BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

PELESTARIAN BUDAYA LOKAL OLEH PEMPROV. Proses Pelestarian Upacara Sembahyang. generasi muda di Bangka) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. Penggunaan teknologi sederhana telah diterapkan di desa-desa salah satunya Desa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

8 TIPS MEMILIH 8 TIPS MEMILIH MAKAM MODERN INSIDER TIPS MUDAH & TERUJI

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada generasi muda di Bangka, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 5.1.1. Program pelestarian oleh pemerintah provinsi Bangka Dari analisis penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pemerintah provinsi Bangka memiliki tiga proses perencanaan dalam upaya pelestarian budaya. Tiga hal tersebut yaitu : 1. Menggali yakni melindungi kebudayaan itu agar tidak punah. 2. Mengembangkan, mengembangkan kebudayaan tersebut untuk kepentingan masyarakat. 3. Memanfaatkan, memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan batin masyarakat. Dari ketiga proses perencanaan tersebut pemerintah provinsi Bangka masih mengembangkan kebudayaan lokal tersebut hingga mencapai hasil yang terbaik yakni diakuinya budaya tersebut menjadi warisan budaya lokal baik warisan budaya lokal benda maupun tak benda. Dan setelah kebudayaan lokal tersebut sudah diakui sebagai 153

154 warisan budaya nasional, pemerintah akan terus berusaha menjadikan warisan benda nasional tersebut menjadi warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO. Dari proses perencanaan pelestarian tersebut, pemerintah provinsi Bangka membuat suatu program pelestarian budaya lokal untuk masyarakat khususnya para generasi muda yang menjadi kunci dari pelestarian budaya lokal di Bangka. Program pelestarian ini merupakan salah satu bentuk sosialisasi Pemerintah Provinsi kepada masyarakat agar lebih menarik. Diantaranya adalah : 1. Membentuk wadah untuk mencintai bangunan-bangunan bersejarah dan kebudayaan lokal yakni dengan membentuk komunitas masyarakat pencinta sejarah dan budaya. 2. Membuat akun komunitas Bangka di media Sosial seperti Bangka YOH, Kampoeng Bangka, Bangka Belitung Community, Melayu Online dan Lembaga Adat Melayu Bangka. Hal ini pun membantu pemerintah dalam penyebaran informasi seputar Bangka kepada masyarakat luas. 3. Membentuk kegiatan yang dinamakan Jejak Tradisi Daerah. Jejak Tradisi Daerah merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan menimbulkan minat generasi muda untuk secara perlahan-lahan dapat ikut mencintai budayanya sendiri. 4. Lomba penulisan artikel tentang budaya lokal Bangka, artikel yang disetujui oleh pemerintah provinsi akan diterbitkan di majalah, koran dan website pemerintah provinsi Bangka.

155 5. Festival dan pelombaan pembuatan film dokumenter atau film pendek tentang sejarah atau budaya Bangka. Untuk unsur-unsur budaya yang lain seperti kesenian budaya lokal, tari-tarian, alat musik tradisional, penanaman dan pelestariannya yang paling cepat dan menyebar adalah melalui jalur pendidikan formal yakni sekolah. Pada kurikulum 2013, ada yang disebut sebagai materi muatan lokal. Materi muatan lokal dikembangkan oleh daerah yang tentunya bercirikan kepada kekhasan daerah, bernuansa kedaerahan dan berbicara untuk kepentingan daerah. 5.1.2. Keterlibatan masyarakat dalam proses sosialisasi Dalam upaya pelestarian budaya lokal oleh Pemprov Bangka tak lepas dari keterlibatan masyarakat setempat pulau Bangka, baik itu masyarakat keturunan Tiong Hoa, masyarakat pribumi dan masyarakat Fan Tong Fan atau masyarakat Melayu yang punya leluhur Tiong Hoa. Disini, masyarakat saling bergotong royong untuk berperan aktif dalam menjaga kebudayaan lokal entah untuk warisan budaya benda atau warisan budaya tak benda. Dalam pelestarian Upacara Sembahyang Rebut, Pemerintah Provinsi Bangka melibatkan masyarakat yakni keluarga, generasi muda dan pemuka adat di Bangka. Hal ini dikarenakan Upacara Sembahyang Rebut merupakan upacara yang bersifat sakral yang berhubungan dengan kepercayaan dan agama. Pelaksanaan Upacara Sembahyang Rebut pun bukanlah hal yang mudah, butuh waktu dan tata cara yang benar. Pewarisan nilai Upacara Sembahyang Rebut kepada generasi muda merupakan

