BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

HUBUNGAN ANTARA SOLIDARITAS DENGAN AGRESIVITAS PADA ANGGOTA TNI-AD NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentak, dan berbicara kasar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa agresivitas

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. merebak dan hal tersebut merupakan suatu bentuk agresi. ditujukan pada seseorang atau benda. Chaplin (2005) juga menyebutkan

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2]

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

I. PENDAHULUAN. mejalani kehidupan dengan baik tanpa adanya komunikasi. Menurut Carl I.Hovland,

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kampus merupakan salah satu sarana pendidikan yang

HUBUNGAN ANTARA TOLERANSI STRES DENGAN KEDISIPLINAN KERJA PADA TNI AD. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu agama di suatu pondok-pondok pesantren tertentu. Seperti halnya di

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konflik dan tindakan kekerasan dalam kehidupan manusia sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015 PENYESUAIAN SOSIAL MANTAN ANGGOTA GENG MOTOR

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Kereta Api Indonesia adalah sebuah perusahaan yang dikelola oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

BAB I PENDAHULUAN. pemberian sanksi atas perbuatan pidana yang dilakukan tersebut. 1. pidana khusus adalah Hukum Pidana Militer.

Definisi dan Jenis Bencana

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

Definisi dan Jenis Bencana

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa kali sampai akhirnya melembaga menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perspektif di Indonesia, dinamika kehidupan terlalu cepat berubah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan mengakibatkan hubungan interaksi manusia memiliki dampak negatif, salah satunya contohnya adalah agresivitas. Perilaku tersebut bukan hanya di dominasi oleh remaja yang sering tawuran ataupun berkelahi namun juga terjadi pada orang dewasa. Perilaku agresi tersebut merambat pada anggota TNI-AD di Indonesia dimana cenderung menjadi sorotan bagi masyarakat sekitar, terlebih dengan fenomena kekerasan yang dilakukan dari anggota TNI-AD. Pada dasarnya warga Indonesia tahu bahwa TNI adalah wadah bagi warga Negara Indonesia untuk menjaga, melindungi, membela bahkan Negara Indonesia menjadi suatu harga mati bagi mereka. Dapat dilihat dengan adanya bentuk bentuk pengorbanan mereka seperti merelakan diri menjadi relawan ketika Negara Indonesia mendapat ancaman bersenjata baik dari luar atau dalam negeri, menjadi relawan ketika masyarakat terkena bencana alam seperti banjir, gunung meletus, gempa, dan sebagainya. Namun dengan adanya kekerasan yang semakin menjadi pada era global ini menjadikan warga sipil tidak lagi percaya sepenuhnya dengan tanggung jawab para anggota TNI. Perilaku agresi diartikan dengan perilaku yang melukai orang lain dimana selalu berujung pada kekerasan. Dari tahun ke tahun fenomena tersebut masih

2 belum terpecahkan, Seperti halnya yang terjadi pada akhir - akhir ini dimana juga terekspose di berbagai media. Kejadian yang dilakukan oleh anggota TNI tidak hanya bentrok dengan warga namun juga dengan polri. Seperti kejadian bulan lalu yang di terbitkan oleh ANTARAnews.com (27/1/2013), diberitakan dari media dimana Anggota TNI tewas ditembak mati Oknum Polisi. Konflik yang terjadi di daerah Sumatra Selatan ini karena salah paham yang berujung perang mulut antara kedua oknum sehingga mengakibatkan tembakan pada Anggota TNI dan meninggal. Dengan adanya kejadian itu, puluhan anggota TNI-AD dari Batalyon Artileri Medan (Yon Armed) 76/15 Tarik Martapura melakukan penyerangan dan pembakaran habis habisan ke Mapolres OKU. Fenomena lain perilaku agresi seperti yang dilansir oleh Polisi Daerah Militer IV/Diponegoro Detasemen Polisi Militer IV/4, dari wawancara yang peneliti lakukan, mengatakan bahwa di dapat anggota TNI AD yang bertugas di kesatuan Grup 2 Kopassus Kartasura melakukan peganiayaan berupa tamparan pada hari Sabtu tanggal 14 April 2012 pada seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS karena masuk dalam kopassus tetapi tidak melakukan ijin terlebih dahulu pada pos penjagaan. Fakta selanjutnya yang diterbitkan Kompas.com (23/4/2012) diberitakan dimana konflik Brimop dan Kostrad yang menyebabkan enam anggota Kostrad mengalami luka akibat pertikaiannya dengan anggota Brimob di Gorontalo. Kejadian itu bermula dari satu regu Brimob yang melakukan patroli dengan menggunakan mobil truk dan melintas di depan Kantor KPU Limboto. Tiba-tiba mobil itu dilempari batu dan botol oleh sekelompok orang tak dikenal. Merasa kalah dari segi jumlah, maka anggota Brimob itu

