Gambar 2.12 Bathtub Curve pemeliharaan diadakan menjelang Wearing Out Priode, atau sebelum berakhirnya Intrinsic Failure Priode. Pada Gambar 2.12 terlihat suatu cermin baru bila dioperasikan akan terjadi keausan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan bagian bagian permukaan kerja (waktunya surface) dari alat mesin kasar sehingga ketika terjadi kontak kerja permukaan kasar tersebut akan menjadi halus dengan geram geramnya terbang keluar. Setelah melewati phasa

I, dimana permukaan bidang benda kerja halus tersebut. Geram yang terjadi akibat gesekan sudah menurun, hal ini akan menambah stabilitas keadaan permukaan bidang kerja. Phasa II inilah yang dikenal sebagai priode kerja serba guna dari mesin (Intrinsic Failure Priode). Periode ini menentukan unsur mesin atau peralatan yang sesungguhnya. Karena permukaan bidang kerja mempunyai lapisan kekerasan dengan ketebalan yang terbatas maka bila ketebalan lapisan keras ini telah habis terkikis sehingga usaha laju keausan akan meningkat kembali. Hal ini akan berlangsung selama Phasa III yang dikenal priode keausan cepat (WearOut Failure Periode). c. Corective Maintenance Corective Maintenance tidak hanya berarti memperbaiki tetapi juga mempelajari sebab seba terjadinya kerusakan yang serupa. Perlu disadari pula Corective Maintenance tidak dapat menghilangkan semua kerusakan tetapi harus mampu mencegah kerusakan yang baru dengan corective maintenance ini maka jumlah kerusakan berkurang dan juga waktu terhentinya mesin juga berkurang sehingga produksi tidak berhenti, adalah menjadi tugas bagian dari maintenance untuk mengikuti terjadinya kerusakan pada peralatan dan mengambil tindakan tindakan yang perlu untuk mengatasinya.

B. Tujuan Pemeliharaan 1. Tujuan pemeliharaan dalam pengertian sempit adalah suatu kegiatan untuk menunjang dan menjaga peralatan agar peralatan dapat dioperasikan dengan produksi stabil dan bebas dari penurunan mutu peralatan yang dihasilkan, misalnya melalui kegiatan pemeriksaan peralatan, pemberian minyak, perbaikan pada kerusakan dan lain lain. 2. Tujuan pemeliharaan dalam pengertian yang luas adalah semua kegiatan yang dibutuhkan untuk menstabilkan produksi dan menyempurnakan produktivitas. 3. Tujuan pemeliharaan dalam pengertian yang luas dapat dibagi atas 4 (empat) bagian yaitu : a. Menyempurnakan Produksi b. Menyempurnakan mutu produksi c. Mengurangi biaya perawatan d. Meningkatkan modal kerja 4. Tujuan pemeliharaan dari segi teknis : a. Memelihara keberadaan peralatan yang siap pakai untuk kurun waktu tertentu. b. Menjaga kemampuan dan kehandalan peralatan untuk melakukan fungsi yang diperlukan dalam kondisi dan waktu tertentu.

c. Menyempurnakan bagian peralatan untuk mudah dipelihara, diperbaiki dalam kondisi peralatan yang spesifikasi dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui jenis pemeliharaan yang dilakukan terhadap peralatan yang terpasang dilakukan dengan cara mempedomani data yang diperlihatkan hasil kerja peralatan yang terpasang cara seperti ini dikenal dengan pendiagnosaan aksi kerja peralatan. Sehingga dengan kata lain untuk menetapkan apakah pemeliharaan terhadap kesatuan peralatan yang dilakukan menyangkut pencegahan atau pemeliharaan perbaikan, serta pemeliharaan korosi sebagai pedoman hasil pendiagnosaan aksi kerja peralatan. Dari hasil pendiagnosaan kerja peralatan menyangkut aksi kerja suatu peralatan dapat diketahui penyebab gangguan dari suatu peralatan. Bila penyebab gangguan kerja adalah keausan elemen peralatan yang melebihi batas yang diiizinkan ataupun perubahan (kelainan dari elemen peralatan baik bentuk, mikro struktur dan keretakan pada elemen peralatan). Maka pemeliharaan yang dilakukan adalah jenis pemeliharaan perbaikan dimana peralatan harus dihentikan beroperasi dan sasaran utama adalah penggantian elemen peralatan atas suku cadang yang tersedia. 2.10 Istilah Forensic Engineering (terhadap timbulnya kegagalan pada suatu Peralatan) Pemantauan dan analisa kegagalan peralatan misalnya pada pelumasan safety valve merupakan salah satu hal yang penting dan harus dilakukan pada pemeliharaan prediktif suatu mesin pembangkit untuk menentukan kesehatan mesin

secara dini, sehingga akan mengurangi timbulnya kerusakan pada peralatan.. Analisa pelumas yang dilakukan secara umum meliputi analisa sifat fisika kimia, analisa keausan logam dan analisa kondisi mesin. Pemantauan dan analisa pelumas secara rutin digunakan untuk mendapatkan sinyal atau deteksi dini bila terjadi kerusakan pada mesin atau untuk menemukan periode penggantian pelumas. Selain digunakan pada program perawatan, analisa pelumas juga digunakan sebagai alat bantu pada analisa kerusakan (failure analysis). Pemeliharaan mekanik adalah suatu pekerjaan yang dilakukanuntuk memperthankan dan melindungi mesin atau peralatan supaya dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Tujuan pemeliharaan dilakukan adalah mencegah atau mengurangi kerusakan atau kemacetan yang mengganggu jalannya operasi pada mesin atau peralatan. Perlakuan pemeliharaan mekanik pada suatu pabrik adalah bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi dari satu mesin atau peralatan berjalan dengan baik, sehingga produksi dapat berjalan dengan normal.