19 Oktober Ema Umilia

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN KAWASAN LINDUNG DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Skoring Wilayah Rawan Bencana dan Daerah Perlindungan Bencana. Adipandang Y 11

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 8 TAHUN 2005

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

NOMOR 03 TAHUN 2OO4 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 47 TAHUN 1997 (47/1997) TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Mengenai Dampak Penting

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 RTRW KABUPATEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLALAN KAWASAN LINDUNG DI PROPINSI JAWA TENGAH

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK,TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TERHADAP KEBERADAAN KAWASAN LINDUNG TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

BAB II LANDASAN TEORI. kapasitas produksi untuk mencapai total output yang lebih besar dari

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 1999 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR-PUNCAK-CIANJUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Laporan Akhir. Analisis Kawasan Lindung DAS Cisadane-Angke-Ciliwung


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia

Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah

Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan g Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Sasarannya adalah; 1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa; 2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, ekosistem, dan keunikan k alam.

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan lindung terdiri atas; 1. Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya. 2. Kawasan Perlindungan setempat. 3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya. 4. Kawasan Rawan Bencana Alam.

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan lindung terdiri atas; 1. Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya. A. Kawasan hutan lindung B. Kawasan resapan air C. Kawasan Bergambut 2. Kawasan Perlindungan setempat. 3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya. 4. Kawasan Rawan Bencana Alam.

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan lindung terdiri atas; 1. Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya. 2. Kawasan Perlindungan setempat. A. Sempadan Pantai B. Sempadan Sungai C. Kawasan sekitar danau/waduk D. Kawasan sekitar mata air 3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya. 4. Kawasan Rawan Bencana Alam.

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan lindung terdiri atas; 1. Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya. 2. Kawasan Perlindungan setempat. 3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya. A. Kawasan Suaka Alam B. Kawasan Cagar Budaya 4. Kawasan Rawan Bencana Alam.

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan lindung terdiri atas; 1. Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya. 2. Kawasan Perlindungan setempat. 3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya. 4. Kawasan Rawan Bencana Alam: Kawasan rawan letusan gunung berapi, gempa bumi dan tanah longsor.

Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya; Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kit Kriteria: i 1. kawasan hutan dengan faktor faktor kelerengan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi skor 175 2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih. 3. Kawasan hutan yang mempunyai dengan ketinggian diatas permukaan air laut 2000m atau lebih.

Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya; Kawasan Hutan Lindung Intensitas Curah Hujan (ICH) dihitung berdasarkan data curah hujan rata rata per bulan selama 10 tahun. ICH: Jumlah curah hujan rata rata per bulan dalam 10 tahun dibagi jumlah hari hujan rata rata per bulan dalam 10 tahun.

Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya; Kawasan Bergambut Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama Kriteria: Tanah bergambut dengan ketebalan 3m atau lbih lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa

Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya; Kawasan Resapan Air Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi i untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kriteria: Curah hujan yang tinggi struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar besaran besaran.

Kawasan Sempadan Pantai : kawasan sepanjang tepian pantai ti untuk melindungi i wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kriteria: Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi i fisik ik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan perlindungan setempat; t Sempadan Pantai

Kawasan perlindungan setempat; t Sempadan Sungai Kawasan Sempadan Sungai sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kriteria: 1. Sekurang kurangnya g 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman 2. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan dapat dibangun jalan inspeksi antara 10 1515 meter.

Kawasan perlindungan setempat; t Kawasan Sekitar Danau/waduk Kawasan Sekitar Danau/Waduk adalah kawasan di sekeliling danau/waduk yang diperlukan untuk melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/waduk. d Kriteria: daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan konsiri fisik danau/waduk aduk antara 50 100 meter ke arah darat.

Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria: kawasan sekurangkurangnya dengan jari jari 200 meter sekitar mata air. Kawasan perlindungan setempat; t Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Suaka Alam Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi flora dan fauna yang khas dan beraneka ragam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Suaka Alam Kriteria cagar alam: 1. Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya. 2. Memiliki formasi biodata tertentu dari atau unit unit penyusunan 3. Mempunyai kondisi alam, baik biodata maupun fisiknya yang masih asli. 4. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang gpengelola yang efektif dengan daerah daerah penyangga yang cukup luas. 5. Memiliki ciri khas dan dapat merupakan satu satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Suaka Alam Kriteria suaka margasatwa: 1. Kawasan yang ditunjuk yang merupakan tempat t hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan konservasinya 2. Memiliki keaneka ragaman dan populasi satwa yang tinggi 3. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu 4. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Suaka Alam Kriteria hutan wisata: 1. Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun buatan manusia. 2. Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah lh raga serta terletak dekat dengan pusatpusat permukiman penduduk. 3. Mengandung gsatwa buru yang dapat dikembangbiakkan sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga dan kelestarian satwa.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Suaka Alam Kriteria Daerah Perlindungan Plasma Nutfah: 1. Areal yang ditunjuk memiliki jenis plasma nutfah tertentu. 2. Merupakan areal tempat pemindahan satwa yang merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa tersebut. 3. Mempunyai luas lapangan yang tidak membahayakan. bh

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Suaka Alam Kriteria Daerah Pengungsian satwa: 1. Areal yang ditunjuk merupakan wilayah kehidupan satwa yang sejak semula menghuni daerah tersebut 2. Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan k berlangsungnya proses hidup dan kehidupan baru bagi satwa tersebut.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya adalah daerah yang mewakili ekosistem ste khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada. Ki Kriteria: i kriteria kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya adalah kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan atau keunikan ekosistem.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan Pantai Berhutan Bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat bitt alami hutan bakau/mangrove yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Kriteria: minimal 130 kali nilai ratabd air pasang rata perbedaan tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis surut terendah kearah darat.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Taman Nasional, adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan ali, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan rekreasi. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian di darat maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Kriteria: 1. kawasan berhutan atau vegetasi tetap memiliki flora dan fauna yang beraneka ragam 2. Memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi g alami yang khas berada. Kriteria: tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situr purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi i mengalami bencana alam Ki Kriteria: i daerah yang diidentifikasikan sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan tanah longsor.

Delineasi kawasan lindung 9Core zone 9Buffer zone 9Transition zone

Delineasi sempadan sungai Hulu Pengaliran Hilir

Delineasi kawasan mata air

Permasalahan kawasan lindung Konversi lahan (perubahan lahan) lindung menjadi budidaya Kerusakan habitat alami akibat aktivitas manusia Penurunan daya dukung lahan (carrying i capacity ) akibat kepadatan penduduk P k l h (l d i bili ) kib Penurunan kemampuan lahan (land suitability) akibat pengelolaan yang kurang tepat

Permasalahan

Permasalahan

Permasalahan