BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan CSR merupakan gagasan yang tidak lagi membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan bisnis perusahaan. CSR merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban sosial

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Kieso et al, 2011). Menurut Healy dan Wahlen (1999), laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan.

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dengan para stakeholdersnya. Kinerja keuangan, tanggungjawab manajer kepada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai pemilik (investor) serta sebagai pimpinan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia ekonomi ditandai dengan banyaknya alternatif perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mendapatkan manfaat privat manajer atau meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responcibility

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana dalam mengkomunikasikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam pengambilan keputusan di bursa saham. pemicu berkembangnya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan antara manajer atau agen dan pemilik atau prinsipal (agency theory), UKDW

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menyesatkan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan maupun

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dipercayakan kepada manajemen. Pengguna ingin menilai apa

BAB I pihak - pihak yang memiliki kepentingan antara pemilik dan manajemen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. hasil sesuai dengan harapan yaitu mendapatkan laba yang maksimal. Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dengan baik khususnya di era globalisasi ini. Peluang yang dimaksud

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit yang baik ditandai dengan adanya pelatihan serta keahlian industri

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. tidak dapat dipisahkan dari kinerja manajemen. Laba dijadikan salah satu ukuran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memastikan bahwa pihak manajemen selaku agent bekerja

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut The World Business Council for Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana investor memberi otoritas pengambilan keputusan kepada manajer.

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Corporate social responsiblity

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB I Investor asing yang berasal dari negara dengan label good governance dianggap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis. Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi antara pihak internal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi pula dan dengan laba tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Sri Sulistyanto (2008), teori sinyal digunakan untuk menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah ringkasan dari pencatatan transaksi - transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berkelanjutan (suistainable development) maksudnya adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui. informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial yang umum bagi investor, pelanggan, dan pihak stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. modal bagi perusahaan yang berada pada tahapan start up, karena pada tahapan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

UKDW. Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Manajer adalah salah satu pengelola dalam perusahaan dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu perusahaan, oleh karena itu laporan keuangan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (judgement) dalam pelaporan keuangan, sehingga dapat menyesatkan stakeholders

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi manajeman meningkatkan nilai perusahaan sangatlah penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. digunakanuntukmemahamimanajemenlabadan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dibandingkan dengan sumber penerimaan lain (non pajak).

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

Transkripsi:

BAB II Rerangka Teori dan Hipotesis 2.1 Teori Stakeholder Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut (Chariri: 2008). Dengan alasan tersebut, perusahaan akan melakukan aktivitas untuk mencari dukungan, semakin powerful stakeholder makin besar usaha perusahaan. Pengungkapan pertanggungjawaban sosial dilakukan perusahaan sebagai upaya dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya. Tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas indikator ekonomi (economics focused) dalam laporan keuangan kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholders, baik internal maupun eksternal (Terzaghi: 2012). Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sumbersumber ekonomi perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan akan mengambil tindakan yang dapat menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Gray (1994) menyatakan bahwa dukungan

9 stakeholder dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus mencari dukungan dengan melakukan aktivitas yang menunjukkan perhatian pada kepentingan stakeholder, sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial dianggap sebagai cara yang ampuh untuk mendapat dukungan dari para stakeholder. 2.2 Teori Political Cost Watts and Zimmerman (1978) berpendapat bahwa perusahaan berpenghasilan tinggi akan sangat rentan terhadap penggalian kekayaan transfer politik dalam bentuk undang-undang dan regulasi. Manajer dalam perusahaan-perusahaan ini akan memiliki insentif untuk menggunakan prosedur akuntansi dan mengurangi laporan pendapatan. Political cost hypothesis menyatakan bahwa semakin besar political cost yang dihadapi perusahaan, akan mengakibatkan kecenderungan pemilihan prosedur akuntansi yang dapat menangguhkan pelaporan laba dari periode saat ini ke periode yang akan datang. Menurut Watt dan Zimmerman, (1978) terdapat tiga faktor pendorong yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba yaitu: 1. Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan laba lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

10 2. Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. 3. Political Cost Hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain. Belkoui dan Karpik (1989) menemukan hubungan positif dan signifikan antara pengungkapan sosial dan visibilitas politik, yang diukur dengan ukuran dan poin risiko sistematik terhadap kecenderungan manajer untuk memilih prosedur akuntansi untuk mengurangi laba yang dilaporkan dan mengurangi biaya politik. Perusahaan besar yang lebih cenderung menggunakan pilihan akuntansi yang mengurangi laba yang dilaporkan dan/atau membuat pengungkapan lain untuk mengurangi biaya politik. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan dapat memilih untuk menggunakan metode akuntansi dalam mengurangi laba yang dilaporkan atau melakukan "kampanye tanggung jawab sosial di media" untuk mengurangi kemungkinan bahwa mereka akan menjadi sasaran aksi-aksi politik yang merugikan.

Hal ini dilakukan dalam rangka mencegah transfer kekayaan dari perusahaan juga untuk kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga dibawah perspektif biaya politik, hubungan antara pengungkapan CSR (sukarela) dan manajemen laba akan bervariasi tergantung pada lingkungan politik perusahaan (Yip et al., 2011). 11 2.3 Corporate Social Responsibility Pengertian CSR menurut Pasal 1 butir 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yakni, komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Definisi corporate social responsibility menurut Bank Dunia yakni sebuah janji untuk menyumbang pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bersama dengan karyawan dan perwakilan mereka, untuk komunitas lokal dan masyarakat luas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang saling menguntungkan untuk bisnis dan pembangunan. Kegiatan pertanggungjawaban sosial juga diatur dalam PP Republik Indonesia No. 47 Tahun 2012 pasal 6 ayat 1 menyatakan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS pengungkapan kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial dalam laporan keuangan tahunan adalah untuk mencerminkan akuntabilitas, responsibilitas dan transparansi perusahaan kepada investor dan stakeholder.

