BAB I PENDAHULUAN. berpikir sistematis, kritis, cermat, dan kreatif, serta mampu mengkomunikasikan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

Siti Suci Winarni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Berbasis Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Hasil Belajar Hasil Belajar IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu anak mempunyai hak

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pendidikan merupakan sarana penunjang dalam tujuan ini.

2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir, yaitu yang mencakup kemampuan penalaran logis, berpikir sistematis, kritis, cermat, dan kreatif, serta mampu mengkomunikasikan gagasan terutama dalam memecahkan masalah. Menurut Krulik dan Rudnick (1995:4) pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari situasi yang tidak biasa. Kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian penting dalam kehidupan, karena setiap individu pasti memiliki masalah. Kemampuan memecahkan masalah tersebut seyogyanya dikembangkan melalui proses pembelajaran karena pada hakekatnya siswa adalah bagian dari masyarakat yang tentunya siswa akan selalu menemukan berbagai masalah dalam kehidupannya, baik masalah yang sederhana, kompleks, masalah pribadi dan masalah sosial yang harus dihadapi dan dipecahkannya. Oleh karena itu, diperlukan usaha sejak dini untuk melatih dan mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah. Ketidakmampuan siswa di dalam memecahkan masalah yang dihadapinya akan berpengaruh kepada kehidupannya. Siswa akan merasa kesulitan dalam menemukan solusi pada permasalahan yang sedang dihadapinya. Sehingga jika siswa merasa tidak kuat dan merasa tidak ada solusi

2 yang tepat, dikhawatirkan mereka akan mencari cara pemecahan masalah yang negatif, seperti mengkonsumsi narkoba, meminum minuman keras, keributankeributan dan lain sebagainya yang akan merugikan mereka sendiri. Menurut Sanjaya (2006:100) Pembelajaran merupakan suatu proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Pengaturan lingkungan dapat diartikan sebagai proses menciptakan iklim yang baik seperti penataan lingkungan, penyediaan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Peran utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan warga negara yang akan mengembangkan tingkah laku demokratis yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun sosial serta meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis demokrasi sosial yang produktif. (Joice, Weil & Calhoun, 2009:295). Joice,Weil & Calhoun (2009:29) mendefinisikan pembelajaran sebagai kegiatan merancang dan menciptakan lingkungan-lingkungan. Siswa belajar dengan cara berinteraksi dengan lingkungan mereka dan belajar bagaimana cara belajar (learn how to learn) dengan baik. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Salah satu pengolahan kognitif yang penting selama pembelajaran adalah pemecahan masalah (Schunk, 2012:416).

3 Menurut Dahar (1996:201) bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses bagi siswa menemukan panduan aturan yang sebelumnya dipelajari, kemudian diterapkan untuk memperoleh pemecahan masalah pada situasi baru. Dengan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, siswa akan terlatih dan mampu mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dalam kelas untuk memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat secara mandiri. Syamsudin (2007:24) berpendapat bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcment) dengan mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan (environmentalistik). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memegang peran yang lebih besar dalam mengatasi atau mengurangi masalah dan perilaku penyimpangan sosial dan pribadi. Kemampuan pribadi dan sosial berkenaan dengan penguasaan karakteristik, nilai-nilai sebagai pribadi dan sebagai warga masyarakat serta kemampuan untuk hidup bermasyarakat. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial menurut NCSS (dalam Maryani 2011:10) adalah...is to prepare young people to be humane, rational, participating citizens in a world that is becoming increasingly interdependent. Dari uraian tersebut tampak bahwa tujuan IPS bersifat terpadu dan transdisipliner dari ilmuilmu sosial, bertujuan menganalisis dan menyintesis (mengambil kesimpulan atau makna) secara kritis dan setiap fakta, peristiwa, kejadian baik masa lau maupun sekarang agar dapat mengantisipasi kehidupan di masa datang. Selain itu melalui IPS diharapkan peserta didik dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan norma dan etika yang ada di masyarakat sehingga dapat beradaptasi, beradaptasi dalam

