BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang


BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

Analisis Penguasaan Pengetahuan Hasil Penyuluhan Pendewasaan Usia Perkawinan Dalam Program Generasi Berencana Pada Remaja Di SMP Negeri 39 Bandung

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari tiga fase. Fase pertama adalah remaja awal dengan rentang usia 12-15 tahun. Fase kedua adalah remaja pertengahan dengan rentang usia 15-18 tahun. Fase ketiga adalah remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja juga identik dengan periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja seiring dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004). 2.1.2 Aspek Perkembangan Remaja Tahap perkembangan remaja menurut Handoyo tahun 2010 di bagi atas : 1. Perkembangan fisik Perkembangan fisik pada remaja merupakan perubahan yang terjadi pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik. Sedangkan perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan otot dan tulang, serta matangnya organ seksual dan fungsi reproduksi. Kematangan seksual antara remaja putra dan putri terjadi dalam usia yang agak berbeda. Pada remaja pria kematangan seksualnya terjadi antara 8

9 usia 10 13,5 tahun. Sedangkan pada remaja putri pada usia 9 15 tahun. Untuk remaja laki-laki perubahan ditandai dengan perkembangan organ seksual, mulai tumbuhnya rambut pada kemaluan, perubahan suara serta ejakulasi pertama melalui mimpi basah. Untuk remaja putri ditandai dengan menarche (haid pertama) dan perubahan pada dada (Notoatmodjo, 2007). 2. Perkembangan kognitif Pada remaja motivasi untuk bisa memahami dunia adalah dengan perilaku adapatasi secara biologis. Sehingga remaja mampu membedakan hal-hal atau ide-ide yang lebih penting daripada ide lainnya. Menurut Notoatmojdo (2007), labilnya emosi yang sering terjadi pada remaja berkaitan erat dengan perubahan hormon di dalam tubuh. Sering terjadinya letusan emosi ini dapat menyebabkan amarah, sensitif bahkan perbuatan nekat. Emosi yang tidak stabil mengakibatkan remaja mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Remaja yang memiliki sikap kritis, tersadar melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif cenderung disebabkan karena pertumbuhan kemampuan intelektual remaja. 3. Perkembangan kepribadian dan sosial Perkembangan kepribadian merupakan perubahan cara yang dilakukan individu untuk bisa berhubungan dengan dunia dan mengungkapkan emosinya dengan cara unik. Sedangkan perkembangan sosial adalah perubahan dalam melakukan hubungan terhadap orang lain. Pada masa remaja, perkembangan kepribadian sangat penting untuk

10 pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri berarti proses menjadi seorang yang unik yang berperan penting dalam hidup. 2.1.3 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja Saat ini banyak sekali permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang terjadi, seperti pada penelitian yang dilakukan di Nigeria oleh Folayan, dkk tahun 2014 menunjukkan bahwa 56,4% remaja berusia 15-19 tahun telah melakukan seks pranikah, dan 39,6% telah melakukan hubungan seks tanpa kondom. Sedangkan penelitian di Kenya Barat menunjukkan bahwa 67% infeksi HIV/AIDS ditularkan oleh remaja melalui hubungan seks pranikah (Eijk dkk, 2008). Penelitian dari Musthofa & Winarti (2010) mengungkapkan bahwa 11,9% respoden melakukan perilaku seks pranikah berisiko di kalangan mahasiswa Pekalongan tahun 2009-2010. Responden yang melakukan perilaku seks lebih banyak pada responden yang sering mengakses media pornografi (16,3%) dibandingkan responden yang jarang mengakses media pornografi (3,2%). Berdasarkan SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kelahiran dari perempuan berusia 15-19 tahun masih tinggi yakni 48 per 1000 perempuan usia subur usia 15-19 tahun. Menurut Riskesdas tahun 2010 menunjukkan angka kematian ibu yang berkaitan dengan faktor terlalu mudanya usia ibu melahirkan berjumlah 2,6% dari 1000 perempuan yang melahirkan (Herliani dkk, 2015) Di Bali terjadi peningkatan yang signifikan terjadinya kasus HIV/AIDS pada remaja dimana tercatat sebanyak 1615 kasus dan 50% dari jumlah tersebut merupakan rentangan usia 19-25 tahun. Kabupaten atau kota di Bali yang angka kejadian HIV/AIDS paling banyak terdapat di Denpasar dan di urutan kedua adalah 10