12 Pengungkapan ini bertujuan untuk menjalin hubungan yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan stakeholder lainnya. CSR menurut Anggraini (2006) merupakan tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya. Sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR telah diteliti oleh Hackston dan Milne (1996), Sembiring (2005) dan Anggraini (2006). Faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR antara lain: ukuran perusahaan, kepemilikan manajemen, tipe industri, dan media exposure. Kegiatan CSR merupakan suatu komitmen sukarela yang berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk berperilaku etis dan berkonteribusi positif pada stakeholder secara seimbang. 2.4 Earnings Management Scott (2009) menyatakan bahwa manipulasi laba adalah intervensi manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai kepentingannya. Beberapa penelitian manipulasi laba terdahulu fokus pada teknik manipulasi laba berbasis akrual, sedangkan manipulasi laba dengan hanya mendasarkan pada pengaturan akrual saja mungkin menjadi tidak valid. Dalam hal ini, menjadi penting untuk memahami bagaimana

13 perusahaan melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas selain laba berbasis akrual (Roychowdhury, 2006) Manajemen laba melalui transaksi real didefinisikan sebagai tindakan manajemen yang menyimpang dari praktik bisnis yang sesungguhnya dan dilakukan dengan tujuan utama memenuhi ekspektasi laba (Roychowdhury, 2006; Cohen, 2008). Zang (2008) memberikan bukti empiris bahwa tindakan manipulasi laba real dilakukan sebelum manipulasi laba berbasis akrual. Menurut (Roychowdhury, 2006) manipulasi laba real dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: a. Manipulasi penjualan Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan secara temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak. Strategi ini dapat meningkatkan volume penjualan dan laba periode saat ini, dengan mengasumsikan marginnya positif. Namun, pemberian diskon harga dan syarat kredit yang lebih lunak akan menurunkan aliran kas periode saat ini. b. Penurunan beban-beban diskresionari (dicretionary expenditures) Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti beban penelitian dan pengembangan, iklan dan penjualan, adminstrasi dan umum terutama dalam periode pengeluaran tersebut tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini, namun dengan risiko menurunkan arus kas periode mendatang.

14 c. Produksi yang berlebihan (overproduction) Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih banyak dari pada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi akan menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Strategi ini dapat menurunkan biaya barang terjual (cost of goods sold) dan meningkatkan laba operasi. 2.5 Pengembangan Hipotesis 2.5.1 Manipulasi Akrual dan Pengungkapan CSR Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar akrual. Sistem akuntansi akrual sebagaimana yang ada pada prinsip akuntansi berterima umum memberikan kesempatan kepada manajer untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan memberi pengaruh kepada pendapatan yang dilaporkan. Dalam hal ini, pendapatan dapat dimanipulasi melalui discretionary accruals (Subekti, 2010). Menurut Healy dan Wahlen (1999) manipulasi laba merupakan tindakan yang terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan dalam menyusun transaksi-transaksi untuk menggubah laporan keuangan yang menyesatkan terhadap stakeholders atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angkaangka akuntansi yang dilaporkan sehingga manipulasi laba dilakukan dengan disengaja dan mengakibatkan kerugian bagi stakeholder. Salah satu konsekuensi dari tindakan manajemen yang memanipulasi laba adalah perusahaan akan kehilangan dukungan dari stakeholders, yakni respon negatif berupa tekanan dari

investor, sanksi dari regulator, ditinggalkan rekan kerja, boikot dari para aktivis, dan pemberitaan negatif media massa (Prior et al., 2008). 15 Manajer perusahaan melakukan strategi pertahanan diri (entrenchment strategy) untuk mengatasi ketidakpuasan stakeholder dan salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (Cespa et al., 2007). Tindakan manajer dalam melakukan pengungkapan CSR menjadi pertahanan diri dalam melakukan manipulasi laba akrual. H 1 : Manipulasi laba akrual berpengaruh positif terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial 2.5.2 Manipulasi Real dan Pengungkapan CSR Menurut Roychodhury (2006) manipulasi laba real sebagai satu bentuk manajemen laba yang dilakukan melalui manipulasi aktivitas operasional perusahaan. Manipulasi ini diukur dengan adanya satu penyimpangan dari praktik operasional perusahaan yang normal. Motivasi manajemen melakukan ini adalah adanya keinginan untuk mengelabui pelaporan keuangan perusahaan untuk beberapa stakeholder dalam rangka memenuhi tujuan tertentu. Penyimpangan ini sebenarnya tidak memberikan nilai tambah perusahaan tetapi hanya sekedar untuk memenuhi sasaran pelaporan bagi manajer. Motivasi manajemen melakukan manajemen laba real karena adanya tekanan maupun dorongan manajemen untuk meningkatkan laba jangka pendek serta rendahnya fokus manajemen terhadap rencana jangka panjang perusahaan. Perilaku oportunis manajemen memfokuskan kepada aktivitas-aktivitas yang

16 dapat mempengaruhi laba, yaitu dengan manajemen laba real melalui ketiga aktivitas yaitu manajemen penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya diskresioner. Hal ini dapat mengakibatkan manipulasi laba tidak hanya dilakukan dengan menggunakan diskresionary accrual saja. Roychowdhury (2006) menemukan bukti bahwa perusahaan menggunakan tindakan manajemen laba real untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan tertentu selain untuk menghindari melaporkan kerugian. Oleh karena itu, manajemen yang melakukan manipulasi laba real menggunakan pengungkapan CSR sebagai upaya untuk menggalang dukungan dari para Stakeholder. H 2 : Manipulasi laba real berpengaruh positif terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial.