BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pradja. AL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya pendidikan merupakan faktor yang berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata pelajaran prakarya adalah salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dalam era globalisasi, pendidikan pun dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa,

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang- Undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Apriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara sempurna sesuai kodrat kemanusiaanya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu untuk menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang amat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar memiliki akhlak yang mulia. Sedangkan inti dari pendidikan sendiri adalah belajar dan pembelajaran, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu sehingga memiliki ilmu, sikap dan keterampilan. Dalam melaksanakan belajar, seorang siswa harus memilki minat dan kemauan yang tinggi untuk membangkitkan semangat belajarnya sehingga prestasi yang ia peroleh dapat dikatakan tinggi. Sedangkan pembelajaran, merupakan suatu interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik serta sumber belajar pada suatu lingkungan. Hermawan (2010) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui satu atau lebih strategi, metode, dan pendekatan tertentu ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai sesuai yang telah direncanakan. Namun, tujuan pembelajaran tidak selamanya tercapai seperti yang diharapkan. Salah satu penyebab tujuan tersebut tidak tercapai adalah kurangnya minat dan kemauan siswa untuk melaksanakan aktivitas belajar. Minat dan kemauan tersebut timbul dari dalam diri setiap siswa.

2 Pembelajaran yang menyenangkan atau tidak membosankan akan mampu membangkitkan semangat belajar siswa sehingga minat dan kemauan belajarnya timbul. Seorang guru harus mampu membangkitkan minat dan kemauan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu cara adalah guru harus inovatif dan kreatif dalam mengajar. Guru yang melakukan banyak inovasi dan kreatif dalam mengajar, maka akan membangkitkan semangat siswa-siswanya. Sebaliknya, guru yang tidak melakukan inovasi dan kreatif dalam mengajar akan membuat siswa bosan terhadap materi yang guru ajarkan. Asmani (2009) mengatakan untuk menjadi guru yang ideal dan inovatif diperlukan 10 langkah yaitu : (1). Menguasai materi pelajaran secara mendalam, (2). Mempunyai wawasan yang luas, (3). Komunikatif, (4). Dialogis, (5). Menggabungkan teori dengan praktek, (6). Bertahap, (7). Mempunyai variasi pendekatan, (8). Tidak memalingkan materi pembelajaran, (9). Tidak terlalu menekan dan memaksa, dan (10). Humoris, tapi serius. Jika kesepuluh langkah tersebut dilakukan dalam pembelajaran, niscaya siswa mudah memahami materi yang di ajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Notoatmodjo (2003) Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dalam Undangundang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga dijelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

3 dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan negara. Salah satu mata pelajaran yang terasa dapat memberikan sumbangan kepada siswa agar berani dan siap menghadapi tantangan masa depan adalah mata pelajaran prakarya. Hal ini dikarenakan kompetensi dalam mata pelajaran ini merupakan bagian dari pembekalan life skill kepada siswa. Selain itu keseluruhan kegiatan pembelajaran prakarya yang merupakan aplikasi dari mata pelajaran lain dalam menghasilkan suatu benda yang dibuat langsung oleh siswa dapat membuat siswa semakin merasakan manfaat memperoleh pengalaman dari mata pelajaran prakarya. SMA Negeri 17 Medan merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan mata pelajaran prakarya sebagai mata pelajaran di sekolah tersebut. Diharapkan setelah pembelajaran prakarya diberikan, siswa mampu lebih aktif, kreatif serta inovatif dalam menuangkan ide dan dapat tersalurkan melalui pembelajaran prakarya tersebut. Prakarya merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan siswa. Dalam mata pelajaran Prakarya, siswa melakukan interaksi terhadap benda-benda produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungan siswa, dan kemudian berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi, sehingga diperoleh pengalaman perseptual,

4 pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Selain itu prakarya juga merupakan suatu usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat melalui pembelajaran dengan menggunakan berbagai macam bahan, alat dan teknik serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan. Berdasarkan observasi di SMA Negeri 17 Medan, ada beberapa hal penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam pelajaran prakarya yaitu proses pembelajaran guru belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal. Kesulitan belajar siswa yang lain yaitu kurangnya tingkat pemahaman siswa pada pelajaran prakarya mengenai materi pembuatan dompet Marlyn Menor, kurangnya pemahaman siswa yang dimaksud yakni pada proses pembuatan dompet marlyn menor seperti pemasangan reseleting, membuat pola wajah, bibir, mata dan rambut dan pada tahap menjahit menggunakan dua tusuk hias yakni tusuk feston dan tusuk tikam jejak, selain itu dikarenakan siswa hanya berpedoman pada materi yang di ajarkan guru lewat buku pelajaran sehingga terkadang siswa sulit mengerti dan memahami bahkan dapat salah mengartikan maksud dari penjelasan guru, dan tidak jarang pula siswa sering merasa bosan dan kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu kendala yang dihadapi guru adalah rendahnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran prakarya, sehingga siswa kurang mampu mencapai nilai ketuntasan di atas rata-rata dengan hasil belajar yang rendah, dimana nilai KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran prakarya adalah (75). Ini diperkuat lagi