11 Kabupaten Buleleng. Sebaran umur kejadian HIV/AIDS ini cukup mengejutkan karena peningkatannya banyak terjadi pada kelompok umur yang muda (Alit dkk, 2013). 2.2 Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) 2.2.1 Definisi PIK-R BKKBN mengembangkan Program Generasi Berencana (GenRe) bagi remaja dan keluarga yang memiliki remaja yang sesuai dengan tugas dan pokok fungsinya dilaksanakan oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem). Program Genre ini ditujukan untuk Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) serta keluarga yang mempunyai remaja melalui wadah Bina Keluarga Remaja (BKR). PIK R/M merupakan suatu wadah yang dikembangkan dalam program Genre, yang dikelola dari, oleh dan untuk Remaja/Mahasiswa untuk pemberian pelayanan informasi dan konseling mengenai pendewasaan usia kawin, delapan fungsi keluarga, TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), keterampilan hidup (life skill), gender, serta keterampilan advokasi dan KIE. Adanya PIK R/M ini sangat penting di lingkungan remaja/mahasiswa agar dapat membantu remaja/mahasiswa mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar mengenai penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa (BKKBN, 2012) 2.2.2 Tahapan PIK-R Pengelolaan PIK-R terdiri dari 3 tahapan dengan memiliki materi dan kegiatan yang berbeda-beda dalam setiap tahapannya. Berikut 3 tahapan dalam perkembangan PIK-R dalam Pedoman PIK-R/M yaitu : 11

12 1. PIK-R tahap tumbuh - Materi dan isi pesan yang yang diberikan meliputi pendalaman TRIAD KRR dan pendewasaan usia kawin, serta pemahaman mengenai hak-hak reproduksi. - Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan yang dilakukan di tempat PIK-R, melakukan KIE dalam lokasi PIK-R berada misalnya penyuluhan individu ataupun kelompok dengan memanfaatkan media cetak, serta melakukan pencatatan dan pelaporan. 2. PIK-R tahap tegak - Materi dan isi pesan yang yang diberikan meliputi pendalaman materi TRIAD KRR dan pendewasaan usia perkawinan, pemahaman mengenai hak-hak reproduksi, keterampilan hidup (life skills) dan keterampilan advokasi. - Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan di dalam dan di luar PIK-R berupa pemberian KIE, melakukan konseling secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (SMS, telepon, surat menyurat), melakukan advokasi dan promosi PIK-R untuk mengembangkan jaringan pelayanan. 3. PIK-R tahap tegar - Materi dan isi pesan yang yang diberikan meliputi pendalaman materi TRIAD KRR dan pendewasaan usia perkawinan, pemahaman mengenai hak-hak reproduksi, keterampilan hidup (life skills) dan keterampilan advokasi. - Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan yang dilakukan pada tahap tegak dan ditambah dengan melakukan kegiatan yang menarik minat 12

13 remaja untuk datang k PIK-R seperti pendampingan kepada remaja penyalahgunaan napza, hamil diluar nikah dan HIV positif. 2.2.3 Ruang Lingkup PIK-R PIK-R memiliki peranan yang penting dalam meneruskan informasi kesehatan utamanya kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Hal ini bertujuan agar remaja mendapatkan informasi yang merata terkait dengan kesehatan reproduksinya. Dalam pengelolaan PIK-R terdapat batasan atau ruang lingkup materi yang berkaitan dengan pembelajaran dalam PIK-R yang meliputi : 1. Seksualitas Seksualitas merupakan segala sesuatu mengenai hidup manusia sebagai mahluk seksual, yakni emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual, hubungan seksual serta orientasi seksual. Remaja Indonesia saat ini mempunyai gaya berpacaran diluar batas kewajaran dan melanggar norma-norma baik pada agama, adat istiadat dan hukum. Gaya berpacaran remaja saat ini seperti berpegangan tangan pada laki-laki 69% dan perempuan 68%, berciuman pada laki-laki 41,2% dan perempuan 29,3%, serta meraba atau merangsang pada laki-laki 26,5% dan perempuan 9,1% (Wirdhana, 2012). 2. Napza Napza merupakan singkatan dari Narkotika, Alhokol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, yaitu zat-zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh manusia baik melalui orang atau mulut, dihirup, atau disuntik sehingga dapat menimbulkan efek tertentu terhadap fisik, mental, hingga 13

