BAB I PENDAHULUAN. wilayah Surakarta cukup tinggi, yaitu pada bulan Januari-Juni 2012,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG TRIAD KRR DI SMAN KECAMATAN KISARAN TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapinya. Menurut Reivich dan Shatte (2002), bahwa kapasitas seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. hanya terjadi di Barat saja yang kehidupannya memang serba bebas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan. Namun, sangat disayangkan akhir-akhir ini berbagai fenomena

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita berbeda-beda waktunya dalam mendapatkan menarche atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. anak dibawah umur seperti yang telah banyak diberitakan diberbagai media.

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan bisa menjadi dambaan tetapi juga musibah apabila kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, sangat marak pemberitaan mengenai pelecehan seksual terhadap anak hingga remaja, bahkan beberapa di antaranya memakan korban jiwa. Pada tahun 2010 Komisi Nasional Perlindungan Anak menerima laporan kasus kekerasan pada anak sebanyak 2.426 kasus dengan 42%-nya adalah kasus pelecehan seksual, dan meningkat pada tahun 2011 yaitu 2.509 kasus dengan 58%-nya adalah kasus pelecehan seksual. Angka ini terus meningkat hingga mencapai 2.637 kasus dengan 62%-nya adalah kasus pelecehan seksual pada tahun 2012 (Khanifah, 2013). Kasus kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak di wilayah Surakarta cukup tinggi, yaitu pada bulan Januari-Juni 2012, Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (PT PAS) Solo mencatat 83 kasus kekerasan yang terdiri atas 58 kasus kekerasan dalam rumah tangga, 16 kasus pelecehan seksual, 5 kasus penelantaran anak, dan 6 kasus kekerasan fisik terhadap anak (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2012). Pelecehan seksual yang dialami seseorang dapat menimbulkan dampak traumatis yang luar biasa dan dapat menjadi stressor sehingga timbul masalah dikemudian hari, seperti gangguan makan (anoreksia atau bulimia), masalah seksual, penganiayaan diri dan bunuh diri, gejala

2 somatik, kecemasan, hancurnya penghargaan diri, atau depresi berkepanjangan (Knauer, 2002). Salah satu ciri khas remaja adalah rasa keingintahuan yang besar terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya baik fisik maupun psikologis dan seksualitas. Sebagai bentuk rasa keingintahuannya, maka remaja mencari informasi sebanyak-banyaknya (Wibowo, 2004). Namun pada dasarnya, mendapatkan informasi seks dan kesehatan reproduksi yang baik dan benar merupakan hak setiap anak di seluruh penjuru dunia. Terlebih karena rasa ingin tahu anak tentang seks adalah hal yang wajar akibat konsekuensi dari perkembangannya. Rasa ingin tahu itu akan selalu muncul berulang-ulang selama belum terpuaskan (BKKBN, 2004). Orang yang paling tepat untuk menjawab keingintahuan anak-anak adalah orang terdekat mereka, yaitu orangtua. Karena orangtua adalah orang yang seharusnya paling mengenal siapa anaknya, apa kebutuhannya dan bagaimana memenuhinya. Selain itu, orangtua merupakan pendidik utama, pendidik yang pertama dan yang terakhir bagi anaknya (BKKBN, 2004). Pada tahun 2002 penelitian yang dilakukan oleh Qomariyah di 4 kota yaitu Jakarta, Bandung, Medan dan Bali mengungkapkan bahwa informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja diperoleh dari teman (41%), media cetak dan elektronik (25,1%), guru (20,9%) dan orangtua (9,7%) (Qomariyah dalam Tirtawati, 2005).

3 Masih banyaknya pandangan yang pro-kontra terhadap pendidikan seks kepada anak terkait dengan bagaimana kita mendefinisikan pendidikan seks itu sendiri. Jika pendidikan seks diartikan semata sebagai pemberian informasi mengenai anatomi dan fungsi reproduksi dan cara pencegahannya (dengan alat kontrasepsi) maka akan menimbulkan kecemasan. Tetapi jika pendidikan seks di pandang seperti pendidikan lain pada umumnya yang mengandung pengalihan nilai-nilai dari pendidik ke subjek didik maka, informasi tentang seks diberikan secara kontekstual yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat serta berbagai hubungan pergaulan dan peran (Kohler, 2008). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan atau kemampuan kognitif merupakan kebutuhan esensial yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan langkah awal dari seseorang untuk dapat menentukan sikap dan perilakunya. Secara langsung maupun tidak langsung pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, sosial-ekonomi serta informasi yang diketahui oleh seseorang (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan dan sikap yang baik dari orangtua terhadap pelecehan seksual diharapkan mampu mencegah terjadinya tindak pelecehan seksual pada anak. Menanamkan pendidikan tentang keagamaan dan norma-norma yang baik di masyarakat kepada anak sejak dini juga sangat penting untuk membekali anak agar tidak menjadi korban pelecehan seksual.

4 Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan norma subjektif orangtua dengan upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak. B. Rumusan Masalah Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan norma subjektif orangtua dengan upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak di Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menguji hubungan antara pengetahuan, sikap dan norma subjektif orangtua tentang pelecehan seksual dengan upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak di Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Menguji hubungan antara pengetahuan orang tua dengan sikap orang tua tentang pelecehan seksual pada anak. b. Menguji hubungan antara pengetahuan orang tua dengan upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak. c. Menguji hubungan antara sikap orang tua tentang pelecehan seksual dengan upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak. d. Menguji hubungan antara norma subjektif orang tua dengan sikap orang tua tentang pelecehan seksual pada anak.

5 e. Menguji hubungan antara norma subjektif orang tua tentang pelecehan seksual dengan upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah kepustakaan tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan norma subjektif orangtua tentang pelecehan seksual dengan upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak di Surakarta. 2. Manfaat Praktis a. Menambah wawasan kepada orangtua tentang pelecehan seksual pada anak, sehingga dapat meningkatkan pemahaman orangtua tentang pelecehan seksual pada anak. b. Meningkatkan kesadaran orangtua mengenai pentingnya bimbingan yang diberikan kepada anak untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual yang mungkin dialami anak.