5 dengan dilakukannya tes awal guna menguatkan perolehan kemampuan dasar siswa pada mata pelajaran prakarya. Tabel 1. Hasil Perolehan Tes Awal Kelas Nilai Jumlah Siswa Nilai A (95-100) - Kontrol X-7 Nilai B (85-94) 8 Nilai C ( 76-84) 14 Nilai D (< 75) 18 Nilai A (95-100) - Eksperimen X-8 Nilai B (85-94) 12 Nilai C ( 76-84) 18 Nilai D (< 75) 10 (Sumber : SMAN 17 Medan) Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil perolehan tes awal siswa masih tidak memuaskan, karena masih ada siswa yang dikategorikan kurang dalam menerima pelajaran prakarya yakni sebanyak 65% atau sekitar 28 siswa. Solusi yang dapat dilakukan agar memotivasi siswa agar dapat lebih baik lagi yakni dengan memanfaatkan media pembelajaran animasi. Media animasi dapat merangsang pembelajaran siswa, hal ini diperkuat oleh Gumelar (2011) animasi adalah menggerakkan benda mati seoah-olah hidup, animasi merupakan visi gerak yang diterapkan pada benda mati dan animasi merupakan proses tampilan yang cepat dari urutan gambar-gambar atau model dalam posisi tertentu untuk menciptakan ilusi gerak. Menurut salim (2003)

6 animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu (morping). Suheri (2006) mengatakan bahwa media animasi adalah kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan. Salah satu keunggulan animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Dalam pengertian umum media animasi juga merupakan kumpulan gambar bergerak dan suara berisikan materi pembelajaran prakarya yang ditampilkan melalui media elektronik projektor sebagai usaha untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. selain itu media animasi juga memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit atau kompleks dan sulit untuk dijelaskan dengan hanya gambar atau kata-kata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam suatu proses belajar mengajar sangat diperlukan dikarenakan mempunyai kelebihan teknis, mampu menyajikan konsep secara terpadu serta menjadi perantara dalam menyampaikan pesan sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh siswa. Dengan adanya media sebagai saluran dalam menyampaikan pesan diharapkan timbulnya interaksi atau komunikasi yang baik antara guru dan siswa dalam membantu keefektifan proses pembelajaran. Dan untuk lebih memotivasi, menumbuhkan minat siswa dan membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan adalah dengan menggunakan metode Quantum Learning.

7 Menurut DePorter (2011) Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Metode Quantum Learning adalah bentuk interaksi yang dapat mengubah energi menjadi cahaya. Dan prinsip pembelajaran Quantum Learning adalah semua berbicara bermakna, semua mempunyai tujuan dan setiap usaha siswa diberi reward, pujian melalui tepuk tangan, tawa, nilai dan harapan sehingga siswa lebih merasa diperhatikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning adalah proses percepatan belajar secara mengesankan yang menekankan pada manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari siswa dan dibarengi pembelajaran yang menyenangkan. Metode Quantum Learning merupakan metode pembelajaran untuk dikembangkan sebagai variasi strategi pembelajaran, agar pemahaman konsep dapat tercapai. Alasan mata pelajaran prakarya dapat diterapkan pada metode Quantum Learning tersebut diantaranya, dapat meningkatkan partisipasi siswa, dengan demikian siswa yang aktif dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang kurang aktif dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (Suyatno,2002). Selain itu juga karena pembelajaran Quantum Learning berupaya menumbuhkan minat siswa dalam belajar karena dapat mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Metode Quantum Learning berbantuan Media Animasi dapat disimpulkan sebagai proses pembelajaran yang mengindikasikan bahwa pembelajaran

8 Quantum Learning mengharapkan perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas, materi pembelajaran yang menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan, serta mengefisienkan waktu pembelajaran. Dengan adanya bantuan media animasi, sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada siswa atas materi yang akan diberikan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran pembuatan dompet boneka marlyn menor. Berdasarkan permasalahan yang telah di paparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Metode Quantum Learning Berbantuan Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Prakarya Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa permasalahan yang terdapat pada siswa, dan masalah-masalah yang teridentifikasi adalah : 1. Perolehan nilai siswa kelas X SMA Negeri 17 Medan pada mata pelajaran prakarya cenderung masih rendah. 2. Pengetahuan siswa kelas X SMA Negeri 17 Medan terhadap mata pelajaran prakarya masih rendah. 3. Penggunaan media pembelajaran belum efektif. 4. Guru belum pernah menggunakan metode pembelajaran Quantum Learning pada mata pelajaran prakarya.

9 5. Guru belum pernah menggunakan media pembelajaran animasi pada mata pelajaran prakarya. C. Pembatasan Masalah Ditinjau dari hasil identifikasi masalah, agar memiliki ruang lingkup yang jelas dan terarah maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran prakarya materi pokok pembuatan dompet Marlyn Menor dari Kain Flanel dengan ukuran 15x15 cm. 2. Peneliti menggunakan metode Quantum Learning berbantuan media Animasi di kelas X SMA Negeri 17 Medan. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Hasil Belajar Prakarya yang diberi metode Quantum Learning berbantuan media Animasi Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan. 2. Bagaimana Hasil Belajar Prakarya yang diberi metode Quantum Learning tanpa berbantuan Media Animasi Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan. 3. Apakah ada Pengaruh Metode Quantum Learning berbantuan media Animasi Terhadap Hasil Belajar Prakarya Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan.

10 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar prakarya yang diberi metode Quantum Learning Berbantuan Media Animasi Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan. 2. Untuk mengetahui hasil belajar prakarya yang diberi metode Quantum Learning tanpa Berbantuan Media Animasi Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya Pengaruh Metode Quantum Learning berbantuan media Animasi Terhadap Hasil Belajar Prakarya Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Medan. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru, guru yang mengajar mata pelajaran prakarya di SMA Negeri 17 Medan Kelas X sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa. 2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan dalam bidang praktik. 3. Bagi pihak sekolah, sebagai informasi dalam meningkatkan pembelajaran prakarya. 4. Bagi peneliti, sebagai bahan awal, pembanding atau rujukan bagi penelitian yang akan dilakukan.