14 ketergantungan. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional Tahun 2008, menunjukkan bahwa jumlah pengguna Napza sampai dengan tahun 2008 adalah 115.404. Dimana 51.986 dari total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (usia 16-24 tahun). Mereka yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa berjumlah 4.055. 3. HIV/AIDS HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang dapat melemahkan sestem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome yaitu sekumpulan gejala yang timbul karena lemahnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan terinfeksi virus HIV. Data dari WHO/UNAIDS tahun 2009 menyatakan bahwa kelompok remaja diatas 15 tahun yang banyak terinfeksi HIV secara global. Di Indonesia berdasarkan data dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI per tanggal 15 Agustus 2012 menunjukkan bahwa remaja rentang usia 15-19 tahun terdapat 1.134 yang menderita AIDS. Hal ini menunjukkan bahwa masa remaja merupakan masa yang kritis karena merupakan masa transisi dari msa anak-anak menuju masa dewasa. Apabila tidak dibimbing maka bisa mengarah ke perilaku yang berisiko (Lastianti, 2014) 4. Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja. Arti sehat disini tidak hanya terbebas dari penyakit atau terbebas dari kecacatan tetapi juga sehat secara mental serta sosial. Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih 14

15 rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentangperubahan fisiknya sebanyak 13,3%. 5. Median usia kawin pertama perempuan Pendewasaan usia perkawinan adalah usaha untuk meningkatakan usia kawin pertama saat mencapai usia minimal 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Berdasarkan penelitian yang dilakukan United Nations Development Economic dan Social Affairs (UNDESA) menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara ke 37 dengan jumlah perkawinan dini terbanyak di dunia. Sedangkan untuk level ASEAN, Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Negara Kamboja (Herliani, 2013). Pernikahan yang terjadi di Indonesia hampir 50% dari 2,5 juta pernikahan per tahun yang merupakan kelompok usia di bawah 19 tahun. 2.3 Perilaku Pemanfaatan PIK 2.3.1 Teori Green Berdasarkan teori Lawrence Green dalam Irianto (2014), perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : 1. Faktor Predisposisi adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perubahan perilaku dan terwujud dari pengetahuan, sikap, keyakinan, nilainilai dan budaya. - Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian terbukti bahwa perilaku yang 15

16 didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Suriani, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Olgavianita (2015) bahwa terdapat perbedaan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi berdasarkan siswa yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan pelayanan PIK-R. - Sikap menurut Kandera dalam Suriani terbentuk dari norma-norma yang berlaku di sekeliling individu. Tahap awal individu akan mengenal normanorma yang berlaku disekitarnya. Norma - norma tersebut kemudian diseleksi dan beberapa akan ditolak atau diterima. Sehingga proses pengambilan keputusan juga berlaku dalam pembentukan sikap. Setelah norma tersebut diterima akan terjadi proses internalisasi yang akhirnya akan membentuk sikap individu tersebut. Norma akan selalu berubah sesuai dengan jamannya, begitu juga dengan sikap yang akan berubah seiring perubahan norma tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2014) didapatkan bahwa sikap remaja terhadap keberadaan PIK-R sebagian besar cukup (70,3%) ini disebabkan karena remaja telah mendapat informasi dari lingkungan dan institusi formal. - Keyakinan atau kepercayaan menurut WHO (1994) dalam Suriani sering diperoleh dari orang tua, kakek, nenek, atau orang yang dipercaya. Hal ini berdasarkan keyakinan atau adanya pembuktian terlebih dahulu. - Nilai-nilai, didalam masyarakat umum selalu berlaku nilai yang akan dijadikan pegangan oleh setiap orang dalam menjalankan kehidupan di masyarakat. - Budaya merupakan perilaku, norma, kebiasaan dan nilai-nilai serta pemakaian sumberdaya yang ada dimasyarakat untuk menghasilkan pola 16

17 hidup yang umumnya akan disebut dengan kebudayaan. Kebudayaan atau pola hidup selalu berubah sesuai dengan peradaban umat manusia. 2. Faktor Pendukung adalah faktor yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perubahan perilaku misalnya fasilitas pelayanan kesehatan, pendidikan, dan informasi kesehatan. Faktor pendukung ini juga turut mempengaruhi pemanfaatan PIK-R. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Lucin (2012) mengungkapkan bahwa siswa kurang memanfaatkan PIK-R disebabkan oleh fasilitas, metode, lingkungan yang kurang nyaman dan waktu untuk konseling yang kurang memadai. 3. Faktor Penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya perubahan perilaku baik pada individu maupun masyarakat seperti sikap dan perilaku petugas kesehatan. Salah satu faktor penguat dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam memanfaatkan PIK-R adalah dukungan dari anggota PIK-R itu sendiri. Terdapat hubungan yang erat antara keterampilan yang dimiliki pendidik sebaya atau anggota PIK-R dengan pemanfaatan PIK-R. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMAN 5 Yogyakarta didapatkan bahwa keterampilan pendidik sebaya yang baik dapat meningkatkan pemanfaatan PIK-R (Khoerunisa, 2015). 17