156 cara utama dalam pelestarian Upacara ini, oleh sebab itu pemerintah pun berharap banyak kepada generasi tua yaitu orang tua dan pemuka adat untuk dapat mewariskan nilai-nilai Upacara Sembahyang Rebut kepada generasi muda di Bangka. Tahapan yang dilakukan orang tua dalam mewariskan nilai upacara sembahyang rebut, yaitu : 1. Tahap mengenalkan, tahap mengenalkan ini dilakukan orang tua dengan cara mengajak anak mereka para generasi muda untuk melihat secara langsung jalannya upacara. Mulai dari upacara sembahyang leluhur atau anggota keluarga yang sudah meninggal pada pagi harinya. Selesai sembahyang leluhur, ada proses arak-arakan dewa pada siang harinya. Pada sore harinya mereka semua pergi ke Klenteng untuk menyaksikan Upacara Sembahyang Rebut (Chit Nyet Pan). 2. Tahap menjelaskan, menjelaskan apa itu Upacara Sembahyang Rebut, makna apa yang ada dalam upacara tersebut, arti dari simbol-simbol Upacara, maksud dari sesaji yang disediakan sampai pada proses pembakaran, perebutan sesaji dan proses lelang. Pada tahap menjelaskan ini, orang tua berharap bahwa para generasi muda mengerti secara betul makna dan tujuan dari upacara. 3. Tahap mengajarkan, mengajarkan mereka mengenai bagaimana awalnya jalan upacara dari awal hingga akhir. Yang pertama proses menyiapkan prosesi upacara untuk sembahyang leluhur dari apa saja yang harus disiapkan, tata letak sesajian, jumlah buah, jumlah dupa, jumlah lilin, jenis makanan dan

157 minuman yang disajikan, mantra untuk memanggil roh leluhur, menyiapkan baju kertas, uang kertas, pukul berapa dimulainya prosesi sembahyang leluhur hingga pukul berapa prosesi selesai dan yang paling penting adalah penulisan nama yang ditulis menggunakan hurup kanji Cina. Yang kedua prosesi arakarakan Dewa Pak Kung Pak Pho yakni Dewa Bumi atau Dewa Tanah, mulai dari jumlah anggota yang mengangkat tandu dewa, berapa lama prosesi dilakukan, barongsai pengiring hingga pakaian saat prosesi dilakukan. Yang ketiga adalah prosesi upacara sembahyang Rebut di Klenteng. 5.1.2.1 Konstruksi Sosial pewarisan nilai Upacara Sembahyang Rebut 1. Eksternalisasi, proses pembiasaan yang diulang-ulang. Yakni mengenalkan, menjelaskan dan mengajarkan mengenai upacara Sembahyang Rebut kepada generasi muda secara berulang-ulang dan terus-menerus. 2. Objektifikasi, dari proses yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi proses pembiasaan dan membentuk pola. Yakni generasi muda akan terbiasa dan memahami tentang nilai-nilai upacara Sembahyang Rebut. 3. Internalisasi, generasi muda akan mengungkapkan makna upacara Sembahyang Rebut melalui pemahaman dan penafsiran. Dan tahap untuk mencapai itu dilakukan dengan sosialisasi baik oleh orang tua, pemuka adat dan pemerintah. Dari proses demikian, diharapkan generasi muda menjadi mengerti dan memahami tradisi upacara Sembahyang Rebut sebagai sesuatu yang maknawi dari

158 kenyataan sosial. Untuk mempertahankan eksistensi dari tradisi Upacara Sembahyang Rebut, maka nilai-nilai dari upacara tersebut harus diwariskan kepada generasi berikutnya, melalui tradisi atau pembelajaran. 5.1.2.2 Motif Masyarakat Bangka melestarikan Upacara Sembahyang Rebut 1. Motif karena kepercayaan, adanya kepercayaan dan ajaran dari kepercayaan yakni Ajaran Tridarma, Buddha, Kong Hu Cu dan Tao untuk menghormati leluhur dan bersedekah/ membagi keberkahan dengan arwah-arwah penasaran walaupun sudah berbeda alam. 2. Motif karena tradisi/adat, Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Bangka beretnis Tiong Hoa untuk melakukan Upacara Sembahyang Rebut secara turun temurun. 3. Motif karena berkah, dengan melakukan tradisi Upacara Sembahyang Rebut masyarakat Bangka mempercayai akan mendapat berkah/ rezeki dari Tian. Rezeki/berkah tersebut dapat berupa keselamatan, kesehatan, kesejahteraan dan kewaspadaan. 4. Motif karena penerus keluarga, wujud bakti anak sebagai generasi penerus kepada leluhur yang sudah meninggal dunia. Tak ada yang dapat memisahkan hubungan orang tua-anak-cucu dan generasi berikutnya walaupun sudah beda alam. Dan untuk arwah-arwah penasaran, generasi penerus diwajibkan untuk membagi keberkahan bagi mereka.