4 kehidupan sosial, dan dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan suatu masyarakat dan negara, serta dunia yang saling ketergantungan. Tujuan IPS yang dirumuskan NCSS tersebut dapat dirinci sebagai berikut: (1) Menjadi warga negara yang partisipatif dan bertanggungjawab, (2) Memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup karena mereka adalah bagian dari petualangan hidup manusia dalam perspektif ruang dan waktu, (3) Mengembangkan berfikir kritis dari pemahaman sejarah, geografi, ekonomi, politik dan lembaga sosial, tradisi dan nilai-nilai masyarakat dan negara sebagai ekspresi kesatuan dari keberagaman, (4) Meningkatkan pemahaman tentang hidup bersama sebagai satu kesatuan dan keberagaman sejarah kehidupan manusia di dunia (5) Mengembangkan sikap kritis dan analitis dalam mengkaji kondisi manusia (Maryani,2011:13). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rincian dari tujuan Ilmu Pendidikan Sosial diharapkan peduli terhadap lingkungan melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat, mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalahmasalah sosial, menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat, pengembangan keterampilan pembuatan keputusan, dan mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya. Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencecoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hapalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya

5 untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi peserta didik agar pembelajaran yang dilakukan benarbenar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Hasan, 1996:102). Berdasarkan hasil pra penelitian di SMP Negeri 8 Sumedang masih banyak penyimpangan perilaku sosial siswa yang sering terjadi, seperti kurangnya disiplin, kurang bertanggungjawab terhadap tugas-tugas yang diberikan guru, pemalakan, tawuran, kurang peka terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di disekitarnya, dan kurangnya rasa kebersamaan antar teman. Selain itu juga diperoleh fakta dan informasi bahwa pembelajaran IPS khususnya di SMP Negeri 8 Sumedang selama ini (1) lebih menekankan pada hapalan, (2) lebih mementingkan isi daripada proses, (3) kurang diarahkan pada pembelajaran yang bermakna dan berfungsi bagi kehidupan siswa (meaningful learning and functional knowledge), (4) pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga siswa kurang kreatif, (5) materi dan sumber belajar masih kurang, dan (6) metode mengajar konvensional. Pembelajaran IPS di SMP Negeri 8 Sumedang masih bersifat mengembangkan kemampuan berpikir konvergen dan belum tercipta suasana belajar yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar aktif dalam mengkontruksi pemikirannya dan kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk berperilaku kreatif, sehingga perilaku kreatif siswa dalam memecahkan masalah sangat rendah.

6 Untuk menghadapi kondisi tersebut maka perlu usaha untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial dalam proses pembelajaran sehingga nantinya mampu mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang mampu mengambil keputusan, berfikir, dan menyeleksi informasi melalui pemikirannya serta dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi dengan benar. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara utuh, apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisa situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif, manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa, jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih tanggungjawab dalam belajarnya, jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan anatara teori dengan kenyataan). Metode pembelajaran merupakan cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pembelajaran. Metode pembelajaran sangat diharapkan dapat membangun interaksi antara guru dengan peserta didik dan mempertajam lingkungan/suasana saat proses pembelajaran, sehingga beberapa praktek dalam penerapan metode

7 pembelajaran menjadi sasaran kajian formal, diteliti dan dimanipulasi/dipoles sehingga menjadi metode yang dapat digunakan dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan profesional untuk tugas pembelajaran. Vygotsky (dalam komalasari, 2008:97) mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) menurutnya, perkembangan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah secara mandiri. Ini disebut sebagai kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibimbing orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut kemampuan intermental. Jarak antara tingkat perkembangan aktual dengan tingkat perkembangan potensial disebut zona perkembangan proksimal, yang diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuankemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan. Untuk menafsirkan konsep zona perkembangan ini digunakan scaffolding interpretation, yaitu memandang zona perkembangan proksimal sebagai perancah, sejenis wilayah penyangga atau batu loncatan untuk mencapai taraf perkembangan yang makin tinggi. Metode cooperative learning beranjak dari dasar pemikiran getting better together, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan

8 mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk pembelajaran siswa lain. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar secara bersama-sama atau bergotong royong untuk tujuan bersama. Kerjasama atau gotongroyong tersebut merupakan nilai budaya bangsa kita yang sudah ada sejak zaman dulu yang patut kita hidupkan kembali dalam kehidupan bermasyarakat karena menurut Koentjaraningrat (1994:56) gotong royong kini frekuensi kemunculannya sudah tidak lagi sebesar waktu dulu. Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2009:17) pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Eggen and Kauchak (1996:279) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekarja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa atau sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama,