3 melapor ke kantor Polres Limboto bahwa dua anggota terluka di bagian kepala akibat lemparan batu. Kemudian selang beberapa hari setelah kejadian tersebut sempat terjadi kericuhan yang terjadi di Jakarta Barat adalah aksi Koboy Palmerah dimana seorang perwira yang mengeluarkan pistol kepada anggota sipil karena tidak terima telah menyerempet mobilnya, KOMPAS.com (3/5/2012). Dari kejadian pengeroyokan, pemukulan yang dilakukan oleh TNI AD dengan rentan waktu yang tidak lama menunjukkan bahwa mereka telah melakukan perilaku agresi. Byrne (2003) menyatakan bahwa agresi sebagai suatu bentuk perilaku yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan adanya perilaku tersebut. Perilaku agresi memberikan dampak secara fisik bagi korban agresi, harta, bahkan juga nyawa. Sarlito (2009) mengatakan bahwa agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/institusi terhadap orang/institusi lain yang sejatinya disengaja. Chaplin (2011) menyatakan dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan perilaku agresi merupakan satu serangan atau serbuan serta tindakan permusuhan yang ditujukan pada seseorang. Perilaku agresi oleh masyarakat luas sering diidentikkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan pertengkaran, pertikaian, perkelahian, perusakan, dan penganiayaan. Perilaku agresi merupakan tingkah laku yang dilakukan individu dengan tujuan melukai atau mencelakakan orang lain. Berkaitan dengan akibat dari perilaku agresi, ketika seseorang melakukan perilaku agresi, maka hal tersebut terjadi karena terpengaruhi dari berbagai faktor. Menurut Walgito (2010), membagi faktor-faktor yang mencetuskan bahwa learned habits (kondisi

4 lingkungan yang berpengaruh), internal conditions that instigate aggression (pengaruh kondisi fisik dan kepribadian), conditions that reduce inhibitions against aggression dan situasional factors that stimulate aggression. Jika dilihat dalam salah satu factor tersebut dimana berasal dari lingkungan seseorang yaitu learned habits (kondisi lingkungan yang berpengaruh), maka seseorang akan belajar dari stimulus yang didapat dari lingkungan sekitar. Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga rangsang yang pertama menjadi suatu isyarat bagi rangsang yang kedua, dan inilah salah satu proses untuk pembentukan sikap. Dalam berperilaku, anggota TNI-AD sudah mempunyai aturan aturan yang harus dilaksanakan. Sumpah prajurit adalah salah satunya, seperti yang dijelaskan ketika wawancara kepada salah satu perwira dikesatuan Infantri 413/6/2/Kostrad dan Infantri 403/Wirasada Prastita dimana keduanya mengatakan bahwa sumpah prajurit adalah salah satu pedoman yang dipegang oleh seluruh TNI di Indonesia untuk berinteraksi. Suatu aturan yang salah satu fungsinya menjadi batasan dalam bertindak. Ketika seorang anggota TNI-AD melakukan kesalahan dengan berbagai aturan yang ada, dapat berarti para anggota TNI khususnya TNI-AD kurang baik dalam menerima stimulus yaitu memiliki sikap yang negatif sehingga menyebabkan perilaku yang kurang baik. Sumpah prajurit adalah pedoman yang berdiri bersamaan dengan berdirinya TNI, harapannya adalah dapat mematuhi dan menjalankan pedoman tersebut. Salah satu contoh yang tertera pada Sumpah Prajurit adalah Tunduk Kepada Hukum dan Memegang Teguh Disiplin Keprajuritan, seharusnya dengan

5 adanya pedoman seperti itu para anggota TNI-AD benar benar memegang erat, bukan malah sebaliknya dimana mereka merasa paling kuat diantara warga sipil, merasa berpangkat sehingga dapat menggunakan kekuatan mereka untuk melawan. Seharusnya, dengan adanya peraturan yang berlaku, individu individu tersebut mampu menjaga citra dari TNI serta mengindahkan peraturan yang berlaku, mampu memberikan contoh bagi masyarakat bukan malah menjadi sorotan negatif. Adanya kesalahan dalam menjalankan aturan yang ada, maka secara tidak langsung akan mengubah cara pemikiran ataupun pemahaman para anggota TNI- AD sehingga membuat mereka menjadi melakukan kesalahan dalam bertindak. Walgito (2008) yang memandang sikap sebagai suatu tindakan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi yang negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan. Atas dasar penjelasan tersebut, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, Apakah ada hubungan antara sikap terhadap sumpah prajurit terhadap agresivitas pada anggota TNI AD? Berdasarkan rumusan masalah terebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara sikap terhadap sumpah prajurit terhadap agresivitas pada anggota TNI AD

6 B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui hubungan antara sikap terhadap Sumpah Prajurit dengan perilaku agresif anggota TNI AD 2. Mengetahui tingkat sikap terhadap Sumpah Prajurit anggota TNI AD 3. Mengetahui tingkat perilaku agresif anggota TNI AD 4. Mengetahui seberapa besar peran sikap terhadap Sumpah Prajurit terhadap Agresivitas C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis Dapat memberikan masukan dan pengetahuan bagi anggota TNI AD tentang nilai positif negatifnya dari sikap Sumpah Prajurit dan agresivitas serta ikut berperan dalam membantu TNI AD melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memperkaya pengetahuan bagi pengembangan ilmu di bidang psikologi sosial dan psikologi militer, khususnya menyangkut masalah yang muncul pada anggota TNI AD yang berkaitan dengan sikap Sumpah Prajurit dan agresivitas.