159 5.1.2.3 Makna Proses Pewarisan Nilai Upacara Sembahyang Rebut Dari apa yang telah disampaikan oleh para informan maka makna yang didapatkan dalam proses pewarisan nilai Upacara Sembahyang Rebut kepada generasi muda yang diwariskan sejak kecil adalah agar mereka menjadi terbiasa untuk saling membantu, membagi berkah, bergotong royong, saling menghormati dan menghargai, bersedekah, menjaga kekompakan baik kepada keluarga sendiri maupun kepada orang lain entah kepada mahkluk hidup ataupun kepada orang yang telah meninggal. 5.1.2.4 Kompeten Komunikasi Kompeten menjadi titik tolak pemahaman tentang sejauhmana keterampilan komunikasi yang mereka pandang menentukan keberhasilan yang juga menurut ukuran mereka sendiri. Ukuran keberhasilan bagi generasi tua yakni orangtua, pemuka adat dan pemerintah adalah pemahaman makna yang dipahami oleh para generasi muda. Apakah mereka para generasi muda paham dan mengerti mengenai makna, tujuan dan tahapan dalam tradisi Upacara Sembahyang Rebut atau tidak. Oleh karena yang menjadi ukuran keberhasilan adalah pemahaman, maka segala macam upaya akan dilakukan oleh para generasi melalui pengelolaan komunikasi secara verbal maupun nonverbal.

160 5.1.2.5 Orang tua sebagai aktor kehidupan Kegiatan melestarikan dapat dikategorikan sebagai sebuah tindakan sosial, dimana orang tua menampilkan sebuah perilaku tertentu baik secara subjektif maupun komunal memiliki makna yang mereka maksudkan dengan cara mempengaruhi orang lain untuk menerima makna yang sama. Pada sisi lain, melalui proses interaksi perilaku tersebut dapat dimaknai sama atau berbeda oleh masyarakat lain baik di Bangka maupun di luar Bangka. Orang tua akan menjadi significant others bagi generasi muda baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi contoh bagi generasi berikutnya. Suatu kebiasaan atau budaya terbentuk secara intersubjektif di antara anggota komunitas/kelompok/ lembaga dimana mereka berada. 5.2. Saran Adapun dari penelitian yang sudah peneliti lakukan mengenai Pelestarian Budaya Lokal Oleh PemProv Bangka (studi mengenai proses pewarisan nilai Upacara Sembahyang Rebut Kepada Generasi Muda di Bangka). Peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai Upaya Pelestarian Budaya lokal, konstruksi realitas masyarakat dan kajian fenomenologi. 5.2.1. Saran Teoritis 1. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan paradigma yang digunakan konstruktivis, maka bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan dengan paradigma kritis untuk melihat

161 bagaimana upaya pelestarian budaya lokal diantara pesatnya kemajuan teknologi. 2. Penelitian ini dapat digeneralisasikan, sehingga dapat dilakukan penelitian sejenis di tempat lain di Indonesia yang sekiranya melakukan Upacara Sembahyang Rebut, sebagai kebutuhan primer masyarakat etnis Tiong Hoa. 3. Membagi keberkahan dengan arwah leluhur dan arwah-arwah penasaran adalah hal yang dapat dilakukan untuk menghormati leluhur dan bersedekah dalam masyarakat yang menganut kepercayaan Ajaran Tridarma Buddha, Kong Hu Cu dan Tao di Bangka. Peneliti menemukan banyak hal menarik yang dapat digali dan dikaji lebih lanjut mengenai kebudayaan lokal yang dimiliki oleh pulau Bangka. 5.2.2. Saran Praktis 1. Peneliti menyarankan kepada pemerintah provinsi Bangka dan pemuka adat di Bangka untuk membukukan mengenai Upacara Sembahyang Rebut baik tahapan saat upacara, makna upacara tersebut, simbol-simbol upacara dan tata cara melaksanakan Upacara Sembahyang Rebut. 2. Bagi masyarakat Bangka beretnis Tiong Hoa atau masyarakat non-etnis Tiong Hoa, penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para generasi penerus dalam mewariskan nilai-nilai Upacara Sembahyang Rebut Kepada generasi muda.

162 3. Pemerintah Bangka diharapkan lebih mendominasi peran dalam pelestarian budaya lokal di Bangka dan lebih memantau warisan-warisan budaya Bangka yang terbengkalai. 4. Koordinasi dan komunikasi antara Pemerintah Kabupaten dan Kotamadya Bangka dalam menjaga dan melestarikan Budaya Lokal Bangka dapat dilakukan dengan lebih baik agar efektifitas kerja dapat di capai dengan lebih baik lagi. 5. Walaupun Kepala DISBUDPARPORA sudah menerapkan fungsi PR, namun tidak terlibatnya humas pemprov Bangka sangat disayangkan. Walaupun program komunikasi dan perencanaan proses pelestarian tersebut dibentuk oleh kepala DISBUDPARPORA, seharusnya seorang Public Relations lah yang menjalankan upaya pelestarian tersebut. Dengan begitu upaya pelestarian yang telah dicanangkan akan bekerja secara maksimal.