9 maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat pendekatan yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, IK (Investigasi Kelompok), dan pendekatan struktural. Pendekatan struktural terdiri dari dua tipe yaitu tipe Think Pair Share dan tipe Numbered Heads Together (NHT) (Trianto,2007:49). Melihat penguasaan siswa terhadap materi IPS, maka dalam penelitian ini metode pembelajaran yang dipilih adalah metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), karena pada metode ini peserta didik menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran sehingga setiap siswa berusaha untuk memahami materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan metode ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada peserta didik karena adanya penghargaan terhadap posisi peserta didik sebagai individu dan anggota kelompok. Dalam pembelajaraan kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) setiap siswa dituntut untuk perperan aktif dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mempunyai rasa tanggungjawab masing-masing. Manusia kodratnya sebagai makhluk sosial dan diimbangi dengan pengembangan kodratnya sebagai makhluk individual yang memiliki hak mengatur diri melalui wadah self-regulated learning yaitu kemandirian, percaya akan kemampuan diri, dan memiliki kebebasan untuk berkreasi dan berkarya sesuai kemampuan diri (Komalasari 2008:736).

10 Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran IPS di sekolah merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilaksanakan dan harus menjadi perhatian guru dalam pembelajaran IPS, melatih siswa untuk terampil dalam memecahkan masalah, saling bekerjasama, menerima perbedaan, tanggung jawab, kemandirian, peka dalam menghadapi berbagai permasalahan sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: Pengaruh Penggunaan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah- Masalah sosial Siswa. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang di temui dalam proses pembelajaran sebagai berikut : a. Masih banyak ditemui siswa yang kurang terampil dalam memecahkan masalah-masalah sosial pada dirinya sehingga tercermin dari kurangnya disiplin dalam pembelajaran di kelas, tidak ada tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, tidak adanya semangat untuk belajar sehingga hasil belajar yang kurang memuaskan.

11 b. Kegiatan pembelajaran di kelas yang dilakukan guru kurang untuk merangsang siswa dalam memecahkan masalah-masalah dan kurangnya memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2. Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan tersebut di atas, penulis berkenyakinan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran IPS akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami masalah sosial. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial pada mata pelajaran IPS? Pertanyaan Penelitian: 1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial sebelum (pretest) dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan setelah (posttest) dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)? 2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial sebelum (pretest) dengan sesudah (posttest) di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional? 3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil posttest antara kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

12 Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalahmasalah sosial? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial sebelum (pretest) dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan setelah (posttest) dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas eksperimen. 2. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial sebelum (pretest) dengan sesudah (posttes) di kelas kontrol. 3. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan hasil posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang menerapkan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap kemampuan memecahkan masalah sosial. D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Kegunaan untuk mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan serta mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

13 Together (NHT) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masala-masalah sosial. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dapat memperoleh pengalaman baru dalam belajar, dan diharapkan memperoleh peningkatan dalam hasil belajar khususnya peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial. b. Bagi guru pemerhati diharapkan dapat memperluas wawasannya dalam melaksanakan pembelajaran IPS. c. Bagi Sekolah, pembelajaran ini merupakan informasi yang berguna dalam dunia pendidikan dalam usaha menyelidiki potensi peserta didik. d. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia, sampai sejauhmana teori-teori yang didapat mahasiswa selama mendapat pendidikan di UPI kemudian teoriteori tersebut dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan. E. Struktur Organisasi Pada bab I terdiri dari latar belakang penelitian, identifitasi masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian untuk menjawab rumusan permasalahan yang ada. Manfaat penelitian terdiri dari manfaat secara teoritis dilihat dari teori-teori keilmuan dan manfaat secara praktis ditujuan kepada para siswa, guru, sekolah dan universitaas, dan struktur organisasi.

14 Bab II membahas mengenai teori-teori yang berhubungan pengan penelitian ini, yaitu pembelajaran kooperatif, Problem Solving, masalah sosial, penelitian ini di dasarkan pada peneliti-peneliti terdahulu, kerangka pemikiran, asumsi dan hipotesis. Bab III menerangkan lokasi yang dijadikan penelitian, metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian, berapa populasi dan sampel yang digunakan, alur penelitian dari mulai penelitian dilakukan sampai dengan berakhirnya penelitian, definisi operasional yang gunakan dalam penelitian, instrumen penelitian, hasil-hasil analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV terdiri dari gambaran umun lokasi penelitian, hasil-hasil penelitian terdiri dari implementasi metode kooperatif, tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT, tanggapan guru terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT, deskripsi kemunculan dan kemudian pembahasan penelitian,pengujian hipotesis, peningkatan N-Gain kemampuan memecahkan masalah dan pembahasan hasil penelitian. Bab V menjelaskan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian.